Haid Ketika Umrah, Apa Solusinya?

0
5472
haid ketika umrah, apa solusinya?

Mau Tau Kan ? – Semua wanita pasti pernah merasakan haid. Haid adalah keluarnya darah dari alat kewanitaan karena sel telur yang tidak dibuahi. Hal ini terjadi setiap bulan. Jadi jika sel telur tidak dibuahi oleh sperma maka wanita akan terus merasakan haid. Ketika wanita haid, dilarang untuk melakukan ibadah apapun, karena wanita masih dalam keadaan tidak suci. Lalu bagaimana kalau haid ketika umrah, apa solusinya?

Tidak boleh shalat, membaca Al Qur’an, puasa dan masih lainnya. Apakah wanita tidak boleh melakukan semua rangkaian kegiatan ibadah atau bisa melakukan sunahnya saja. Berikut ini sedikit kajian islam tentang solusi menjalankan ibadah umroh bagi wanita ketika haid.

Haid Ketika Umrah, Apa Solusinya?

Solusi Menjalankan Ibadah Umroh Bagi Wanita Yang Haid

Pertama kita harus memahami apa itu umroh terlebih dahulu. Umroh adalah rangkaian ibadah, seperti thawaf, sai dan tahallul. Ada sedikit perbedaan dengan haji. Kalau haji hanya dilakukan satu tahun sekali. Sedangkan umroh bisa dilakukan kapan saja, kecuali di musim haji. Orang yang melakukan umroh harus dalam keadaan ihram.

Pertama kali memakai ihram harus diluar miqat. Jadi sebelum masuk ke mekah, anda harus sudah memakai ihram terlebih dahulu. lalu bagaimana kajian islam tentang wanita haid dalam melakukan umroh?

Sebenarnya wanita yang dalam keadaan haid, diperbolehkan melakukan ihram, karena ihram tidak harus suci. Dari hadats kecil maupun hadast besar. Hanya ibadah-ibadah tertentu saja yang tidak diperbolehkan.

حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ، مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ، عَنْ يَحْيَى بْنِ، سَعِيدٍ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، – رضى الله عنهما – فِي حَدِيثِ أَسْمَاءَ بِنْتِ عُمَيْسٍ حِينَ نُفِسَتْ بِذِي الْحُلَيْفَةِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَمَرَ أَبَا بَكْرٍ – رضى الله عنه – فَأَمَرَهَا أَنْ تَغْتَسِلَ وَتُهِلَّ ‏.‏

hadist dari jabir bin abdillah radhiyAllahu anhuma “ bahwa ketika rasulullah shallAllahu alaihi wa sallam berangkat haji sesampainya di dhulhulaifah (bir ali – miqat penduduk madinah), asma bintu umais (istri abu bakr) melahirkan anaknya, kemudian Rasulullah shallAllahu alaihi wa sallam memerintahkan abu bakar untuk menyuruh istrinya mandi dan berniat ihram. [1]

Dari kajian islam diatas, kita tahu bahwa asma yang sedang nifas pun masih diperbolehkan untuk ihram.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ، حَدَّثَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ ـ رضى الله عنها ـ زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَتْ خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ، فَأَهْلَلْنَا بِعُمْرَةٍ ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏”‏ مَنْ كَانَ مَعَهُ هَدْىٌ فَلْيُهِلَّ بِالْحَجِّ مَعَ الْعُمْرَةِ، ثُمَّ لاَ يَحِلَّ حَتَّى يَحِلَّ مِنْهُمَا جَمِيعًا ‏”‏ فَقَدِمْتُ مَكَّةَ وَأَنَا حَائِضٌ، وَلَمْ أَطُفْ بِالْبَيْتِ وَلاَ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ، فَشَكَوْتُ ذَلِكَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ ‏”‏ انْقُضِي رَأْسَكِ وَامْتَشِطِي، وَأَهِلِّي بِالْحَجِّ، وَدَعِي الْعُمْرَةَ ‏”‏‏.‏ فَفَعَلْتُ فَلَمَّا قَضَيْنَا الْحَجَّ أَرْسَلَنِي النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مَعَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ إِلَى التَّنْعِيمِ فَاعْتَمَرْتُ فَقَالَ ‏”‏ هَذِهِ مَكَانَ عُمْرَتِكِ ‏”‏‏.‏ قَالَتْ فَطَافَ الَّذِينَ كَانُوا أَهَلُّوا بِالْعُمْرَةِ بِالْبَيْتِ وَبَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ، ثُمَّ حَلُّوا، ثُمَّ طَافُوا طَوَافًا وَاحِدًا بَعْدَ أَنْ رَجَعُوا مِنْ مِنًى، وَأَمَّا الَّذِينَ جَمَعُوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ فَإِنَّمَا طَافُوا طَوَافًا وَاحِدًا‏.‏

(istri Nabi (saw) Kami berangkat dengan Nabi (ﷺ) dalam haji terakhirnya dan kami mengasumsikan Ihram untuk Umra. Nabi (ﷺ) kemudian berkata, “Siapapun yang memiliki Haid bersamanya harus menganggap Ihram untuk ibadah haji bersama dengan `Umra dan seharusnya tidak menyelesaikan Ihram sampai dia menyelesaikan keduanya.” Saya sedang haid saat mencapai Mekah, jadi saya juga tidak melakukan Tawaf di sekitar Ka’bah atau Tawaf antara Safa dan Marwa. Saya mengeluh tentang hal itu kepada Nabi (ﷺ ) di mana dia menjawab, “lepaslah gelunganmu dan sisir rambut kepalamu, dan niatkan Ihram untuk haji (hanya) dan tinggalkan Umrah.” Jadi, saya melakukannya. Ketika kami melakukan ibadah haji, Nabi mengirim saya dengan kakak saya Abdur -Rahman bin Abu Bakr ke Tan`im Jadi saya melakukan `Umrah Nabi berkata kepada saya,” Umra ini bukan milikmu yang tidak terjawab. “Mereka yang telah mengasumsikan Ihram untuk Umrah (Haji-atTamattu ) melakukan Tawaf di sekitar Ka’bah dan antara Safa dan Marwa dan kemudian menyelesaikan Ihram mereka. Setelah kembali dari Mina, mereka melakukan Tawaf lain (antara Safa dan Marwa) yang telah meniatkan Ihram untuk haji dan ‘Umrah bersama (haji al-Qiran) hanya menampilkan satu Tawaf (antara Safa dan Marwa). [2]

Dalam kajian islam, wanita haid masih diperbolehkan untuk melakukan iharam atau rangkaian umroh lainnya kecuali melakukan thawaf di ka’bah. Tapi bagi wanita haid, harus tetap melakukan niat umroh ketika sampai di miqat.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى، وَإِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَبُو مَعْمَرٍ، قَالاَ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ شُجَاعٍ، عَنْ خُصَيْفٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، وَمُجَاهِدٍ، وَعَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏”‏ الْحَائِضُ وَالنُّفَسَاءُ إِذَا أَتَتَا عَلَى الْوَقْتِ تَغْتَسِلاَنِ وَتُحْرِمَانِ وَتَقْضِيَانِ الْمَنَاسِكَ كُلَّهَا غَيْرَ الطَّوَافِ بِالْبَيْتِ ‏”‏ ‏.‏ قَالَ أَبُو مَعْمَرٍ فِي حَدِيثِهِ حَتَّى تَطْهُرَ وَلَمْ يَذْكُرِ ابْنُ عِيسَى عِكْرِمَةَ وَمُجَاهِدًا قَالَ عَنْ عَطَاءٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَلَمْ يَقُلِ ابْنُ عِيسَى ‏”‏ كُلَّهَا ‏”‏ ‏.‏ قَالَ ‏”‏ الْمَنَاسِكَ إِلاَّ الطَّوَافَ بِالْبَيْتِ ‏”‏ ‏.‏

Nabi (ﷺ) berkata: Seorang wanita yang sedang haid dan yang melahirkan seorang anak harus mandi, memakai ihram dan melakukan semua rangkaian haji kecuali keliling rumah (Ka’bah) saat mereka sampai di tempat memakai ihram Abu Ma’mar mengatakan dalam versinya: “sampai dia dimurnikan”. Dari Ibnu Isa tidak menyebutkan nama Ikrimah dan Mujahid, namun dia berkata: dari Ata atas kewibawaan Ibnu Abbas. Ibnu Isa juga tidak menyebutkan kata “semuanya (rangkaian haji).” Dia mengatakan dalam versinya: Semua rangkaian haji kecuali keliling rumah (Ka’bah). [3]

Kalau memang ingin suci selama menjalankan ibadah umroh. Wanita diperbolehkan untuk mengkonsumsi obat pencegah haid. Kajian islam ini banyak dijelaskan dalam berbagai hadist yang sahih. Seperti hadist HR abdurrazaq dalam mushannaf “ bahwa ibnu umar radhiyAllahu anhuma pernah ditanya tentang wanita yang haidnya lama. Wanita ini ingin mengkonsumsi obat pencegah haid. Dan beliau menilai tidak masalah. Jika ketika mengkonsumsi obat pencegah haid, darah tidak muncul sama sekali. Berarti wanita tersebut sudah dianggap suci dan bisa melakukan semua rangkaian ibadah. Tapi jika anda setetes darah yang keluar, statusnya tetap haid dan tidak boleh melakukan thawaf.

Jika sampai kepulangan, darah belum berhenti dan masih ada waktu untuk kembali ke mekkah, anda bisa melakukan thawaf ulang, ketika sudah suci. Tapi jika tidak memungkinkan, diperbolehkan untuk masuk ketika dalam keadaan darurat. Tapi dipastikan tidak ada darah yang menetes. Itulah sedikit informasi kajian islam tentang solusi ibadah umroh bagi wanita yang sedang haid. Semoga bisa memberikan ilmu yang bermanfaat buat anda. Amiin


Catatan Kaki :

[1] H.R. Muslim 1210 (sahih)

[2] H.R. Bukhari 1556 (sahih)

[3] H.R. abu daud 1744 dan telah dishahihkan al albani.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY