Pandangan Islam Tentang Wanita Ngidam Saat Hamil

0
637
Ngidam-Saat-Hamil-Menurut-Islam

Ngidam Saat Hamil – Biasanya, ibu hamil (bumil) punya kebiasaan yang tak terduga. Kemudian, Masyarakat menyebutnya dengan istilah ‘ngidam’. Selain itu, banyak orang mengaitkannya dengan mitos seperti keinginan bayi dalam kandungan. Sebenarnya, bagaimana Islam memandang fenomena ngidam pada Wanita hamil ini?

Sikap Suami pada Istri Hamil yang Ngidam

Mengidam merupakan keinginan besar yang muncul untuk menyantap makananan tertentu. Jika suami tidak menurutinya, biasanya bumil tersebut akan resah, sedih, atau marah. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan kehamilan sebagai kabar gembira. Itulah kenapa pasangan suami-istri harus menyambut kehamilan dengan hati yang Bahagia.

Lebih jauh, kebahagiaan bumil akan berpengaruh pada tumbuh kembang janin. Menurut penelitian, bumil yang selalu merasa Bahagia akan melahirkan anak yang pintar dan tidak emosional. Sebaliknya, bumil yang hobi ‘ngomel’ dan kerap stress akan melahirkan anak yang lebih lemah.

Ada banyak cara membahagiakan bumil. Salah satunya dengan menuruti apa yang bumil idamkan. Pasalnya, kalau bumil sudah memperoleh apa yang ia idamkan, ia akan merasa Bahagia lahir-batin. Dalam hal ini, bersenang hati termasuk hak seorang bumil, seperti yang terdapat dalam firman Allah:

فَكُلِى وَٱشْرَبِى وَقَرِّى عَيْنًا

“Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu.” (1)

Seperti yang kita ketahui, makan, minum, dan bersenang hati adalah hak utama seorang istri, khususnya yang sedang mengandung. Jadi, hendaknya seorang suami menuruti istri yang sedang ngidam, selama ia mampu tidak melanggar syariat, dan tidak membahayakan.

Pendapat Para Ulama Tentang Ngidam Saat Hamil

Dalam bukunya Khasyiatul Bujairomi ‘alal Khatib, Syaikh Sulaiman Al Jamal menjelaskan bahwa suami sebaliknya menuruti selera istri yang sedang ngidam (al-wahm) seperti saat menginginkan makanan yang asam yang sudah jadi adat kebiasaan dalam Masyarakat.

Namun, ada juga Masyarakat yang meyakini bahwa jika suami tidak menuruti istrinya yang ngidam, maka anak yang dikandungnya akan lahir dengan kurang normal atau dengan kondisi tertentu yang kurang baik. Terkait hal ini, tentu saja Islam tidak membenarkan mitos tersebut.

Kesimpulan

Secara tidak langsung, ada anjuran bagi setiap suami untuk sebisa mungkin menuruti apa yang istri idamkan saat hamil. Bukan karena mitos tertentu, namun lebih ke menjaga psikologi bumil. Pasalnya, kondisi psikologis bumil sangat penting sehingga harus benar-benar menjadi perhatian. Jika suami tidak menurutinya, khawatir akan mengganggu psikologis kehamilannya.

Lebih jauh lagi, efeknya akan kurang baik untuk janin dalam kandungannya. Selagi tidak dalam hal yang dilarang agama, tidak ada salahnya menuruti apa yang istri inginkan. Bahkan, berbuat baik kepada istri bisa menjadi tanda kesempurnaan iman seseorang. Seperti yang Rasulullah katakana:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا

“Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya.” (2)

Namun, jika ngidamnya di luar batas kewajaran atau melanggar syariat Islam, maka haram hukumnya bagi suami untuk menurutinya. Misalnya adalah seperti bumil yang ingin pisah ranjang selama hamil, ingin makan mangga curian, dll.


Referensi:

(1) Q.S. Maryam Ayat 26

(2) Jami’ at-Tirmidhi 1162

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY