Sebagai seorang muslimin yang baik dan taat beragama maka jika ada saudara kita yang meninggal, kita usahakan Mengingat Kebaikan dan Tidak Mencela Kepada Orang yang Meninggal. Pernah nggak sih ketika sobat pembaca cahayaislam sedang takziah atau melayat mendengar beberapa hadirin yang melayat berbisik-bisik tentang kejelekan jenazah yang meninggal tersebut?
Mengingat Kebaikan dan Tidak Mencela Kepada Orang yang Meninggal
Sungguh situasi yang canggung dan kurang mengenakkan kan? Atau malah jangan-jangan anda sendiri pelakunya, orang yang berbisik-bisik kejelekan tentang jenazah yang anda layati itu? – Sekarang bayangkan saja betapa sakit anda bila andalah yang terbaring kaku disana, lalu teman-teman yang datang pada prosesi pemakaman anda malah menjelek-jelekkan anda dari belakang? Jangankan sudah mati, ketika hidup saja bila ada yang ngomongin jelek di belakang anda bisa kalap geram bukan main kan?!
Takziah bukan untuk menjelek-jelekkan namun untuk turut berbela sungkawa
Dalam islam, bertakziah merupakan satu hal penting bahkan dikatakan anda mendapatkan pahala setara gunung uhud (1 qirat) bila mau melakukannya dan dua gunung uhud bila anda mengantarkannya sampai tempat persemayaman akhir. Definisi takziah itu sendiri dalam tata bahasa dikatakan sebagai kegiatan berkunjung untuk “berbela-sungkawa” dan “menghibur” kepada orang yang terkena musibah berupa kematian tersebut. Jadi sebenarnya sudah seyogyanya kita berperilaku baik kepada keluarga maupun jenazah yang kita takziahi tersebut. Malah lebih baik bisa ikut andil dalam merawat jenazahnya.
Terlebih dengan tidak menjelek-jelekkan jenazah dan malah bertutur dan menyaksikan baik kepada jenazah tersebut, kita telah membantu meringankan perjalanan jenazah tersebut ke alam baka. Bukankah meringankan beban saudara seiman adalah sebuah kebaikan? Hal ini merupakan anjuran Rasulullah seperti yang tertera pada hadits riwayat Bukhari 1367 dalam kitab Janaiz.
حَدَّثَنَا آدَمُ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ صُهَيْبٍ، قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ ـ رضى الله عنه ـ يَقُولُ مَرُّوا بِجَنَازَةٍ فَأَثْنَوْا عَلَيْهَا خَيْرًا، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ” وَجَبَتْ ”. ثُمَّ مَرُّوا بِأُخْرَى فَأَثْنَوْا عَلَيْهَا شَرًّا فَقَالَ ” وَجَبَتْ ”. فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ ـ رضى الله عنه ـ مَا وَجَبَتْ قَالَ ” هَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ خَيْرًا فَوَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ، وَهَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ شَرًّا فَوَجَبَتْ لَهُ النَّارُ، أَنْتُمْ شُهَدَاءُ اللَّهِ فِي الأَرْضِ
Dari hadits tersebut kita mengetahui bahwa kita adalah saksi-saksi Allah di dunia. Mereka yang disaksikan oleh orang lain baik, maka dia akan masuk surga. Sedangkan dia yang tidak disaksikan baik, maka nerakalah tempatnya. Mengetahui betapa powerful nya persaksian kita, maka alangkah baik bila kita membantu saudara kita yang telah dipanggil oleh Allah untuk mendapatkan kemudahan ke surga dengan tidak membicarakan keburukannya.
Rasulullah melarang kita menjelek-jelekkan jenazah!
Selain hadits tentang betapa besarnya efek dari persaksian seseorang terhadap jenazah. Ternyata ada satu hadits lain dari Rasulullah yang termaktub dalam riwayat Abu Dawud 4899 di catatan adab (perilaku) dimana Rasulullah melarang kita menjelek-jelekkan jenazah saudaranya yang meninggal.
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، رضى الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم “ إِذَا مَاتَ صَاحِبُكُمْ فَدَعُوهُ لاَ تَقَعُوا فِيهِ
Nah, itu dia sedikit pembahasan tentang sikap menjelek-jelekkan jenazah. Semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua agar selalu berusaha menjadi pribadi yang baik dimata Allah maupun dimata orang lain. Sehingga ketika kita sudah mencapai batas ajal, orang-orang akan bersaksi bahwa kita merupakan insan mulia yang patut menerima Rahmat Allah untuk masuk ke dalam surga. Amiin.