Cerita islami – Kisah Nabi Muhammad SAW dalam perang khandaq. Sahabat Cahaya islam, pernahkah kalian mendengar akan perang khandaq? Dalam bahasa Arab khandaq memiliki arti “parit” dimana perang parit ini juga sering disebut dengan al Ahzab. Saat itu kaum Arab telah mengepung madinah dengan jumlah yang sangat besar. Pengepungan tadi berniat untuk menyerang Madinah dan menghabisi semua pasukan kaum muslim. Siapa lagi pelopornya kalau bukan dari golongan yang paling besar kebenciannya kepada Nabi Muhammad SAW yakni Bani Nadzir dan kafir Quraisy. Bagaimana cerita peperangan ini? Simak bersama cerita ini.
Kisah Nabi Muhammad SAW Dalam Perang Khandaq
Penyebab Terjadinya Peperangan
Cerita perang khandaq yang terjadi pada tahun 5 H atau 627 M ini dimulai ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Kisah Nabi Muhammad ketika berada di Madinah, Rasul berdakwah dan menyebarkan agama Islam, atas izin Allah SWT banyak penduduk Madinah dan sekitarnya masuk Islam. Akan tetapi di Madinah bukan hanya ada orang muslim saja, terdapat pula suku yahudi yang tinggal disana. Rasul membuat kesepakatan dengan kaum Yahudi bahwa mereka boleh tinggal di Madinah dengan syarat mereka tidak mengganggu dan memerangi umat Islam. Namun kesepakatan yang telah dibuat ini dilanggar oleh kaum Yahudi.
Dalam Kisah Nabi Muhammad tepatnya setelah perang Uhud kaum Yahudi terang terangan menunjukkan permusuhan kepada Rasul serta para sahabatnya. Rasul dan para sahabat tidak tinggal diam dan mengusir kaum yahudi dari madinah. Pengusiran kaum Yahudi bani Nadzir ini memunculkan dendam, berbagai cara dilakukan untuk membalas dendam. Mereka pun membuat sebuah rencana pengepungan madinah dengan mengumpulkan pasukan-pasukan pembenci Rasul saat itu. Bangsa Arab, kafir Makkah, Yahudi Ghatjafan, semua bergabung untuk melancarkan peperangan tersebut. Bahkan pasukan tersebut mencapai 10.000 orang dimana jumlah ini jauh melebihi pasukan umat Islam.
Strategi Perang Khandaq
Dari kisah Nabi Muhammad ini awalnya Rasul tidak tahu menau akan rencana penyerangan ke Madinah, beruntung ada seorang sahabat yang mengetahuinya dan langsung mengabarkan kepada Rasul. Beliau pun mengumpulkan para sahabatnya untuk bermusyawarah. Diskusi terjadi secara panjang dan lama, hingga akhirnya Rasul menerima usulan seorang sahabat Rasul yang amat cerdas dan cerdik bernama Salman Al Farisi. Salman berkata “Wahai Rasulullah, dahulu jika ada musuh hendak menyerbu dan mengepung kota kami, kami menggali parit yang dalam, parit tersebut dapat menutupi kota hingga musuh tidak dapat menyerang.”
Setelah strategi perang usulan dari sahabatnya tersebut disetujui oleh Nabi Muhamad SAW, semua orang mulai menggali tanah membuat parit yang mempunyai panjang 2.250 meter, lebar 7 meter dengan bagian bawah 4,5 meter dan kedalaman parit mencapai 3 meter. Perjuangan menahan lapar, haus, udara yang dingin semua dilalui Rasul dan para kaum muslim. Bahkan Rasul sampai mengganjal perutnya menggunakan batu untuk menahan lapar. Atas izin Allah SWT pula parit ini selesai sebelum pasukan gabungan tadi datang. Ketika pasukan gabungan ini datang dan ingin menghancurkan Madinah, pasukan kafir terkejut mendapati ada parit yang membuat mereka tidak dapat melewatinya.
Mereka mencari celah dan mengelilingi parit untuk dapat menyerang umat muslim. Tidak dapat mencari jalan menyebrang mereka justru mendapat serangan dari pasukan Rasulullah. Dalam Kisah Nabi Muhammad SAW perang ini berjalan selama beberapa hari, kaum kafir membuat tenda disana, tapi akhirnya Allah memberikan pertolongan kepada Rasul dengan mengirim angin yang sangat kencang dan udara sangat dingin.
Kisah nabi Muhammad SAW dalam perang inipun berakhir dengan memenangkan peperangan, sebab angin besar tadi menghancurkan tenda kaum kafir dan berhasil mengalahkan mereka. Meskipun berbeda dengan strategi peperangan lainnya, tapi langkah ini terbukti dapat membuat Rasul beserta para pejuang musim menang telak.
sahabat cahaya islam, demikianlah kisah nabi muhamad SAW dalam menghadapi kaum kafir yang berusaha menghancurkan umat muslimin. Semoga allah SWT bisa selalu menjaga keimanan kita. amiin