Ustadz Adi Hidayat – Siapa yang tidak kenal dengan sosok Ustadz Adi Hidayat? Seorang ulama’ yang sangat luas wawasannya, tidak hanya di bidang ilmu tafsir Alquran dan hadits saja, namun juga piawai dalam bidang sejarah, geopolitik bahkan politik. Keluasan ilmu seperti ini dapat menjadi teladan bagi generasi peradaban masa depan.
Sobat Cahaya Islam, kepiawaian Ustadz Adi Hidayat seharusnya menjadi kekaguman bagi seluruh ummat. Namun, yang namanya manusia tentulah ada sisi baik dan buruknya. Begitulah kiranya anggapan ummat yang kurang sejalan dengan beliau. Bahkan selain memaparkan keburukannya, UAH sampai difitnah.
Bagaimana Umat Merespon Golongan yang Tidak Sepaham dengan Ustadz Adi Hidayat?
Dalam Islam, perbedaan dalam pandangan fiqih adalah hal yang wajar. Sebab keilmuan Islam begitu luas sehingga wajar ada perbedaan. Bahkan dalam tata cara sholat saja ummat dapat menjumpai berbagai variasi gerakan sesuai aliran atau mahdzab yang diikuti. Namun, perbedaan tersebut hanya boleh di bagian fiqih saja, bukan aqidah.
Sebab aqidah Islam hanya satu dan tidak ada perbedaan. Seyogyanya, umat perlu mentabayyuni aspek yang tidak sepaham. Ketika aspek perbedaan sudah ditemukan, maka diskusi bisa dijalankan untuk mendapatkan sebuah kebenaran. Inilah hakikat belajar ilmu yang sebenarnya.
Apa Saja yang Harus Disiapkan Untuk mencetak Ulama’ Masa Kini?
Ulama hebat seperti Ustadz Adi tentu tidak berproses hanya dalam semalam. Sebab, itulah terdapat hal – hal yang harus dilakukan oleh kedua orangtua agar cita – cita mendidik generasi bisa terwujud. Beberapa diantaranya yakni :
1. Ilmu Parenting
Salah satu hal yang wajib dimiliki oleh orangtua adalah ilmu tentang parenting. Ilmu ini sangatlah penting bahkan mendesak untuk dipelajari agar orangtua memahami panduan dalam membimbing anak.
Pastikan penulis ilmu Parenting yang dipilih adalah penulis terpercaya dan seorang muslim taat. Sebab, mendidik generasi layaknya Ustadz Adi tidak boleh diisi dengan pemahaman ala kadarnya. Apa jadinya jika mengharapkan anak seperti Ustadz Adi, namun pemahaman yang dimasukkan malah sebaliknya? Tentu itu adalah suatu kemustahilan.
Di masa sekarang, ilmu Parenting nampaknya kurang diminati dengan alasan masih belum waktunya. Selain itu, biasanya para pasangan baru terkadang hanya mengandalkan ajaran orangtuanya. Padahal, menikah adalah tanda dari kematangan untuk persiapan mendidik generasi.
Selain itu, jangan lupa untuk senantiasa mendoakan para generasi. Hal ini sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad SAW yakni dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Ada tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang terzalimi.” (HR. Abu Daud no. 1536, Ibnu Majah no. 3862 dan Tirmidzi no. 1905. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
2. Kisah Sahabat Rasulullah SAW.
Selain mengkaji ilmu Parenting, para calon orangtua juga diperlukan untuk memahami kisah para sahabat Rasulullah. Mereka adalah panutan yang nyata dan rela berjuang demi agama Islam walau mereka barulah menginjak pemahaman yang dasar terkait Islam.
Walaupun demikian, kisah para sahabat Rasulullah SAW jarang sekali dijadikan bahan utama bagi orangtua untuk bercerita menjelang tidur anaknya. Padahal, jika kisah – kisah ini ditanamkan sejak dini, maka akan terpatri dalam diri generasi bahwa mereka adalah anak – anak para pejuang. Bukan sekedar generasi pengikut yang bisa saja rapuh dan goyah seperti kondisi hari ini.
Nah Sobat Cahaya Islam, itulah pembahasan sederhana terkait strategi untuk mencetak generasi seperti Ustadz Adi Hidayat. Semoga di masa depan, umat akan lebih banyak menjumpai generasi sehebat beliau yang secara ikhlas menyampaikan Islam dan memperjuangkannya tanpa pamrih. Aamiin Yarobbal ‘Alamiin.