– Tidak bisa kita pungkiri, memang terkadang kita merasa enggan dan merasa malas. Kita terkadang pula merasa lelah dan bersedih pada peliknya kehidupan yang sebenarnya adalah anugerah dari Allah untuk kita. Kita terkadang lalai pada kewajiban kita dan kita terlampau masih sering mengeluhkan keadaan dan lupa bersyukur kepada Allah atas segala pemberiannya. Kita semua sadar bahwa Tiada Manusia yang Sempurna, Tapi Mari kita Kejar Kesempurnaan itu.
Benar, semua itu karena kita adalah manusia biasa. Dan kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.
Tiada Manusia yang Sempurna
Manusia diibaratkan sebagai segerombolan Unta
Dalam satu kajian islam yang kami ikuti beberapa waktu lalu. Kami mendapati suatu hadits yang cukup menarik riwayat Bukhori 6498. Dimana Rasulullah mengibaratkan manusia sebagai segerombolan unta. Dan dari sekian banyak itu, kita bahkan jarang bisa menemukan yang benar benar baik untuk kita tunggangi.
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ أَخْبَرَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ ـ رضى الله عنهما ـ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ “ إِنَّمَا النَّاسُ كَالإِبِلِ الْمِائَةُ لاَ تَكَادُ تَجِدُ فِيهَا رَاحِلَةً
Diceritakan `Abdullah bin` Umar: Saya mendengar Utusan Allah (ﷺ) berkata, “Manusia itu seperti unta, dari seratus, orang sulit menemukan satu unta yang cocok untuk ditunggangi.” [1]
Maksud dari hadits diatas sebenarnya cukup sederhana sih. Menyatakan bahwa manusia hidup seperti manusia lainnya. Tidak ada manusia sempurna diantara manusia lainnya. Semuanya memiliki dosa dan kesalahannya masing masing. Jadi seseorang tidak berhak menganggap dirinya paling benar dan paling suci dibandingkan orang lain. Karena pada hakikatnya kita semua sama. Hanya Allah yang berhak menghakimi, tiada yang lain.
Manusia terbaik adalah dia yang senantiasa meminta ampun
Dari pernyataan diatas sebenarnya kita bukan diperintahkan untuk menghakimi orang lain. Kita juga tidak diperintahkan untuk merasa menjadi suci dan terbaik diantara yang lainnya. Namun kita dituntut oleh Allah untuk Menyadari bahwa kita takkan lepas dari dosa dan kesalahan.
Dan ketika kita adalah orang yang sadar diri akan dosa dan kesalahan, yang terbaik yang bisa kita lakukan adalah meminta ampun kepadaNya. Karena sebaik baiknya manusia adalah dia yang bertaubat:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مَسْعَدَةَ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ : “ كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah (ﷺ) berkata: “Setiap putra Adam melakukan dosa, dan yang terbaik dari mereka yang melakukan dosa adalah mereka yang bertobat.” [2]
Mengejar kesempurnaan lewat taubat
Tiada gunanaya menjadi orang yang dinilai dimata orang lain sebagai orang tersuci atau orang yang paling benar atau baik. Namun hati dan diri kita tidak bisa menyadari bahwa kita berlumuran dosa dan kita membutuhkan taubat untuk meminta ampun kepadaNya.
Oleh karenanya. Bukankah lebih baik kita introspeksi diri dan berusaha sekuat tenaga mengejar kesempurnaan karakter diri kita melalui jalan taubat. Bertaubat kepada Allah atas segala dosa dan kesalahan yang kita lakukan, setiap hari tanpa lelah dan tanpa henti.
***
Nah, itu sih kira kira yang bisa kita share kali ini untuk sobat cahayaislam semuanya. Semoga dengan ini kita bisa introspeksi diri lebih banyak lagi dan menjadi orang orang yang selalu meminta ampun dan perlindungan dari Allah dari segala dosa dan kesalahan. – Semoga bermanfaat
Catatan Kaki:
[1] H.R. Bukhori (sahih) no. 6498
[2] H.R. Sunan Ibnu Majah (hasan) no. 4251