Sikap Menag ke Agama Baha’i, Apakah Bentuk Penyambutan Agama Baru?

0
1057
Agama Baha’i

Agama Baha’i – Baru – baru ini, menteri agama, Bapak Yaqut mendadak viral di media selepas mengucapkan ucapan Hari Raya kepada Agama Baha’i. Tentu, hal ini mendatangkan konflik di tengah umat Islam maupun umat lain. Pasalnya, bangsa Indonesia hanya mengakui 5 agama. Lantas, mengapa agama terseut menjadi perhatian Menag di tengah krisis pandemi ini?

Sobat Cahaya Islam, pengucapan Menag kepada Agama Baha’i wajar umat pertanyakan. Sebab, hal tersebut terucap dari seorang pemuka agama. Pro kontra di tengah umat pun belum usai. Sebab, selain heran terhadap Menag, umat juga kurang menyetujui sikap beliau sebagai perwakilan dari Islam.

Bagaimana Umat harus Menyikapi Perilaku Menag terhadap Agama Baha’i?

Agama Baha’i

Sobat Cahaya Islam, umat perlu mengetahui bahwa sebelum melayangkan bahwa seseorang melakukan kesalahan atau tidak perlu adanya aktivitas Tabayyun. Aktivitas ini merupakan salah satu langkah awal agar umat dapat membuktikan sebuah kebenaran.

Permasalahan lainnya yang perlu umat ketahui yakni, di jaman sekarang tak banyak yang melakukan Tabayyun termasuk kepada Menag itu sendiri. Netizen mayoritas lebih suka untuk berkelompok dalam memberikan nasehat kepada yang bersangkutan.

Di lain sisi, bisa jadi dari jajaran pemerintahan masih belum memberikan sambutan atas komentar yang netizen berikan. Hasil akhirnya, konsep tabayyun tak dapat terlaksana secara sempurna. Hal inilah yang menjadikan terjadinya perpecahan antar sesame muslim.

Mengenai pengucapan hari raya terhadap agama tersebut, tentu saja adalah hal yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Sebab, mengucapkannya sama saja dengan meyakini bahwa agama tersebut ada. Idealnya, umat muslim sudah mengetahui hal tersebut agar tidak terjerumus pada hal kemaksiatan berupa meyakini agama lain.

Apakah Mengucapkan Hari Raya terhadap Agama Lain adalah Wujud Toleransi?

Agama Baha’i

Sobat Cahaya Islam, di zaman serba bebas sekarang banyak umat yang asal dalam melakukan aktifitas. Salah satunya sudah wajar dalam mengucapkan Hari Raya pada agama lain. Hal ini sudah menjadi perhatian khusus oleh para Ulama’ bangsa. Namun, dalam tataran para Ulama’ sekalipun banyak yang mengalami dualisme.

Maka dari itu, umat harus jeli dalam mengikuti sebuah hukum serta mencari tahu penggaliannya. Hal ini perlu umat lakukan agar tak salah dalam menghukumi aktivitasnya. Secara sederhana, beberapa jumhur Ulama’ telah menyampaikan bahwa mnegucapkan hari raya kepada agama lain adalah suatu tindakan mengakui agama lain.

Memang, agama lain seringkali terlihat mengucapkan hari raya terhadap umat Islam. Tentu saja hal tersebut terjadi sebab umat selain Islam tak memiliki peraturan untuk tidak mengucapkannya.

Namun, sebagian umat menolak kewajiban tersebut dengan dalih toleransi. Padahal, Islam telah jelas memberikan makna tolerasi. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Kafiirun ayat 6:

 لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ

Artinya :  Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”

Sehingga, tak sepatutnya umat mengungkapkan rasa syukur atas hari raya umat lain. Sebagai gantinya umat dapat menyampaikan permintaan maaf kepada rekannya. Tentu rekan tersebut akan memaklumi jika umat menyampaikannya dengan ahsan.

Nah Sobat Cahaya Islam, demikianlah ulasan mengenai Agama Baha’i serta bagaimana umat menyikapinya. Semoga ke depan umat dapat lebih berhati – hati dalam menjalankan aktivitasnya sehingga tidak terjerumus dalam dosa maksiat. Wallahua’lam bi Ash Showwab.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY