Siaga 1 Banjir Artinya – Musibah banjir memang kerap terjadi di setiap penghujung tahun. Dimulai dari bulan September sampai nanti menjelang musim panas di tahun baru. Salah satu kebijakan penanggulangan banjir yang diterapkan di Ibukota adalah penggunaan keterangan Siaga di pintu air. Sebenarnya, Siaga I banjir artinya apa? Simak ulasan berikut!
Jenis Status Siaga Pintu Air
Status siaga pintu air merupakan indikator yang ditetapkan pemerintah untuk menghitung debit serta ketinggian air. Dari sini juga pemerintah bisa mengambil tindakan untuk menghindari datangnya banjir secara tiba-tiba.
Siaga IV artinya; apabila belum ada perubahan debit air secara mencolok, kondisi masih stabil dan tidak berpotensi terjadi banjir.
Siaga III artinya; status Siaga III ditetapkan apabila hujan yang terjadi menyebabkan debit air meningkat tetapi belum dalam kondisi kritis dan membahayakan. Namun, ketika status siaga ini telah ditetapkan, masyarakat dihimbau untuk berhati-hati dan bersiap jika sewaktu-waktu banjir terjadi.
Siaga II artinya; jika hujan menyebabkan debit air kian meluas dalam waktu yang singkat, maka akan ditetapkan status Siaga II. Penanggung jawab kondisi ini adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Prov. Jakarta yakni Sekretaris Daerah.
Siaga 1 banjir artinya; status Siaga 1 akan ditetapkan apabila dalam kurun waktu enam jam debit air tak kunjung surut dan berada dalam kondisi kritis. Jika sudah berada pada status Siaga 1 masyarakat dihimbau agar mempersiapkan diri jika harus di evakuasi ke tempat yang lebih aman.
Sebagai seorang muslim, kita meyakini bahwasanya musibah adalah bagian dari cobaan yang tak bisa di sangkal. Sungguh di balik musibah yang menimpa kita, Allah telah mempersiapkan pahala yang besar bagi orang-orang yang bersabar.
Siaga 1 Banjir Artinya Musibah Sudah di Depan Mata, Ada Hikmah Apa Dibalik Musibah Ini?
Hujan merupakan keberkahan yang Allah berikan kepada umat manusia di bumi ini. Air telah menjadi kebutuhan setiap makhluk yang Allah ciptakan, mulai dari manusia, hewan serta tumbuh-tumbuhan.
Lantas, apakah menjadi kesalahan hujan ketika musibah banjir bandang melanda? Tentu saja bukan, sama halnya dengan tiada berdosanya gelombang air laut ketika tsunami datang memporak-poranda kan permukiman warga.
“(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan hujan itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kalina. Karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padajal kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 22)
Hujan merupakan karunia yang Allah turunkan, sedangkan musibah bisa menjadi suatu peringatan kepada manusia akibat perilaku mereka yang berbuat kerusakan di bumi Allah ini. Musibah datang sebagai bentuk hukuman karena manusia tak bisa menjaga serta melindungi apa yang telah Allah titipkan kepada mereka.
Hujan yang sebenarnya adalah rahmat, berubah menjadi momok menakutkan bagi umat manusia. Hujan berubah menjadi tentara Allah yang siap menghukum dan berubah menjadi azab yang pedih. Sobat Cahaya Islam, masihkah ingat pada kisah kaum Nabi Nuh AS yang mendapat kemurkaan dari Allah?
Kaum Nabi Nuh AS merupakan orang-orang yang tiada percaya kepada Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, sekalipun telah diperingatkan mereka tetap ingkar dan mengundang kemurkaan Allah. Allah menghukum kaum Nabi Nuh dengan hujan serta air yang melimpah, dan disaat seperti itulah tiada satupun dari mereka yang bisa menyelamatkan diri kecuali orang-orang yang beriman kepada Allah.
“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah di tetapkan.” (QS. Al Qamar: 11-12)
Sobat Cahaya Islam, sebab utama datangnya musibah bukanlah dari aktivitas alam sebagaimana yang kita yakini selama ini. Perbuatan maksiat serta kedurhakaan kita kepada Allah yang menjadi sebab terbesar yang mendatangkan bencana ini.