Mempertahankan Keimanan Agar Selalu Stabil

0
3156

Berbicara tentang keimanan, tentunya kita harus memahami terlebih dahulu apa arti iman. Kata iman sendiri mempunyai arti meyakini atau percaya. Dalam bahasa Arab, iman berasal dari kata amana yang berarti aman. Sahabat cahaya islam, maksud dari konsep ini yaitu orang-orang yang beriman selalu mempunyai perasaan aman karena mereka yakin selalu dalam lindungan Allah SWT. Sedangkan definisi konsep keimanan sendiri di dalam kajian islam merupakan keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati dan diucapkan oleh lidah serta diwujudkan dalam bentuk amal dan perbuatan. Karena pentingnya iman dalam agama islam, sehingga sebagai umat islam, kita harus senantiasa mempertahankan keimanan. kali ini kami akan mengulas sedikit tentang Mempertahankan Keimanan Agar Selalu Stabil.

Mempertahankan Keimanan Agar Selalu Stabil

Untuk mempunyai rasa iman sendiri tentunya tidak dapat tumbuh dengan sendirinya. Perumpamaannya, rasa iman seperti halnya sebuah benih yang harus dipupuk seiring dengan berjalannya waktu. Dalam mempertahankan keimanan, banyak hal yang dapat mempengaruhi iman yang datang dari mana saja misalnya dari keluarga, teman, pendidikan, masyarakat, dan yang lainnya. Pengaruh-pengaruh iman tersebut dapat berdampak negative ataupun positive untuk masing-masing individu. Dalam ceramah agama dijelaskan bahwa hal pengenalan dan mempertahankan keimanan, keluarga mempunyai peran yang cukup besar baik secara langsung ataupun tidak langsung. Hal ini karena keluarga adalah contoh yang sangat nyata dalam hal pembentukan iman tiap individu. Jika keluarga mampu memberikan contoh baik dalam menumbuhkan iman, hal ini pastinya akan membawa pengaruh baik terhadap individu tersebut.

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ إِنْسَانٍ تَلِدُهُ أُمُّهُ عَلَى الْفِطْرَةِ وَأَبَوَاهُ بَعْدُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ فَإِنْ كَانَا مُسْلِمَيْنِ فَمُسْلِمٌ كُلُّ إِنْسَانٍ تَلِدُهُ أُمُّهُ يَلْكُزُهُ الشَّيْطَانُ فِي حِضْنَيْهِ إِلَّا مَرْيَمَ وَابْنَهَا

Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa’id] telah menceritakan kepada kami [‘Abdul ‘Aziz Ad Darawadri] dari [Al ‘Ala] dari [bapaknya] dari [Abu Hurairah] bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai seorang yahudi, nasrani dan majusi (penyembah api). Apabila kedua orang tuanya muslim, maka anaknya pun akan menjadi muslim. Setiap bayi yang dilahirkan dipukul oleh syetan pada kedua pinggangnya, kecuali Maryam dan anaknya (Isa). [1]

Mempertahankan keimanan :

iman kepada Allah

Untuk dapat mencapai iman kepada Allah, langkah awal yang harus dilakukan yakni mengenal ajaran-ajaran Allah. Jika seorang individu tidak mengenal ajaran Allah, maka individu tersebut tidak mungkin akan beriman kepada Allah. Selain melalui proses pengenalan, proses pembiasaan juga merupakan proses yang tak kalah pentingnya dalam mempertahankan keimanan. Hal ini karena tanpa adanya pembiasaan atau kebiasaan, maka rasa iman seseorang dapat berubah ataupun luntur. Untuk dapat mempertahankan keimanan pada Allah, setiap individu harus dibiasakan untuk melakukan ajaran Allah dan juga menjauhi segala hal yang dilarang. Dengan adanya pembiasaan atau kebiasaan, makan insyaallah iman seseorang bisa selalu terjaga. Kepercayaan atau iman adalah dasar utama untuk memeluk suatu agama termasuk agama islam. Hal ini karena dengan adanya keyakinan bisa membuat individu untuk melakukan apa saja yang diperintahkan serta apa saja yang dilarang menurut keyakinannya tersebut. Dengan kata lain, iman mampu membentuk individu menjadi pribadi yang bertaqwa.

tips mempertahankan keimanan selalu stabil :

menanamkan pemahaman yang kuat, dalam dan benar

Jika diibaratkan dalam kajian islam, pemahaman dan aqidah islam sama halnya dengan tumbuhan. Bila tidak ada akar yang kuat, maka ia tak akan mampu tegak berdiri. Banyak hal yang akan membuatnya roboh, seperti hujan, angin, dan lain sebagainya. Sebaliknya, tumbuhan yang mempunyai akar yang kuat tentu tidak akan mudah roboh meskipun ada angin besar yang menerjangnya. Perumpamaan iman seperti tumbuhan ini sesuai dengan firman Allah dalam Alqur’an, yang artinya:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ

تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya ke langit. pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” [2]

Selalu mengaitkan segala pengalaman dan kejadian dalam hidup kepada Allah

Supaya iman dapat benar-benar menyatu di dalam jiwa, maka kita harus selalu mempertahankan keimanan dan menjadikannya sebagai kacamata kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti kita tidak membiarkan satu titik pun di dalam kehidupan yang tidak dihubungkan dengan pendekatan syar’i. Untuk itu, tiap individu harus selalu menghadirkan Allah di dalam tiap aktivitas dan langkah kita. Hal tersebut kita aplikasikan dengan selalu menjadikan syariat islam sebagai format saat memandang, berfikir, serta bertindak dalam kehidupan sehari-hari.

[1] HR. Muslim 4807 (shahih)

[2] (QS. Ibrahim : 24-25)

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY