Hukum Menonton Wayang Kulit yang Membawa Cerita Agama Hindu? Haramkah untuk Muslim?

0
144
Hukum Menonton Wayang Kulit yang Membawa Cerita Agama Hindu Haramkah untuk Muslim

Hukum Menonton Wayang Kulit – Jadi ada satu sobat cahayaislam yang sedang belajar menjadi dalang. sobat cahayaislam yang satu ini terinspirasi dari Almarhum Ki Seno Nugroho. Dalang kondyang asal Yogyakarta ini dulu selalu memiliki penonton yang buanyak sekali. Bahkan ketika live streaming, banyak pula penonton dari mancanegara yang ikut serta menonton pertunjukan wayang itu. Yang lebih mengagumkan lagi, banyak penonton wayang kulit ini dari kalangan anak muda. Itu adalah hal yang sangat hebat. Gimana enggak, diantara gempuran teknologi dan pergaulan kawula muda yang terlampau modern ini. Beliau bisa menarik minat anak anak muda untuk ikut nyengkuyung budaya jawa.

Nah, kemudian muncul pertanyaan seputar wayang kulit nih. Yaitu pertanyaan tentang hukumnya tentang menonton wayang kulit, apakah haram? atau boleh? – Karena tidak lain dan tidak bukan kisah wayang kulit memang mengangkat 2 epos terbesar umat hindu. Yakni Ramayana dan Mahabharata.

Penting Hukumnya untuk Orang islam, Menggunakan Akal Sehat dan Berfikir Jernih Tentang Hukum Menonton Wayang Kulit

Pertamanya gini dulu deh, nggak usah terlalu jauh. Penting untuk kita ingat bahwa ajaran Islam mendorong umatnya untuk menggunakan daya akal sehat dan pertimbangan moral dalam setiap tindakan yang kita lakukan. Nggak cuman soal hal yang terkait budaya tertentu ya, dalam segala hal pada kehidupan kita. Jika menonton pertunjukan wayang kulit yang memiliki cerita agama Hindu tidak menimbulkan keraguan terhadap keyakinan agama Islam atau mempengaruhi iman seseorang. Maka dari itu beberapa ulama dapat memperbolehkan kegiatan wayang kulit ini. Kuncinya disini adalah Keimanan kita. Pertanyaan ini sama ketika apakah kita bila berwisata ke Pura di pulau Bali apakah boleh? atau pertanyaan bolehkah kita main di klenteng atau tempat ibadah agama lainnya – ya boleh aja, yang penting kan iman kita aman.

Perhatikan tentang Nilai dan Pesan yang Disampaikan

Fun fact nih, kebanyakan kisah kisah wayang kulit di jawa sebenernya udah mengalami gubahan dari para wali songo. Yang dulu notabene juga menggunakan media ini untuk berdakwah. Contohnya dari adanya tokoh Punakawan misalnya. Dari segi narasi dan ceritanya, kegiatan menyembah sudah diganti sebagai kegiatan penghormatan. Atau kedudukan Dewa yang secara intrinsik oleh dalang ceritakan lebih humanis dan seperti manusia (kadang berdosa dan berbuat kesalahan). Karakterisasi tokoh tokoh yang lebih kuat dan hebat dari dewa dewa itu sendiri pun juga muncul. Bahkan dalam beberapa cerita wayang, khayangan yang merupakan tempat dewa bersemayam sering dikisahkan diobrak abrik oleh beberapa tokoh yang bukan dewa. Jadi sebenernya kisah wayang sekarang di jawa udah banyak modifikasinya.

Penting untuk memperhatikan pesan dan nilai-nilai yang disampaikan dalam pertunjukan wayang kulit tersebut. Jika cerita yang ditampilkan mengandung ajaran atau nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam, maka menontonnya bisa menjadi masalah.

Hukum Menonton Wayang Kulit dari Konteks Budaya dan Niat Tujuan

Wayang kulit merupakan bagian dari budaya tradisional Indonesia yang kaya dan telah menjadi bagian dari identitas budaya bangsa. Jika menonton wayang kulit dipahami sebagai apresiasi terhadap seni dan budaya Indonesia tanpa menyimpang dari keyakinan agama, maka banyak ulama memperbolehkannya. Bahkan merekomendasikannya sebagai bentuk andil kita dalam berbangsa dan bernegara.

Yang nggak kalah penting juga adalah untuk memperhatikan tujuan dan niat di balik tindakan menonton wayang kulit. Jika tujuannya adalah untuk menghibur atau tujuan melestarikan seni budaya tanpa melanggar prinsip-prinsip agama Islam, maka dapat dianggap sebagai tindakan yang sah.

Urgensi dan aspek pentingnya niyat dalam melakukan sesuatu membuat hukum pada suatu perbuatan ini bisa kita lihat dari hadits sitir Arbain Nawawi.

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإنَّمَا لِكُلِّ امْرِىءٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوُلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ.

“Sejatinya amal perbuatan manusia tergantung apa niatnya, sedangkan tiap insan akan dapatkan sesuai apa yang telah ia niatkannya. Maka dari itu, siapa insan yang hijrahnya menuju Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya menuju kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin diraih atau wanita yang ia hasrati maka hijrahnya mengarah pada itu semua.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hukum Menonton Wayang Kulit Bisa Jadi Haram karena Konteks Kegiatan dan Lingkungannya

Konteks di mana pertunjukan wayang kulit ditonton juga perlu dipertimbangkan. Jika pertunjukan tersebut dihadiri dalam suasana yang tidak mencerminkan nilai-nilai Islam atau memberikan dorongan kepada tindakan-tindakan yang bertentangan dengan agama. Maka mungkin lebih baik untuk kita hindari.

Biasanya dalam beberapa pentas wayang kulit ada pula warga sekitar membuka warung untuk sarana jajan para penonton. Yang perlu kita hindari adalah saat ada jual beli barang haram di lokasi itu. Misalnya ada penjaja miras. Hal ini bisa menyebabkan kegiatan seni ini menjadi haram hukumnya. Contoh lain, misalnya dalam suatu pertunjukkan wayang kulit ada sesi goro goro yang mengundang wanita bahenol yang bisa memancing syahwat dan hal hal yang tidak baik. Maka kegiatan ini seharusnya kita jauhi.

***

Pada akhirnya, wayang kulit adalah satu budaya bangsa ini yang harus tetap kita lestarikan. Bahkan kita tahu Wali songo dulu yang merupakan pioneer penyebaran agam islam di Indonesia pun menggunakan wayang ini sebagai media dakwah juga. Jadi terlalu dangkal bilang kita harus mengharamkan Wayang hanya karena bukan kebudayaan islam atau timur tengah. Dalam Islam, prinsip utama adalah menjaga kesucian dan kebersihan hati serta menjauhkan diri dari apa pun yang dapat merusak iman atau moralitas seseorang.

Oleh karena itu, sementara menonton pertunjukan wayang kulit dengan cerita agama Hindu tidak selalu kita terima sebagai larangan mutlak. Penting untuk menjaga keseimbangan dan menggunakan akal sehat dalam setiap tindakan yang kita lakukan. Jika terdapat keraguan atau ketidakpastian tentang dampaknya terhadap iman dan moralitas, lebih baik untuk menghindarinya saja, bukan mengharamkan secara mutlak. Semoga Allah selalu menjaga hati dan keimanan kita ya. Semoga Bermanfaat

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY