Haul Kyai Sahal, Kyai NU yang Sangat Sederhana

0
460
Haul-Kyai-Sahal-Kyai-NU-yang-Sederhana

Haul Kyai Sahal – 24 Januari 2024, banyak warga Nahdlatul Ulama (NU) mengenang wafatnya Kyai Sahal Peringata haul ke-10 tersebut dilaksanakan di komplek Ponpes Maslakul Huda Kajen. Seain sebagai Ketum MUI, K.H Sahal Mahfudz juga pernah menjadi Rais Aam PBNU. Meski terkenal dengan kealimannya, beliau juga terkenal sebagai kyai yang sangat sederhana. Tentu saja, kita sebagai umat muslim harus berusaha meneladani kesederhanaan beliau.

Haul Kyai Sahal, Mengenang Ketawadhu’an dan Kesederhanaan Beliau

K.H. Sahal Mahfudz adalah salah satu kyai paling ‘alim di kalangan NU. Bahkan, tak sedikit yang mensejajarkan beliau dengan Hadratus Syekh K.H. Hasyim Asy’ari. Namun, dengan ilmunya yang selangit, beliau tetap membumi. Maka, ketawadhu’an dan kesederhanaan beliau patut menjadi teladan bagi kita semua. Dalam hal ini, ingat sabda Rasulullah:

 مَنْ تَرَكَ اللِّبَاسِ تَوَاضُعًا لِلَّهِ وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ دَعَاهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنْ أَىِّ حُلَلِ الإِيمَانِ شَاءَ يَلْبَسُهَا ‏

“Barangsiapa meninggalkan pakaian (bagus) karena tawadhu’ di hadapan Allah padahal sebenarnya ia mampu, di hari kiamat Allah memanggilnya di hadapan segenap makhluk dan disuruh memilih pakaian yang ia kehendaki.” (1)

Tawadhu’, Sederhana, dan Menyesuaikan Diri

Berdasarkan hadits di atas, kita sebagai umat muslim hendaknya menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Jika seseorang sedang di lingkungan yang orang-orangnya hidup sederhana, sebaliknya jangan berpenampilan terlalu mewah.

Jika ia ingin bersikap tawadhu’, maka hendaknya berpakaian seperti mereka. Tujuannya adalah agar mereka tidak merasa berkecil hati. Selain itu, tentu saja ini juga bukan tanda kesombongan. Justru, inilah yang membuat seseorang memperoleh pahala besar.

Akan tetapi, apabila seseorang ada di sekitar orang-orang yang pakaiannya bagus, sebaliknya ia memakai pakaian yang juga bagus seperti mereka. Pasalnya, Allah itu indah dan menyukai sesuatu yang indah. Sebagaimana hadits Rasulullah:

‏ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ

“Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan.” (2)

Berpakaian Sederhana Tidak Harus Hina

Mungkin, Sebagian orang beranggapan bahwa pakaian sederhana adalah pakaian yang kurang layak dan hina. Namun, untuk berpakaian sederhana, kita tidak mesti berpakaian hina. Maksudnya, cukup kenakan pakaian yang tidak terlalu mewah.

Pasalnya, Allah menyukai jika hamba-Nya menampakkan nikmat-Nya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يُرَى أَثَرُ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ

“Sesungguhnya Allah suka melihat tampaknya bekas nikmat Allah kepada hamba-Nya.” (3)

Oleh karena itu, hendaknya kita bersikap sederhana dalam beraktivitas seperti makan, minum, dan berpakaian. Tapi, sebaliknya kita tidak menyembunyikan nikmat Allah baik. Misalnya, memanfaatkan nikmat harta untuk menolong orang lain, bersedekah, berinfaq, dll.

Sementara itu, untuk nikmat berupa ilmu, hendaknya kita mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain. Mudah-mudahan kita dapat menjaga ketawadhu’an dan kesederhanaan kita dan tetap mensyukuri nikmat Allah dengan cara yang baik. Aamiin.


Referensi:

(1) Jami’ at-Tirmidhi 2481

(2) Sahih Muslim 91

(3) Jami’ at-Tirmidhi 2819

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY