Mengenal Pertanda Bahwa Anda Telah Menjadi Budak Dunia (Bagian 1)

0
2698
budak dunia

Motivasi Islam – Bila sobat cahayaislam ditanyai oleh seseorang tentang bagaimana sih makna dari sukses bagi anda? Maka bagaimanakah jawabannya? – Apakah sukses bagi anda adalah ketika anda bisa membangun sebuah rumah megah nan indah? Apakah sukses bagi anda adalah ketiadaan dari rasa khawatir akan berapa jumlah uang yang anda perlu keluarkan?. Kebanyakan dari jawaban-jawaban arti dari kesuksesan tidak jauh dari kekayaan dan pencapaian-pencapaian dalam hidup. Bila anda termasuk dari orang-orang yang menjawab demikian, maka hati-hati deh. Bisa jadi anda telah masuk kedalam lubang perbudakan dunia. Berikut ini untuk Mengenal Pertanda Bahwa Anda Telah Menjadi Budak Dunia.

Mengenal Pertanda Bahwa Anda Telah Menjadi Budak Dunia

Pada kesempatan kali ini tim cahayaislam akan mengulas sebuah artikel seri yang akan berlanjut tentang pertanda-pertanda bahwa anda telah terjerumus menjadi budak bagi dunia. Yang perlu digaris bawahi disini adalah, artikel ini bukan bermaksud judgemental namun lebih kepada ajakan untuk bersama-sama berkontemplasi diri. Menyelami hati sanubari untuk menemukan tanaman-tanaman kering keimanan yang tersembunyi disana untuk kita ambil dan suburkan kembali. Berikut tanda-tanda tersebut:

Ketika waktu sholat telah tiba, anda masih belum beranjak dari kesibukan anda

Sholat bukan hanya sekedar ritual yang wajib seorang muslim lakukan setiap harinya. Sholat bukanlah suatu hal yang sekedar harus dipenuhi sebanyak lima kali dalam sehari sebagai pemenuhan kewajiban. Pada hakikatnya sholat melupakan “jembatan” yang menghubungkan jalur komunikasi antara Allah dan Hamba-Nya. Bila seseorang tidak menemukan lagi kesenangan pada sholat, maka dia secara tidak langsung tidak memiliki rasa senang untuk bermunajat kepada Allah.

حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، قَالَ حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ، عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم رَأَى نُخَامَةً فِي الْقِبْلَةِ فَحَكَّهَا بِيَدِهِ، وَرُئِيَ مِنْهُ كَرَاهِيَةٌ ـ أَوْ رُئِيَ كَرَاهِيَتُهُ لِذَلِكَ وَشِدَّتُهُ عَلَيْهِ ـ وَقَالَ ‏”‏ إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَامَ فِي صَلاَتِهِ فَإِنَّمَا يُنَاجِي رَبَّهُ ـ أَوْ رَبُّهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ قِبْلَتِهِ

Diceritakan Anas: Nabi (ﷺ) melihat pengusiran (di dinding masjid) ke arah kiblat dan mengikisnya dengan tangannya. Sepertinya dia tidak menyukainya dan tanda jijik terlihat jelas dari wajahnya. Dia berkata, “Jika ada di antara kamu yang berdiri untuk sholat, dia berbicara secara pribadi kepada Tuhannya, (atau) Tuhannya ada di antara dia dan kiblatnya, karena itu dia tidak boleh meludah ke arah kiblatnya, tetapi dia bisa meludahi kiri atau di bawah kakinya. ” Lalu ia mengambil sudut seprai dan meludahinya, melipatnya dan berkata, “Atau lakukan ini.” [1]

Waktu sholat adalah waktu khusus seorang hamba berinteraksi dengan Tuhannya. Itulah yang dijelaskan pada hadits diatas. Banyak dari para ulama percaya bahwa indikasi oke atau tidaknya keimanan seseorang bisa dilihat dari bagaimana dia menghargai waktu sholatnya. Bila dia menyegerakan sholat ketika waktu sholat tiba, maka dia adalah orang yang mencintai untuk bertemu dengan Allah.

Dan secara otomatis bila seseorang berperilaku demikian, dia akan selalu teringat kepada Allah tak peduli sesibuk apapun dia. Dia akan memiliki segala kesibukan hanya untuk Allah semata. Dia sibuk bekerja untuk mendapatkan rahmat dari Allah. Dan segala apa yang dia lakukan tertuju pada kerinduannya atas ridho dan cinta dari Allah.

Tak terbersit dipikiran anda untuk membuka dan melantunkan Ayat Al Qur’an, karena kesibukan anda

حَدَّثَنَا حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ ، عَنْ عِكْرِمَةَ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، ” ضَمِنَ اللَّهُ لِمَنِ اتَّبَعَ الْقُرْآنَ أَنْ لَا يَضِلَّ فِي الدُّنْيَا ، وَلَا يَشْقَى فِي الْآخِرَةِ ، ثُمَّ تَلَا فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى

Dalam penjelasan hadits maukuf diatas, Ibnu Abbas RA berkata sebuah pernyataan yang baik bahwa Allah sungguh menjamin pada siapa yang mengikuti jejak Al Quran, niscaya dia takkan tersesat dalam belenggu dunia. Dirinya juga takkan menjadi orang yang merugi di akhirat kelak. Di akhir pernyataan beliau tersebut, Ibnu Abbas membaca surat Thaha ayat 123.

Sudah jelas menurut penuturan indah sahabat Ibnu Abbas RA ini bahwasanya orang yang membiasakan diri melantunkan ayat Al Quran adalah mereka yang tidak tersesat dalam belenggu perbudakan dunia. Orang yang sesibuk apapun tetap memerlukan membaca Al Quran adalah dia yang terlepas dari golongan mereka yang menjadi budak dunia. Pertanyaannya adalah apakah anda salah satunya?


Catatan Kaki:

[1] H.R. Shahih Bukhari no. 417

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY