Mengapa Kaum Radikal Bom Bunuh diri Takkan Masuk Surga?

0
798
Bom Bunuh diri

Bom Bunuh Diri – Paham radikal memang dikhawatirkan thriving di dalam lingkup masyarakat Indonesia. Mengingat mayoritas penduduk negara ini adalah umat islam yang terdiri dari banyak orang dengan berbagai background. Pemahaman tentang islam dan ajaran ajaran Allah dan Rasulullah pun kemudian beragam dan membentuk suatu prinsip yang kemudian banyak menjurus ke jalan yang keliru. Salah satunya yaitu menjadikan bom bunuh diri sebagai tindakan jihad.

Mengapa Kaum Radikal Bom Bunuh diri Takkan Masuk Surga?

Salah satu yang kasusnya selalu hangat adalah kaum radikal dan beberapa aksi kekerasan tak berdasar mereka yang selalu menggunakan dalih jihad fii sabilillah. Tak jarang ada yang bahkan rela mati dengan iming iming surga. Sungguh hal yang tak masuk akal dan konyol, karena pada dasarnya Allah dan Rasul-Nya tak pernah memerintah kaumnya untuk mendahului kuasa Allah.

Cerita Ahli Jihad yang akhirnya Masuk Neraka

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ، قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو حَازِمٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ، قَالَ نَظَرَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِلَى رَجُلٍ يُقَاتِلُ الْمُشْرِكِينَ، وَكَانَ مِنْ أَعْظَمِ الْمُسْلِمِينَ غَنَاءً عَنْهُمْ فَقَالَ ‏”‏ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا ‏”‏‏.‏ فَتَبِعَهُ رَجُلٌ فَلَمْ يَزَلْ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى جُرِحَ، فَاسْتَعْجَلَ الْمَوْتَ‏.‏ فَقَالَ بِذُبَابَةِ سَيْفِهِ، فَوَضَعَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ، فَتَحَامَلَ عَلَيْهِ، حَتَّى خَرَجَ مِنْ بَيْنِ كَتِفَيْهِ‏.‏ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏”‏ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ وَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا ‏”‏‏.‏

Dikisahkan Sa`d bin Sahl As-Sa`idi: Nabi (ﷺ) memandang seorang pria yang berperang melawan para penyembah berhala dan dia adalah salah satu dari orang yang paling kompeten yang berperang atas nama kaum Muslim. Nabi (ﷺ) berkata, “Biarkan dia yang ingin melihat seorang pria dari penghuni neraka (neraka), lihatlah ini (manusia).” Seorang lelaki lain mengikutinya dan terus mengikutinya sampai dia (petarung) terluka dan, berusaha mati dengan cepat, dia meletakkan ujung pedangnya di antara payudaranya dan mencondongkannya hingga melewati bahunya (yaitu, bunuh diri ). “Nabi (ﷺ) menambahkan,” Seseorang dapat melakukan perbuatan yang kelihatannya bagi orang-orang sebagai perbuatan orang-orang Surga sementara pada kenyataannya, ia berasal dari penghuni Api (Neraka): dan demikian pula seseorang dapat melakukan perbuatan yang nampak bagi orang-orang sebagai perbuatan orang-orang dari Api (Neraka) sementara pada kenyataannya, ia berasal dari penghuni Surga. Sesungguhnya, perbuatan yang dilakukan, tergantung pada tindakan terakhir. ” [1]

dalam hadist diatas dijelaskan bahwa Nabi saw mengarahkan pandangannya kepada seseorang yang sedang memerangi kaum musyrikin dan ia merupakan salah seorang prajurit muslimin yang gagah berani.

Namun anehnya beliau malah berujar;

“Siapa yang ingin melihat penghuni neraka, lihatlah orang ini.”

Kontan seseorang menguntitnya, dan terus ia kuntit hingga prajurit tadi terluka sangat parah lalu ia ingin mempercepat kematiannya.

Serta merta ia ambil pedangnya dan ujungnya ia letakkan di dadanya, lantas ia hunjamkan hingga menembus diantara kedua tulang belikatnya.

Selanjutnya Nabi saw bersabda: “Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka.

Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penghuni neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga.

Sungguh amalan itu ditentukan dengan terakhirnya/ penutupannya amal.

Ternyata laki laki dalam kisah di atas mati karena bunuh diri ditengah tengah berkecamuknya perang. Dari kisah diatas bisa kita ambil hikmahnya bahwa bunuh diri adalah perbuatan yang tercela dan hadits diatas juga menjelaskan bahwa apa yang kita lihat belum tentu dengan aslinya. Sekilas seperti mati syahid, tidak tahunya cuma mati nista.


Catatan Kaki:

[1] H.R. Bukhori no. 6493 (shahih) Bab: Perbuatan yang dilakukan tergantung pada tindakan terakhir

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY