Adiguna Sutowo Meninggal! Hakikat Kematian dalam Islam

0
1392

Adiguna Sutowo – Beberapa hari ini, sederetan para artis tengah berduka dikarenakan kepergian dari ayah mertua Dian Sastro, Alm. Adiguna Sutowo. Kejadian tersebut tentu membawa duka yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Terdapat banyak harapan yang ingin diwujudkan di bulan Ramadhan bersama sang ayah, namun Allah SWT lebih menyayangi almarhum.

Sobat Cahaya Islam , setiap yang berjiwa akan merasakan kematian seperti yang dialami oleh Alm. Adiguna Sutowo. Tentu, istilah kematian ini hanya didefinisikan di dunia. Sebab sejatinya kematian adalah masa berpindahnya nyawa ke alam akhirat, tempat peristirahatan abadi.

Bagaimana Keluarga Alm. Adiguna Sutowo menyikapi kejadian ini?

Sejatinya, bagi keluarga yang ditinggalkan mengikhlaskan kejadian tersebut, lebih khususnya pada kejadian kematian Alm. Adiguna Sutowo. Di awal memang sangat menyakitkan, namun hal tersebut bukan termasuk dalam kuasa manusia. Manusia mungkin hanya bisa merencanakan jalan hidup yang dilalui. Namun, hal tersebut akan kembali pada kekuasaan Allah Ta’ala.

Selain mengikhlaskan kejadian kematian ini, hendaknya kaum muslimin mengambil pelajaran. Bahwa kematian datangnya tidak dapat ditentukan, sehingga setiap kaum muslim harus bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan menambah amalan kebaikan, Sebab, setiap aktivitas yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan dan kematian adalah pertanda ditutupnya pintu pertaubatan.

Hakikat Kematian dalam Islam

Bagi hamba yang masih diberi jatah kehidupan di dunia, sudah selayaknya mengoptimalkan waktu sebaik mungkin. Selain itu, perlu adanya kesadaran dalam diri bahwa kehidupan yang dijalani sifatnya sementara. Bahkan, sedini mungkin memahami hakikat kematian itu sendiri. Lantas, apa hakikat kematian itu?

1. Pemutus Amal

Tanpa disadari, manusia hari ini berjalan lebih mementingkan perasaannya dibanding keimanan yang dimilik. Faktanya, banyak diantara kaum muslimin yang menggadaikan agama hanya demi mendapatkan keuntungan, jodoh bahkan harta kekayaan. Tentu hal ini sangat disayangkan.

Bisa dibayangkan, jika dalam proses mencari materi tersebut mereka diberi kematian? Lantas, amalan seperti apa yang akan mereka pertanggungjawabkan? Sungguh umat muslim akan merugi.

2. Fitnah Kubur dan Azab Kubur

Umat muslim juga harus memahami bahwa kematian sangat identik dengan fitnah kubur dan azab kuburnya. Di hari dia meninggal, di hari itu aja akan dicerca berbagai pertanyaan oleh malaikat yang memang ditugasi Allah SWT sebagai penanya.

Tentu, jawabannya tak akan bisa sekedar dihafalkan. Sebab jawaban tersebut merepresentasikan sedalam apa keimanan yang dimiliki. Jika tidak lancar dalam menjawab, maka sudah pasti kehidupannya dipenuhi dengan kemaksiatan terhadap Allah SWT.

3. Hari Pertanggungjawaban

Kematian sendiri adalah penanda bagi kaum muslimin untuk siap dalam mempertanggungjawabkan segala aktivitas yang dilakukan selama hidup. Semua aktivitas baik dari hal sekecil apapun akan terekam oleh CCTV Allah SWT. Hal ini sesuai dengan apa yang sudah difirmankan oleh Allah Ta’ala dalam surat Al Ghasiyah ayat 25.

اِنَّ اِلَيۡنَاۤ اِيَابَهُمۡۙ‏

25. Sungguh, kepada Kamilah mereka kembali,

 Maka dari itu, karena kehidupan manusia tak pernah terlepas dari dosa, maka seringlah untuk menegakkan shalat taubat supaya Allah mengampuni dosa – dosanya.  Shalat Taubat sendiri sering dilakukan setelah shalat tahajud ditegakkan. Bahkan, ketika bulan Ramadhan tiba, shalat ini sering dilakukan ketika 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.

Nah Sobat Cahaya Islam, begitulah seharusnya kaum muslimin memaknai kematian, termasuk juga  keluarga alm. Adiguna Sutowo memaknainya. Hendaknya kematian senantiasa menjadi pengingat diri bahwa kehidupan dunia hanyalah pinjaman sementara dari Allah SWT. Sebab, Allah SWT ingin melihat seberapa konsisten hambaNya dalam menjalankan syariat dan menjauhi laranganNya.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY