Liberty Manik, Pencipta Lagu Satu Nusa Satu Banga yang Mengajarkan Toleransi

0
1225
Satu Nusa Satu Bangsa

Satu Nusa Satu Bangsa – Pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa Liberty Manik atau lebih dikenal L. Manik, telah mencatatkan namanya di dalam buku sejarah. Karyanya ini terus dikenang dan dinyanyikan, bahkan sudah akrab dengan penduduk Indonesia.

Karena lagu ini memiliki lirik yang sederhana, tapi memiliki arti mendalam tentang rasa nasionalisme serta toleransi antar sesama penduduk Indonesia. Membuat banyak orang mudah menyanyikannya. L.Manik menciptakan lagu atas pengalaman batin yang dialaminya.

Penciptaan Lagu ‘Satu Nusa Satu Bangsa’

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa lagu ini berdasarkan pengalaman batin Liberty Manik atas peristiwa pasca kemerdekaan yang mendorongnya menciptakan lagu tersebut. Lagu ini diciptakan pada tahun 1947 atau dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia.

Hal ini bertujuan untuk mempersatukan masyarakat Indonesia supaya terhindar dari bentuk separatisme. Liberty Manik, selama hidupnya tidak hanya menciptakan satu lagu melainkan kurang dari enam lagu yang diciptakannya.

Dua lagu didantaranya bertemakan nasionalisme; Negara Jaya dan Satu Nusa Satu Bangsa. Semangatnya dalam menuangnkan rasa nasionalisme dalam bentuk lagu atau bidang musik, menjadikannya meraih penghargaan di tahun 1999 sebagai Bintang Budaya  Parama Dharma.

L.Manik merupakan seorang putra daerah kab. Dairi, Sumater Utara. Lahir pada tanggal 21 November 1924. Hadirnya para pemusik daerah ini dengan latar belakang musik gereja misonaris Jerman cukup handal.

Satu Nusa Satu Bangsa

Para pemusik beranggapan bahwa musik nasionalis tidak boleh dibangun atas budaya musik jawa saja. Musiknya harus lebih terbuka lagi untuk umum dan berdasar pada berbagai kebhinekaan masyarakat Indonesia

L.Manik juga merupakan lulusan doktor pertama dibidang musik Indonesia, lulus dengan predikat Magna cumladue. Predikat ini ia dapatkan dari Frele Universitas Berlin, Jerman. Dengan menciptakan lagu ini, menunjukan pada masyarakat Indonesia harus tetap hidup berdampingan meski berbeda suku, ras dan agama.

Islam sendiri sudah mengajarkan pengantunya untuk saling bertoleransi satu sama lain. Begini islam memandang toleransi antara umat beragama, suku, dan budaya.

Toleransi dalam Islam

Adanya sikap toleransi sangat penting dalam proses mempersatukan bangsa. Tanpa adanya toleransi, kehidupan yang penuh dengan perbedaan tidak akan pernah bersatu. Allah lah yang telah menciptakan perbedaan tersebut.

Meski harus menjujung toleransi, kita perlu membatasinya dengan hal berikut;

1. Tidak Mencampuradukkan Akidah

Dalam bertoleransi kita perlu membatasi diri. Tidak boleh sampai mencampur adukan antar akidah. Misalnya mengucapkan selamat hari raya dan merayakan hari raya agama lain. Sudah Allah jelaskan dalam surah Al-Kafirun.

“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (QS. Al-kafirun: 6)

2. Tidak Boleh Menghina

Sebagai warga yang hidup di Indonesia, dengan berbagai agama dan suku bangsa. Kita tidak boleh menghina satu sama lain. Jangan menghina Tuhan yang dianutnya, pemuka agamanya, jangan menghina warna kulit, bahasa dan budaya.

Satu Nusa Satu Bangsa

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al Hujurat: 11)

3. Tidak Boleh Memaksakan Kehendak

Misalnya kita memaksakan penganut agama lain, untuk masuk islam ataupun sebaliknya. Hal itu tidak boleh dilakukan, termasuk memaksakan kehendak terkait budaya yang berlaku tapi menyalahi aturan agama islam.

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat.”(QS. Al-Baqarah: 256)

Tiga poin penting tersebut, perlu kita perhatikan sebagai warga negara Indonesia. Sudah sepatutnya kita menjalankan persatuan seperti lagu Satu Nusa Satu Bangsa, tanpa menyalahi aturan agama islam.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY