Rumah Mewah Haji Bolot Menandingi Artis Lain, Ini 4 Kunci Bahagia Menurut Islam

0
743

Rumah Mewah – Dimiliki sebagian artis tanah air, seperti Raffi Ahmad, Muzdalifah atau mantan istri Nassar,  Ashanty dan deretan artis yang lain. Tetapi ada yang tidak pernah diekspos ke media pemilik rumah yang dibilang tergolong mewah yakni milik Haji Bolot.

Haji Bolot merupakan komedian terkenal yang telah berhasil di ranah dunia hiburan. Hasil dari kerja kerasnya terbukti bahwa dia memiliki 10 rumah mewah, dan 13 mobil yang semuanya tidak dinikmatinya sendiri, melainkan untuk anak, saudara, sekaligus mertuanya bisa diartikan berbagi kebahagiaan.

Sobat Cahaya Islam, berbicara tentang kebahagiaan setiap orang memiliki persepsi masing-masing. Ada yang berbahagia bila bisa bermanfaat untuk orang lain, ada yang berbahagia jika segala BBM kebutuhannya tercukupi. Adapun yang berbahagia jika cita-cita dapat tercapai.

Islam telah memberikan kunci bagi penganutnya untuk membuka pintu kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak yang abadi. Lanjut, berikut penjelasannya.

Mempunyai Rumah Mewah bukan Jaminan Kebahagiaan, Ini 4 Kunci Bahagia Menurut Islam

Muslim yang baik wajahnya berseri-seri ketika bertemu dengan saudaranya sebagaimana tanda bahagia hidupnya. Berikut empat kunci bahagia yang bisa kita terapkan dalam sehari-hari.

  1. Memandang Orang yang Lebih Rendah dalam Hal Duniawi

“Di atas langit masih ada langit” pepatah yang tidak pernah usang diterpa zaman. Jika kriteria kebahagiaan adalah yang hartanya berlimpah, dan memacu diri untuk seakan memiliki harta berlebih. Maka tidak akan memperoleh kebahagiaan itu sendiri.

Pasti di luar sana ada yang jauh lebih memiliki, sebagai muslim sifat seperti itu perlu dihindari. Islam mengajarkan untuk melihat orang di bawahnya dalam hal duniawi. Seperti dalam hadis di bawah ini.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي اللّه عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

Dari Abu Hurairah  ia berkata, Rasulullah  bersabda, “Lihatlah kepada yang di bawah kalian dan janganlah kalian melihat yang di atas kalian, sesungguhnya hal ini akan menjadikan kalian tidak merendahkan nikmat Allah yang Allah berikan kepada kalian.” (HR Muslim No. 2963)

  1. Melihat Orang yang Lebih Tinggi Ilmu Agamanya

Ilmu agama bidang yang perlu diprioritaskan daripada bidang-bidang lainnya.  Lihatlah orang yang lebih tinggi ilmu agama untuk didekati dan semoga bisa menularkan ilmunya kepada kita.

Hal ini sesuai dengan ilmu agama yang fungsinya memberikan asupan gizi jiwa agar selalu bahagia dalam keadaan sempit sekalipun dengan cara bersyukur. Serta memberikan arahan untuk tidak bersikap berlebihan ketika di waktu luang, karena kebahagiaan itu bersifat sementara.

  1. Mengingat Kesalahan yang Diperbuat

Muslim yang baik bukan yang terbebas dari kesalahan tetapi yang menyadari kesalahan yang dilakukan dengan menyesalinya melalui tobat dengan menggantinya dengan perbuatan-perbuatan yang baik. Itu perlunya mengingat kesalahan diri.

Kenyataannya, kebanyakan umat manusia lebih sering mengingat kesalahan orang lain, sehingga timbul rasa benci, dendam, atau semacam penyakit hati lainnya. Bagaimana muslim akan bahagia bila hatinya dipenuhi penyakit hati?

  1. Melupakan Kebaikan yang Dilakukan

Kebaikan akan berbuah pahala jika dilakukan dengan ikhlas. Adapun bila terus menerus menyebutkan kebaikan yang dilakukan kepada orang lain itu sama halnya tidak ikhlas dan terkesan pamer atau riya’. Sia-sia bukan?

Muslim jika belum mampu untuk melupakan kebaikan yang telah dilakukan bisa dilatih dengan cara semisal sedekah secara sembunyi-sembunyi. Mengenai pahala semua terserah Allah SWT jadi tidak baik jika mengingat kebaikan diri.

Itu empat poin kunci kebahagiaan menurut agama Islam. Ingat bukan rumah mewah sebagai ukuran kebahagiaan, tanyakan definisi bahagia dalam hati kalian lalu jangan lupa dengan empat kunci di atas. Semoga bermanfaat! Aamiin.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY