Rektor UI Rangkap Jabatan, Wujud Anosmia Para Pejabat

0
680
Rektor UI

Rektor UI – Viralnya BEM UI karena slogan The King of Lip Service menyeret pemeriksaan Rektor UI yang kabarnya tengah merangkap jabatan.

Tak tanggung – tanggung, jabatan lainnya yakni sebagai Komisaris BUMN. Padahal, hal tersebut jelas telah melanggar peraturan yang berlaku dimana sebuah kampus harus independen termasuk dari jajaran rektor dan para civitas akademika.

Sobat Cahaya Islam, kasus pelanggaran yang dilakukan oleh Rektor UI bisa saja terjadi pada civitas akademika yang lain. Sebab, dalam kehidupan hari ini manusia bebas berekspresi dengan segala kebebasan dalam pilar kehidupan sistem ala pemerintahan sekarang. Lantas, bagaimana sikap umat menanggapi kasus tersebut?

Pentingnya Umat Menyadari Peran Sebagai Evaluator

Rektor UI

Sobat Cahaya Islam, urgensitas umat sebagai evaluator sangatlah penting agar kebijakan dapat berjalan secara seimbang. Misalnya, kebijakan dalam Perguruan Tinggi terkait tentang peraturan rektorat yang harus independen.

Kasus Rektor UI yang rangkap jabatan tentu dapat menjadi problem tersendiri di kalangan kampus. Selain kehilangan independensi, kasus ini juga dapat menjadikan kebijakan bernuansa diktator alias hegemoni ala penguasa.

Kasus ini juga menjadi wujud dari anosmia para pejabat dan elit politik. Dalam dunia kesehatan, anosmia sendiri bermakna kehilangan indra perasa dalam diri seseorang. Kehilangan sensasi dari indra perasa juga menyebabkan kesehatan umat menjadi terganggu kan?

Nah, anosmia dalam diri pejabat sendiri bermakna hilangnya rasa simpati sebab mereka tak dapat menjunjung tinggi peraturan yang ada, malah melakukan pelanggaran. Idealnya, mereka adalah kaum intelektualitas yang terpilih.

Tentu, keberadaan mereka sebagai pejabat politik maupun kampus sangat tahu tentang peraturan yang ada. Namun, kematian rasa yang mereka miliki malah membutakan hati dan pikiran mereka. Kondisi ini sangat linear dengan kehidupan Kapitalis ala sekarang dimana seseorang lebih money-oriented dan mengesampingkan dampak negatif dari keputusan yang mereka buat.

Bagaimana Caranya Bagi Para Pemimpin agar Terhindar dari Pelanggaran Peraturan?

Rektor UI

Sobat Cahaya Islam, selain menjadi evaluator sangat penting bagi umat untuk senantiasa menjaga dan menasehati para pemimpin agar terhindar dari kasus pelanggaran peraturan. Sebab kondisi akan pelanggaran peraturan di kalangan elit politik maun sektoral lainnya kerap terjadi dan menjadi sebuah kewajaran.

Padahal, dalam Islam Rasulullah SAW secara jelas mengajarkan bahwa sebuah kepemimpinan haruslah diserahkan pada umat yang berkualitas dan mumpuni. Tujuannya yakni agar umat mendapatkan pemimpin yang sesuai dengan kualitas yang dapat memberikan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yakni :

أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَك

“Tunaikanlah amanat kepada orang yang menitipkan amanat padamu.” (HR. Abu Daud no. 3535 dan At Tirmidzi no. 1624, hasan shahih)

Namun, nampaknya kondisi salah kepimpinan seringkali terjadi bahkan malah melenggang bebas. Walhasil, beberapa kebijakan yang dirumuskan dan umat terapkan sangat rentan akan aspek negatif dan malah menyengsarakan rakyat. Sungguh sangat ironi bukan?

Sehingga, salah satu cara efektif agar kepemimpinan dapat berjalan secara normal yakni meletakkan kepemimpinan pada ahlinya. Pendeteksiannya memang tidaklah mudah, sebab bukan sekedar mengejar jejak digital seperti pencitraan maupun hal lainnya. Biasanya, mereka yang berkualitas adalah mereka yang tak biasa umbar janji namun selalu mengedepankan kajian dan aksi untuk mewujudkan solusi.

Nah Sobat Cahaya Islam, demikianlah ulasan mengenai kasus Rektor UI yang merangkap jabatan dan mencederai peraturan Perguruan Tinggi. Semoga ke depan umat tak lagi terjerat dengan kasus yang serupa serta terhindar dari pelanggaran peraturan yang meresahkan masyarakat.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY