Menampakkan Nikmat Allah Secara Benar?

0
2364
Nikmat Allah

Benar Atau Salah Sih? – Sobat cahayaislam tahu dong satu ayat dari surat Ad Dhuha yang satu ini (وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ) yang memiliki arti agar terhadap nikmat Allah, kita hendaklah menyiarkannya. [1] Menurut beberapa alim ulama, makna arti ini harus di cerna secara hati-hati dan penuh perhitungan. Memang sih ada penjelasan dalam beberapa kitab tafsir yang menyatakan bahwa “menyiarkan” nikmat Allah itu merupakan satu dari beberapa cara mensyukurinya.

Namun, menyiarkan disini banyak disalah artikan oleh banyak orang untuk secara harfiah menyiarkan kepada orang-orang disekitarnya, tanpa memperhatikan dan menimbang-nimbang efek seperti apa yang akan muncul. Kelakuan seperti ini sangat tipis perbedaannya dengan sifat takabur yang mana sangat berbahaya. Karena merupakan sifat buruk yang bisa mengantarkan pelakunya pada pedihnya neraka. Seperti yang dijelaskan dalam hadits Bukhari 4918.

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ مَعْبَدِ بْنِ خَالِدٍ، قَالَ سَمِعْتُ حَارِثَةَ بْنَ وَهْبٍ الْخُزَاعِيَّ، قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏ “‏ أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ، أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ

Dalam hadits tersebut Rasulullah menjelaskan bahwa banyak dari mereka ahli neraka adalah orang yang kasar, keras kepala, dan sombong. [2] Tentu sobat cahayaislam tidak mau dong masuk neraka gara-gara hal ini? – Nah, pada kesempatan kali ini tim cahayaislam ingin mengulas sebenarnya seperti apa sih cara yang benar “menampakkan nikmat Allah” yang dimaksud dalam surat Ad Dhuha tersebut.

Nikmat Allah

Menampakkan nikmat Allah dengan Niyat yang benar

Sebelum sobat memutuskan untuk menampakkan nikmat Allah kepada khalayak ramai. Terlebih dahulu sobat harus memeriksa niyat. Aturlah niyat anda dalam menampakkan nikmat Allah tersebut semata-mata untuk mencari ridho dari Allah. Karena semua hal yang kita lakukan pada dasarnya dinilai dari niyatnya (إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ).

Namun jangan dikira menata niyat adalah hal yang sepele dan mudah untuk dilakukan. Ingat! Syetan dan bala tentaranya sudah berabad-abad pengalamannya dalam menyesatkan manusia. Manusia rentan untuk dikacaukan hatinya oleh mereka. Bisa saja ketika di awal anda ingin menunjukkan nikmat Allah dengan niat mukhlis, namun di tengah jalan niat anda menjadi berubah. Ini bahaya lho. Karena tidak hanya bisa membuat amal anda hangus, namun bisa juga dianggap sebagai Syirik kecil (الشِّرْكُ الأَصْغَرُ). Dan Rasulullah sendiri khawatir dan takut akan hal ini terjadi pada umatnya.

Memperhatikan faidah, Maslahat dan mudharat di awal

Selanjutnya sebelum anda memutuskan untuk menampakkan kenikmatan Allah kepada orang lain. Anda perlu mempertimbangkan faidah, maslahat dan mudharatnya. Tanyakan kepada diri anda apakah bila anda nanti melakukannya akan lebih banyak manfaatnya kepada diri anda dan orang lain ataukah malah lebih banyak mudharat nya pada diri anda dan orang lain.

Contohnya saja, di kehidupan sosial anda banyak sekali orang-orang kelas menengah kebawah (yang rawan dengan rasa iri dan dengki). Dan anda sebagai orang kelas mengengah atas ingin menunjukkan kenikmatan Allah (semisal anda diberi izin menjadi tamu Allah di baitullah atau bisa ikut serta dalam pembangunan masjid). Tentu ini bukan hal yang bijak untuk dilakukan, karena banyak mudharat yang kemungkinan akan timbul dari hal tersebut.

*artikel terkait: Bijak dalam membagikan hal di sosial media (DISINI)

Pikirkan apakah hal itu bisa menginspirasi orang banyak atau malah sebaliknya membuat mereka merasa anda sombong dan menjadi iri dengki. Insha Allah dengan begitu kita akan bisa menunjukkan nikmat Allah sebagai rasa syukur dengan benar. Semoga bermanfaat!


Catatan Kaki

[1] Q.S. Ad Dhuha (93) ayat 11

[2] H.R. Sahih Bukhori no. 4918

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY