Mitos tsunami – Bencana alam merupakan salah satu kejadian alam yang tidak bisa dihindari. Terlebih lagi saat ini bumi yang semakin tua, sehingga berpotensi terjadi bencana alam. Di jaman dulu masyarakat sekitar pantai pandai untuk mengetahui potensi bencana alam yang akan terjadi. Apalagi masyarakat pesisir pantai yang membaca potensi bencana tsunami. Bahkan tsunami ini dikaitkan dengan mitos kemarahan dari penunggu laut. Sehingga menimbulkan gempa dan terjangan ombak yang sangat besar.
Masyarakat kerapkali mengkaitkan bencana tsunami ini dengan kemarahan dari penunggu laut. Sehingga banyak orang percaya bahwa bencana alam terjadi akibat penunggu laut. Itu sebabnya ada tradisi yang muncul seperti melarung sesaji. Sebagai contohnya upacara Palu Nomoni yang diselenggarakan di tanggal 28 hingga 30 September 2018, dimana rakyat Palu melakukan semacam sedekah laut pada waktu yang sama dengan kejadian saat tsunami. Lalu bagaimana pandangan islam mengenai hal ini?
Mitos Tsunami Dikaitkan Kemarahan Penunggu Laut, Ini Pandangan Menurut Islam!
Mitos tsunami yang dikaitkan dengan kemarahan penunggu laut, seolah menjadi salah satu sebab adanya tradisi-tradisi yang muncul. Apalagi masyarakat justru percaya bahwasanya bencana tsunami yang terjadi adalah karena ulah penunggu laut. Dalam islam sendiri, semua hal yang terjadi di dunia ini adalah sebagai ketetapan Allah SWT. Sementara tidak sedikit juga mitos yang masih mengkaitkan kejadian alam dengan hal-hal ghaib.
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
Dalam ayat diatas menjelaskan bahwa segala hal-hal ghaib hanyalah Allah SWT yang mengetahuinya. Dengan kata lain, islam tidak menganjurkan kaum muslimin untuk mempercayai hal-hal ghaib. Terlebih lagi jika tindakan ini merujuk pada perbuatan musyrik yang akhirnya justru membuat kita menyekutukan Allah. Lalu bagaimana tradisi atau mitos penunggu laut yang dikaitkan dengan bencana alam sehingga ada larung sesaji?
Tradisi Larung Sesaji Bukan Ajaran Islam, Hati-Hati! Ini Termasuk Dosa Syirik
Larung sesaji termasuk salah satu tradisi atau mitos yang diyakini oleh kalangan masyarakat terdahulu. Ini dianggap sebagai sedekah yang ditujukan untuk penunggu laut, biasanya agar tidak terjadi bencana alam. Seperti tsunami yang dianggap terjadi karena kemarahan penunggu laut tersebut. Dalam pandangan islam, memberikan sesaji kepada laut bukanlah termasuk ajaran yang ada islam. Perbuatan yang mana ditujukan untuk hal ghaib yang kemudian lebih dipercayai untuk mengendalikan hal-hal yang akan terjadi.
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.
Perbuatan memberikan sesaji ini termasuk syirik akbar, dimana syirik akbar ini adalah menjadikan sesuatu selain Allah sebagai tujuan untuk memohon. Apalagi mempercayai bahwasanya ini bisa memberikan bahaya. Sungguh ini perbuatan yang dilarang dalam islam. Tahukah sobat CahayaIslam, siapa yang melakukan tindakan syirik akbar ancamannya adalah diharamkan surga dan tempat kembali adalah neraka. Naudzubillah.
Mitos tsunami – yang dikaitkan dengan kemarahan penunggu laut adalah tindakan yang tidak dibenarkan dalam islam. Ini bukan hanya menyimpang dari ajaran yang ada, namun merujuk pada perbuatan syirik akbar. Sobat CahayaIslam, Allah SWT adalah satu-satunya Dzat yang harus kita percayai. Itu sebabnya, kita tidak boleh mempercayai sesuatu selain Allah.
Catatan Kaki:
(1) – Surat Al-Jinn Ayat 26-27
(2) – Surat Az-Zumar Ayat 65