Kisah Islam Berhikmah Tentang Sikap Empati; Kisah teladan Hasan Al Bashri dan Para Budak

0
7398
Kisah Islam Berhikmah Tentang Sikap Empati; Kisah teladan Hasan Al Bashri dan Para Budak

Tips IslamiSikap empati merupakan suatu keadaan mental dimana perasaan tersebut mampu menyamakan perasaan, keadaan, atau pikiran yang sama dengan orang lain. Dalam pengertian lain, empati juga bisa berarti kemampuan untuk menyadari diri sendiri atas perasaan seseorang yang kemudian bertindak untuk membantunya.

Sobat Cahaya islam yang dimuliakan Allah, berbicara mengenai empati, banyak sekali kisah islam berhikmah tentang sikap empati dimana sifat tersebut bisa dilihat dari kehidupan rasulullah saat berdakwah. Hal itu dikarenakan empati ini merupakan salah satu sifat terpuji dan hal itu juga diajarkan oleh Allah swt untuk para hambanya. 

Empati Hasan Al bashri terhadap para Budak dan Tuannya

Ada kisah unik tentang kisah islam berhikmah tentang sikap empati yang bisa kita lihat dari kisah Hasan Al bashri. Suatu ketika Hasan Al Bashri didatangi oleh serombongan budak yang meminta untuk dimerdekakan oleh tuannya. Hal itu dikarenakan disana masih sedikit orang yang mau memerdekakan budak mereka. Para budak tersebut meminta Hasan Al Bashri untuk berkhotbah di hari jumat tentang memerdekakan budak. Perlu anda ketahui, Hasan al Bashri adalah salah satu ulama yang terkenal.

Cerita islam berhikmah tentang sikap empati berlanjut dengan herannya para budak yang menganggap Hasan Al Bashri tidak memenuhi keinginan mereka. Berdasarkan kisah islam berhikmah tentang sikap empati tersebut, jumat demi jumat beliau tidak membicarakan tentang budak. Hal itu membuat para budak putus asa dan menganggap Hasan Al Bashri lupa akan janjinya.

Setelah beberapa jumat dilalui, barulah Hasan Al Bashri membicarakan tentang pentingnya memerdekakan budak. Akhirnya, para budak tersebut bersuka cita karena setelah Hasan Al bashri tersebut berceramah tentang keutamaan memerdekakan budak mereka banyak yang dimerdekakan.

Akhirnya, dengan suka cita mereka mendatangi hasan Al Bashri dan menanyakan mengapa beliau tidak memerdekakan para budak pada jumat pertama. Kemudian, Hasan Al Bashri menjawab dengan bijak, “Bagaimana saya memerintahkan seseorang untuk memerdekakan budak sedangkan saya sendiri tidak memiliki budak?” Kemudian, beliau membeli budak dan memerdekakan budak tersebut sebelum beliau berceramah tentang budak.

Hikmah dari kisah Hasan Al Bashri dan Para Budak

Dari kisah islam berhikmah tentang sikap empati tentang Hasan Bashri tersebut diatas, maka kita mendapatkan banyak pelajaran tentang empati. Hal yang dicontohkan oleh Hasan Al bashri tersebut tidak hanya empati terhadap para Budak akan tetapi beliau juga merasakan empati terhadap para tuan yang memiliki budak.

Sobat Cahaya Islam, sebagai seorang yang bijak beliau tidak akan menyuruh sesuatu sebelum beliau sendiri melakukannya. Hal itu sama seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam setiap kisah beliau dari kecil hingga wafat.

kisah islam tentang sikap empati dari kisah hasan Al Bashri tersebut sifat empati beliau bisa dilihat dari bagaimana beliau berkhotbah untuk memerdekakan para budak. Sedangkan pada kisah islam berhikmah tentang sikap empati bisa dilihat bagaimana beliau sebelum menyuruh untuk memerdekakan budak, beliau membeli budak terlebih dahulu sebelum akhirnya dijual kembali agar mampu merasakan bagaimana memerdekakan budak. Sikap empati seperti ini tidak akan timbul jika kita tidak mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain sekaligus tidak mampu menempatkan diri kita sebagai orang lain.

Oleh karena itu, jika kita melihat kisah islam berhikmah tentang sikap empati, islam memang sangat dekat dan sangat dianjurkan dengan menghormati perasaan orang lain terutama sesama muslim karena antara muslim satu dengan yang lain merupakan sebuah bangunan yang kokoh. Hal itu bisa dilihat dari sabda Rasulullah saw sendiri tentang empati.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ “‏ الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا ‏”

yang artinya; Rasulullah saw bersabda, Orang mukmin yang satu dengan yang lain bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan”. (H.R. Tirmidhi 1928). Shahih

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY