Kiat-Kiat dalam Mengenyam Ilmu Agama dengan Baik

0
2316
Kiat-Kiat dalam Mengenyam Ilmu Agama dengan Baik

Tips islami – Mengenyam ilmu agama adalah hal yang sangat penting. Itulah yang banyak dilupakan oleh orang tua di zaman modern seperti sekarang. Banyak dari kita yang lebih condong untuk mempersiapkan pendidikan dan ilmu dunia agar anak-anak kita menjadi orang yang siap menghadapi kerasnya persaingan hidup di dunia. Namun malah lupa untuk mempersiapkan seorang anak yang siap dalam mengumpulkan bekal terbaik untuk menuju kehidupan hakiki kelak di akhirat.

Kiat-Kiat dalam Mengenyam Ilmu Agama dengan Baik

Alangkah lebih baik seorang anak di didik dengan mantab terlebih dahulu soal kefahaman agama untuk menjadi sebuah fondasi atau landasan kuat untuk memperkokoh keilmuan duniawi. Sehingga dia tidak hanya menjadi orang-orang pintar saja, namun orang pintar yang berakhlakul karimah dan santun dalam karakter diri serta sikapnya dalam memandang kehidupan dunia ini.

Hal ini sudah dijanjikan oleh Allah dalam surat Al Mujadalah ayat 11 dimana Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [1]

Namun, mengenyam ilmu dan berbekal semangat untuk menuntut hikmah ilmu agama saja tidaklah cukup baik. Anda harus bisa dengan cerdas dan kreatif dalam menuntut ilmu-ilmu agama tersebut dengan baik, sehingga bisa memberikan berkah dan karomah kepada anda. Kami akan membawakan beberapa kiat-kiat baik dalam menuntut ilmu agama.

Meluruskan niat mukhlis lillah karena Allah dalam menuntut ilmu

Seseorang seyogyanya menuntut ilmu agama bukan karena ingin dinilai atau dilihat orang sebagai orang yang alim dan pintar. Ataupun agar dilihat orang lain sebagai pribadi yang hebat. Seseorang haruslah menuntut ilmu dengan niyat untuk memahamkan diri dan menerima hikmah dengan sebaik-baiknya.

Kiat pertama yang perlu dilakukan ketika kita menuntut ilmu adalah meluruskan niyat. Tujukkan dan spesialkan niyat kita dalam menuntut ilmu hanya untuk mencari ridho Allah. Jangan hal lain.

Setahap demi setahap, kontinyu dan tidak terburu-buru

Belajar ilmu agama seharusnya adalah sebuah perjalanan spiritual yang menjadi kebiasaan diri. Kita tidak secara instan menjadi seorang yang alim dan faham agama dengan sekali jalan. Mendapatkan hikmah dari pembelajaran ilmu agama itu haruslah didapatkan setahap demi setahap seiring dengan berjalannya waktu.

Hal itu tentu berbanding lurus dengan sikap kita yang selalu berusaha terus konsisten dan kontinyu dalam berjuang mengenyam ilmu agama tersebut. Kita tidak boleh terburu-buru nafsu untuk berpindah dari satu ilmu ke ilmu lain, padahal kita belum paham betul pada ilmu yang sebelumnya.

Dalam satu hadits riwayat Bukhari 1458 dijelaskan serta dicontohkan oleh Rasulullah ketika mengutus Muadh ke Yaman untuk mengajarkan ilmu agama disana. Rasulullah memerintahkan Muadh untuk mengajarkan ilmu agama seperti perintah sholat, perintah zakat dan lain sebagainya secara bertahap (tidak langsung diajarkan semua secara seabrek).

حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ بْنُ بِسْطَامٍ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ، حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ الْقَاسِمِ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أُمَيَّةَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيْفِيٍّ، عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ـ رضى الله عنهما أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَمَّا بَعَثَ مُعَاذًا ـ رضى الله عنه ـ عَلَى الْيَمَنِ قَالَ ‏ “‏ إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ اللَّهِ، فَإِذَا عَرَفُوا اللَّهَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ، فَإِذَا فَعَلُوا، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهُمْ زَكَاةً ‏{‏تُؤْخَذُ‏}‏ مِنْ أَمْوَالِهِمْ وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ، فَإِذَا أَطَاعُوا بِهَا فَخُذْ مِنْهُمْ، وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ

Dalam kisah seorang pemuda yang ingin belajar dengan seorang bijak yang pernah kami ulas sebelumnya (DISINI), kita diajarkan untuk tidak terfokus pada imbalan yang akan kita dapatkan pada suatu hal, namun kita harus lebih fokus kepada tujuan sebenarnya kenapa hal itu kita lakukan. Ilmu itu bagaikan lembah-lembah besar yang harus dilalui. Seseorang perlu istiqomah dalam melaluinya, tidak bisa sekaligus langsung melalui lembah-lembah tersebut dengan cepat. Semoga bermanfaat ya!


Catatan Kaki

[1] Q.S. Al Mujadalah (58) ayat 11

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY