Ini Alasan Mengapa Muslim Sebaiknya Tidak Merayakan Valentine Day

0
987
Ini Alasan Mengapa Muslim Sebaiknya Tidak Merayakan Valentine Day

Merayakan Valentine day – Menuju pertengahan bulan Februari umat Islam akan disibukkan dengan pro kontra mengenai Valentine day (Hari Valentine). Perayaan kasih sayang yang erat kaitannya dengan kaum Nasrani ini ternyata mulai masuk dalam budaya Islam. Maka dari itu, tidak heran jika beberapa Muslim masih sering mempertanyakannya.

Mengutip Wikipedia bahwa sejarah Valentine day sendiri bermula saat seorang pendeta bernama Santo Valentine menolak keras peraturan dari Kaisar Romawi Caludius atas larangan pernikahan dan pertunangan. Saat itu pasukan Romawi sedang mencari pasukan perang. Namun, tidak banyak pemuda yang hadir dan ikut serta ke dalam peperangan.

Padahal pasukan Romawi di bawah kepemimpinan Kaisar Romawi Claudius sedang membutuhkan bala tentara perang yang banyak. Alasan para pemuda maupun para pria tidak mengikuti perang disebabkan karena mereka enggan meninggalkan kekasih maupun keluarga. Kaisar berpikir hal ini akan menghambat perkembangan politik romawi.

Setelahnya, Santo Velantine menyatakan penolakan, ia dihukum mati pada 14 Februari 270 M. Dari sinilah pihak Gereja dan kaum Nasrani mengabadikan hari kematian Santo Valentine sebagai hari Kasih Sayang (Valentine day). Namun, ternyata budaya ini telah merambah pada sejumlah umat Muslim, sehingga tidak jarang mereka ikut merayakannya.

Awal abad ke-19 menjadi awal penulisan atau pengungkapan ucapan valentine melalui kartu ucapan beredar di Amerika Serikat. Selain kartu ucapan, biasanya mereka yang merayakan Valentine day juga memberikan kado, hadiah, cokelat, atau benda yang melambangkan kasih sayang. Lantas, karena perkembangan zaman tren ini menyebar di kalangan Muslim.

Valentine Day menurut Pandangan Islam, Halal atau Haram?

Selain pro kontra tentang pemberian ucapan selamat Hari Natal, memasuki tanggal 14 Februari umat Islam juga diwarnai dengan pro kontra mengenai perayaan Valentine day. Padahal tanggal 14 Februari tidak hanya diperingati sebagai hari Valentine, melainkan hari lahirnya pendiri Nahdhatul Ulama’, yaitu KH. Hasyim Asy’ari.

Pada hari Valentine biasanya orang-orang menyatakan kasih sayang kepada orang yang ia sayangi. Memberikan bunga, hadiah, atau cokelat. Namun, perlu kita garisbawahi bahwa orang yang kita sayangi di sini tidak hanya kekasih. Bisa saja orangtua, ibu, kakak, atau saudara. Sehingga, cukup sempit rasanya jika fatwa tentang hari Valentine masih menjadi bahan perdebatan.

1.     Hukum Perayaan Hari Valentine

Sebagaimana hukum mengucapkan selamat atas hari raya umat Non-Islam, beberapa ulama’ mengharamkan perayaan valentine, beberapa lainnya membolehkan asal tidak melewati batas. Mereka yang membolehkan adalah ulama yang menganggap perayaan Valentine tidak sarat dengan hal negatif. Jika memberikan kado saja rasanya tidak apa-apa.

Ulama’ yang melarang mendasarkan pada hadist berikut:

“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR. Tirmidzi Nomor 2695)

2.     Valentine dalam Islam? Apakah Bisa?

Valentine adalah budaya Nasrani. Jika dikemas versi Islami, apakah bisa? Misalnya saja peringatan atas kecintaan kita kepada KH. Hasyim Asy’ari sebagai pendiri NU, atau pengadaan kajian cinta ala Islam. Hal ini sama seperti ketika para Walisongo menyebarkan Islam melalui wayang kulit dengan menyisipkan ajaran tauhid.

Nah, bagaimana dengan Sobat Cahaya Islam? Apakah ikut merayakan Valentine day dengan membagikan kado, hadiah, atau sejenisnya juga? Wallahu a’lam.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY