Bagaimana Pandangan Islam Mengenai Indigo?

0
2252
Indigo Dalam Islam

Indigo Dalam Islam –  Orang yang memiliki indera keenam, seringkali bisa melihat hal-hal gaib. Tidak terkecuali bisa melihat jin-jin yang tida bisa dilihat oleh mata orang biasa. Lalu, bagaimana sebenarnya pandangan Indigo dalam Islam?

Islam adalah agama yang selalu memiliki jawaban atas perkara dunia. Karena seperti obat ketahui, di dalam Al-Qur’an dan hadist Allah telah menjelaskan segala perkara dunia dan akhirat.

Termasuk perkara mengenai yang ghaib. Sebenarnya hanya Allah saja tahu, sebagaimana firman-nya;

Katakanlah (Muhammad), “Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah. Dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.”(QS. An-Naml: 65)

Lantas apa pandangn Islam mengenai orang-orang dengan kemampuan indera keenam ini? Berikut ini lebih jelasnya.

Indigo Dalam Islam

Sobat, sesuai dengan penjelasan ayat Al-Qur’an sebelumnya manusia tidak bisa melihat hal-hal ghaib ataupun melihat melihat jin.

Indigo Dalam Islam

 Jika ada diantara Sobat atau sanak keluarga, yang memiliki kemampuan ini maka bisa dipastikan itu merupakan ujian bagi anak dan kedua orangtuanya.

Ustadz Faizar selaku praktisi Ruqyah syar’i, sesuai dengan tuntunan agama Islam menyampaikan dalam podcast Ari Untung. Indigo berasal dari bahasa Spanyol, berarti warna nila, ungu atau biru gelap.

Warna tersebut merupakan warna cakra. Orang indigo mempercayai manusia memiliki 7 cakra di dalam tubuhnya. Nah, Sobat untuk Cakra indigo letaknya berada pada tengah-tengah alis atau antara kedua mata.

Cakra ini disebut juga sebagai mata batin, bagi mereka yang mengaku indigo. Ustadz Faizar juga menyebutkan, orang-orang banyak memahami indigo dari sisi dimensionalnya.

Internasional merupakan keadaan orang mampu berhubungan langsung dengan entitas astral atau makhluk antar dimensi. Entitas astral ini merupakan golongan jin.

Orang yang bisa melihat jin, juga mengaku bisa berkomunikasi langsung dengan mereka yang sudah meninggal dunia. Padahal ini bertentangan dengan prinsip Quran dan hadits, serta termasuk menyekutukan Allah jika percaya hal tersebut.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa: 48)

Ustadz Faizar sangat menyalahkan hal tersebut. Ia juga merasa sangat prihatin karena keadaan ini, mulai mengikis sedikit demi sedikit keimanan umat muslim.

Indigo Dalam Islam

Sobat Cahaya Islam, semua yang telah meninggal akan memasuki alam barzah dan menjalani kehidupan dalam alam kubur. Sesuai dengan firman Allah;

Dibalik keburukannya ini tenyata Indigo terbagi dalam dua pandangan.

Dua Pandangan Indera Keenam dalam Islam

1.       Merupakan ujian dan penyakit

Sesuai yang sudah dijelaskan sebelumnya, indera keenam ini bisa menjadi ujian. Bahkan, Ustadz Khalid Basalamah, menyebutkan bahwa ini merupakan sebuah penyakit.

Penyakit yang datangnya dari setan untuk menyesatkan manusia. Seperti Sobat ketahui, orang indigo bisa meramalkan masa depan, melihat yang tak bisa dilihat orang normal.

 Semua itu bisa terjadi karena setan yang membantu mereka mencuri berita dari langit, dan setan pula yang membuat mereka bisa melihat jin. Sehingga, perkara ini juga bisa dikatakan sebagai ujian karena mampu menggoyahkan akidah.

2.       Anugerah dari Allah

Bisa dikatakan anugerah jika ditandai dengan orientasi tahuid ilahiah, dan diberikan kepada orang Sholeh. Mempercayai dan merendahkan diri di hadapan Allah. Misalnya saja Allah memberikan ilmu kepada nabi Khidir, tanpa melalui proses belajar.

“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” ( QS Al-Kahf: 65 )

Itulah indigo dalam Islam. Dengan kita mengetahuinya, kita bisa lebih waspada dan tetap menjaga akidah agar tetap kokoh di jalan Allah. Wallahu’alam.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY