Hagia Sophia, Akhirnya Adzan Dikumandangkan di Masjid Peninggalan Sultan Fatih Setelah Sekian Lama

0
705

Hagia Sophia – merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO, yang menjadi bukti kejayaan pemerintahan Islam di Turki. Dulunya, Hagia Sophia merupakan Gereja Katedral terbesar dunia yang memiliki makna penting bagi komunitas Orthodoks.

Bangunan megah ini dibangun pada tahun 360 Masehi, dan telah mengalami tiga kali pembangunan. Bangunan yang memiliki julukan “The Great of Church” ini memiliki desain arsitektur yang megah dan unik, yakni perpaduan antara mozaik khas era Bizantium dan kaligrafi Kesultanan Ottoman.

Gereja yang  di bangun pada masa pemerintahan Kaisar Bizantium Justinian I pada abad ke-6 ini, terpaksa mengalami kemunduran setelah Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel pada 29 Mei 1453.

Di bawah pemerintahan Islam, Hagia Sophia yang pada mulanya adalah Gereja beralih fungsi menjadi masjid. Hal ini merupakan budaya turun temurun Utsmaniyah. Ketika Islam berhasil menaklukkan suatu wilayah, maka tempat ibadah terpenting akan beralih fungsi menjadi masjid.

Takluknya Hagia Sophia dibawah Muhammad Al-Fatih semakin melebarkan sayap kejayaan Islam di benua Eropa. Bangunan ini memiliki letak strategis, di antara Selat Bosphorus, laut Marmara dan Selat Tanah Emas.

“The Great of Church” kehilangan kejayaannya dan dialih fungsikan menjadi masjid tanpa merubah arsitektur awalnya, hal ini dapat terlihat dengan bersanding nya kaligrafi Allah dan lukisan Bunda Maria bersama bayi Yesus.

Sejauh ini, sejarah mencatat perjalanan panjang Hagia Sophia. Bermula dari sebuah Gereja, menjadi Masjid, dialih fungsikan kembali sebagai museum, dan kini kembali difungsikan sebagai masjid.

Pada tahun 1924, Khilafah Utsmaniyah atau juga dikenal dengan Kesultanan Ottoman mengalami keruntuhan, setelah berhasil menguasai 2/3 wilayah dunia. Runtuhnya pemerintahan Khilafah Utsmaniyah menjadikan Turki sebagai negara Republik, dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.

Sehingga pada tahun 1935, bangunan Hagia Sophia yang terdiri atas dua lantai ini di alih fungsikan kembali menjadi sebuah museum, tanpa menghapus jejak Islam di dalamnya.

Status Museum Hagia Sophia di Cabut

Pada tanggal 10 Juli 2020, pengadilan tinggi Turki di bawah pimpinan presiden Tayyib Erdogan, membuat keputusan yang berisikan kembalinya Hagia Sophia menjadi masjid. Hal ini disambut dengan suka cita oleh seluruh masyarakat Islam di dunia.

 

Turki menegaskan bahwasanya bangunan ini merupakan warisan turun-temurun dari Sultan Ottoman Muhammad Al-Fatih. Hal itu disampaikan terkait seruan Amerika Serikat (AS) agar Hagia Sophia tetap menjadi museum. Amerika Serikat menyeru agar Hagia Sophia tetap menjadi museum agar dapat selalu dikunjungi oleh para wisatawan mancanegara, terlepas apapun latar belakang agama mereka.

Begitu pula dengan UNESCO. UNESCO mengatakan bahwa keputusan Turki harus memperhatikan pertanyaan bagaimana dampak dari alih fungsi situs bersejarah ini. Tiap negara wajib memberi tahu apabila membuat perubahan status kepada bangunan yang menjadi Situs Warisan Dunia.

Erdogan sendiri menolak semua kritik dari luar negeri dan menganggapnya sebagai ancaman bagi kedaulatan Turki. Terlepas dari hal tersebut, masyarakat Islam di Turki menyambut putusan ini dengan antusias, harapan yang terkubur dalam selama ini akhirnya dapat direalisasikan.

Adzan kembali berkumandang untuk pertama kalinya di Hagia Sofia, sebagian masyarakat mengabadikan momen mengharukan ini. Hagia Sofia menjadi objek sejarah yang mencatat bagaimana Islam berkuasa dengan perdamaian dan toleransi kepada sesama.

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Anfal : 61)

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY