Bunga Edelweis – Baru-baru sebuah video mendadak viral di media sosial. Dalam video tersebut terlihat seorang pendaki wanita sedang memetik setangkai bunga edelweis di jalur pendakian gunung Lawu via Candi Cetho.
Sontak saja video ini dibanjiri oleh beragam komentar pengguna media sosial lainnya. Meskipun telah diperingatkan, pendaki wanita itu tampak acuh dan tak mempedulikan peringatan yang diberikan.
Seperti yang diketahui, bunga edelweis merupakan bunga abadi yang tergolong langka dan telah menjadi tanaman yang dilindungi oleh undang-undang. Bunga abadi ini masih tergolong dalam tanaman perdu yang berkeluarga dengan sembung-sembungan.
Sobat Cahaya Islam, manusia hidup berdampingan dengan makhluk lainnya. Termasuk disana segala jenis tumbuhan serta binatang. Diantara komponen makhluk hidup ini terjalin suatu keseimbangan yang kemudian disebut dengan ekosistem.
Apabila salah satu dari komponen dari ekosistem ini dirusak, maka bumi akan kehilangan keseimbangannya. Itulah mengapa Islam melarang manusia berbuat kerusakan di atas bumi milik Allah SWT.
Dilarang Memetik Bunga Edelweis, Ini Adab Terhadap Tanaman yang Harus Kita Tahu
Dalam konsep Islam, semua makhluk yang diciptakan oleh Allah memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing. Begitu pula dengan manusia, sekalipun manusia ciptaan Allah yang paling sempurna, hal ini tak menjadikan seorang manusia memiliki kedudukan lebih tinggi dibanding makhluk lainnya.
Dalam suatu waktu, Nabi Muhammad SAW pernah menegur para sahabatnya yang mengambil empat ekor anak burung pipit dari sangkarnya, dan menyebabkan induknya berteriak-teriak merasa kehilangan. Bahkan saat perang berlangsung, Nabi Muhammad SAW melarang umatnya untuk menebang pohon meski sebatang.
Betapa mulianya Rasulullah dalam bersikap kepada tumbuhan yang diciptakan oleh Allah. Dalam ilmu fiqih, hukum yang berlaku bagi seorang manusia yang sengaja melakukan kerusakan pada alam adalah haram.
Termasuk di sana sebuah dosa besar apabila kerusakan yang disebabkan dalam jumlah yang luas. Misalkan, penebangan pohon serta perburuan liar terhadap hewan-hewan yang dilindungi. Dalam Al-Qur’an, perilaku seorang manusia yang berbuat kerusakan ini sama halnya dengan dosa melakukan pembunuhan.
Salah satu penyebab datangnya bencana yang disebutkan Allah dalam Al-Quran adalah kerusakan di muka bumi. Semakin banyak manusia yang berbuat kerusakan lingkungan, maka semakin dekat pula bumi dengan kehancuran.
Contoh sederhananya sering kali kita temukan, saat penebangan pohon dilakukan tanpa adanya reboisasi, lahan akan menjadi gundul dan berpotensi terjadinya longsor serta banjir, akibat tanah kehilangan daya serapnya terhadap air. Sama halnya ketika sampah dan limbah manusia dibiarkan mencemari sungai, keseimbangan ekosistem perairan akan terganggu. Akibatnya akan kembali kepada manusia itu sendiri.
“Telah tampak kerusakan darat dan di air laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akhirat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Ruum: 41)
Sikap seharusnya yang kita tujukan kepada tumbuhan adalah menjaga dan melestarikan kelangsungan hidupnya. Allah berfirman dalam surah Al- Qashash ayat 77 yang artinya,
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”
Sobat Cahaya Islam, marilah sama-sama kita meneladani sikap Rasulullah SAW dalam mencintai lingkungan. Biasakan diri untuk hidup berdampingan bersama makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Allah menciptakan bumi sebagai mustaqar, yakni tempat yang layak untuk ditinggali. Lantas, haruskah kita sebagai manusia membuat bumi layaknya menjadi neraka?