Benyamin Sueb – Tokoh ikon asal Betawi yang berkiprah sebagai aktor, komedian, penulis, produser film, penyanyi, sekaligus penulis lagu. Sosok wajahnya terpampang jelas di Google Doodle per-hari Selasa, 21 September 2020 ini. Beliau tidak sendiri, melainkan juga dilengkapi maskot ondel-ondel khas Betawi.
Lalu mengapa bisa sosok Benyamin Sueb bisa terpampang di Google Doodle? Awalnya pada tanggal 22 September 2018, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meresmikan Taman Benyamin Sueb (pusat kebudayaan Betawi). Hal ini tidak lain sebagai apresiasi kepada beliau yang telah mempopulerkan budaya Betawi kepada masyarakat.
Culture alias budaya melebur bersama perkembangan zaman. Menjadi bidang yang vital (penting) dalam perkembangan suatu negara bahkan agama. Melalui budaya, kita bisa mengetahui nilai-nilai yang terkandung secara lebih arif tanpa terlihat menggurui.
Sobat Cahaya Islam, ketika suatu pembelajaran dilakukan dengan mengakulturasi kebudayaan, di mana menyampaikan suatu kaidah ilmu disesuaikan dengan kepada siapa ditujukan, di daerah manakah? Atau seperti apa adat istiadat dari masyarakat setempat akan mudah diterima.
Benyamin Sueb Pelestari Budaya, Relasi (Hubungan) Budaya dan Agama Islam
Agama Islam yang masuk ke Indonesia, merambah perlahan dari pesisir pantai hingga daerah pegunungan. Tidak lepas dari peran pendakwah Islam seperti Walisongo di tanah Jawa, yang mampu ngemong (mendampingi) masyarakat yang notabene akrab dengan kebudayaan.
Para pendakwah mampu berdakwah dengan cara yang cerdas, baik, lembut, tanpa paksaan, yakni dengan mencampurkan budaya dan diarahkan perlahan dengan disisipi nilai-nilai ajaran Islam. Sebagaimana sesuai dengan perintah Allah SWT tentang cara berdakwah.
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]: 125)
Bukti Akulturasi Budaya dalam Islam
Adapun bukti-bukti akulturasi budaya yang sampai saat ini masih sering kita temui di kehidupan sehari-hari antara lain.
-
Nama Orang
Sebenarnya kalau ditinjau dari segi bahasa orang Indonesia khususnya Jawa, memiliki nama seperti Bejo, Untung, Wagiyem, Sabar, Sri dan lainnya. Namun setelah agama Islam masuk, bayi yang lahir mulai diberi nama dengan nuansa Islam, seperti Fatimah, Khotijah, Muhammad, Ma’unah dan lainnya.
-
Bangunan Masjid
Pembaca tentu sudah familiar dengan Masjid Menara Kudus bukan? Terlihat tidak seperti masjid pada umumnya. Memang bangunan masjid ini, dirancang sedemikian rupa menyerupai tempat ibadah agama lain, sebagai sebuah siasat Sunan Kudus menyebarkan agama Islam.
-
Acara Kenduri
Memperingati tujuh hari, empat puluh hari, hingga satu tahun kematian kerabat. Mungkin bagi sebagian muslim masih menjalankan yang mana pada mulanya budaya Jawa. Lalu para ulama tetap menjalankannya dengan tujuan mendoakan orang yang telah meninggal.
-
Sekaten
Sekaten, tradisi yang kerap ditemui di wilayah kerajaan Mataram Islam seperti Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta yang dilakukan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kata “sekaten” berasal dari bahasa Arab yakni “syahadatain”.
Syahadatain yaitu dua kalimat syahadat (syahadat tauhid dan syahadat rasul) sebagai kunci seseorang untuk masuk Islam.
-
Pewayangan
Ada pula pendakwah yang mensyiarkan Islam dengan menggunakan media wayang, lewat cerita-cerita tokoh wayang diharapkan bisa menjadi contoh tentang perilaku yang baik atau buruk menurut agama Islam.
Lima bukti akulturasi budaya setempat dengan agama Islam itu menunjukkan peran penting budaya terhadap agama. Semoga almarhum Benyamin Sueb mendapatkan tempat yang baik di sisi Allah SWT, yang telah berperan untuk bangsa lewat budaya Betawi. Aamiin.