Adab Bertetangga Dalam Islam

0
3761
adab bertetangga dalam islam2

Kehidupan Islami – Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya, tak dapat hidup sendiri. Dalam menjalani aktivitasnya, manusia akan berinterkasi dengan orang lain. Dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, ada satu elemen yang sangat penting dalam kehidupan sosial, yaitu tetangga. Tetangga adalah elemen penting masyarakat yang harus dimuliakan, adab bertetangga dalam Islam.

Adab Bertetangga Dalam Islam

Sebagian manusia terkadang melalaikan perkara ini, tidak begitu peduli tentang adab bertetangga bahkan tak jarang ada pertikaian yang terjadi antar tetangga. Hal tersebut dapat dihindari jika manusia memahami dengan baik adab bertetangga dalam Islam.

Sejatinya Islam selalu mengajarkan kebaikan bagi umatnya bahkan dalam urusan bertetangga dan hal ini telah banyak dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad Sallallahu alaihi Wassalam. Sebaik-baik akhlak adalah beliau dan sebaik-baik contoh adalah beliau, sudah seharusnya sebagai umatnya maka kita juga harus mengikutinya.

Sahabat cahaya Islam, tetangga adalah keluarga terdekat karena mereka lah yang berada di dekat kita selama 24 jam, menghabiskan waktu bersama dan mengetahui karakter kita dengan baik. Jika ada apa-apa yang terjadi menimpa keluarga kita, pasti yang pertama dicari adalah tetangga karena mereka lah yang paling dekat dengan kita.

Bayangkan jika hubungan  dengan tetangga tidak baik, betapa canggungnya suasana yang ada, saling menghindar satu sama lain, saling merasa tidak nyaman, dan merasa tidak leluasa dalam beraktivias, maka sungguh rugi lah kita. Banyak dalil yang menjelaskan bahwa pentingnya tetangga.

Berikut ada cara-cara yang diajarkan Rasulullah SAW dalam bersikap kepada tetangga: Tidak menyakitinya dengan ucapan atau perbuatan, berbuat baik kepadanya, membantunya jika ia meminta bantuan, menjenguknya jika ia sakit, mengucapkan selamat kepadanya jika ia bahagia, menghiburnya jika ia mendapat musibah, memulai ucapan salam untuknya, berkata kepadanya dengan lemah lembut, santun ketika berbicara dengannya, membimbingnya kepada apa yang di dalamnya terdapat kebaikan agama dan dunianya, melindungi area tanahnya, memaafkan kesalahannya, tidak mengintip auratnya, tidak menyusahkannya dengan bangunan rumah atau jalannya, tidak menyakiti dengan air yang mengenainya, atau kotoran yang dibuang di depan rumahnya, bersikap dermawan dengan memberikan kebaikan kepadanya

Dari Abu Hurairah pula bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya, baik dengan kata-kata atau perbuatan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau kalau tidak dapat berkata baik, maka hendaklah berdiam saja, yakni jangan berkata yang tidak baik.” (Muttafaq ‘alaih)

حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَاللَّفْظُ لِإِسْحَقَ قَالَ أَبُو كَامِلٍ حَدَّثَنَا و قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ الصَّمَدِ الْعَمِّيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ الْجَوْنِيُّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الصَّامِتِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ

Telah menceritakan kepada kami [Abu Kamil Al Jahdari] dan [Ishaq bin Ibrahim] dan lafazh ini milik Ishaq dia berkata; [Abu Kamil] Telah menceritakan kepada kami dan berkata [Ishaq]; Telah mengabarkan kepada kami [‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdush Shamad Al ‘Ammi]; Telah menceritakan kepada kami [Abu ‘Imran Al Jauni] dari [‘Abdullah bin Ash Shamit] dari [Abu Dzar] dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abu Dzar, Apabila kamu memasak kuah sayur, maka perbanyaklah airnya, dan berikanlah sebagiannya kepada tetanggamu.” [1]

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ حَيْوَةَ بْنِ شُرَيْحٍ عَنْ شُرَحْبِيلَ بْنِ شَرِيكٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرُ الْأَصْحَابِ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ وَخَيْرُ الْجِيرَانِ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَأَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيُّ اسْمُهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ

Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Muhammad], telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Al Mubarak] dari [Haiwah bin Syuraih] dari [Syurahbil bin Syarik] dari [Abu Abdurrahman Al Hubuli] dari [Abdullah bin Amr] ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah seorang yang terbaik terhadap temannya. Dan tetangga yang paling terbaik di sisi Allah adalah seorang yang paling baik baik terhadap tetangganya.” Abu Isa berkata; Ini adalah hadits hasan gharib. Abu Abdurrahman Al Hubuli, namanya adalah Abdullah bin Yazid. [2]

Sahabat cahaya Islam, begitu banyak dalil yang menyebutkan perkara bertetangga. Tak ada kebaikan yang tak berbalas, jika kita memuliakan tetangga kita maka tetangga juga akan memuliakan kita, terlepas dari status sosial seseorang jika akhlaknya mulia maka dia akan memperoleh kemuliaan di dunia ini, dia akan dihargai dan disayangi oleh banyak orang. Semoga kita menjadi tetangga yang baik bagi tetangga kita. Aamiin.


[1] H.R. Muslim nomor 4758 (sahih)

[2] H.R. Tirmidzi nomor 1867

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY