Urip iku urup dalam Islam – Sobat Cahaya Islam, filosofi masyarakat Jawa urip iku urup dalam Islam memiliki keselarasan makna yang sama. Umat Islam dianjurkan untuk senantiasa berbuat baik dan memberikan kebaikan bagi orang lain.
Anjuran ini selaras dengan makna dalam filosofi Jawa urip iku urup. Masyarakat Jawa memiliki filosofi hidup yang sarat makna. Filosofi ini sudah ada sejak dahulu dan beberapa masih selaras dengan kehidupan di masa kini.
Filosofi Masyarakat Jawa yang Penuh Makna
Sejak dahulu, masyarakat Jawa dikenal memiliki banyak filosofi dalam menjalankan roda kehidupan. Filosofi ini dianggap sebagai tuntunan yang penting untuk diikuti, disamping tuntunan agama.
Anak muda di jaman modern banyak yang menilai filosofi Jawa ini sebagai falsafah hidup yang kuno dan ketinggalan jaman. Padahal, banyak sekali makna yang terkandung didalamnya yang berguna dalam kehidupan sepanjang masa.
Tidak sedikit dari filosofi Jawa ini yang memiliki persamaan dengan aturan dan anjuran dalam agama Islam. Beberapa diantaranya kental di masyarakat seiring meluasnya ajaran agama Islam di tanah Jawa yang disebarkan oleh Wali Songo.
Persamaan Filosofi Urip Iku Urup Dalam Islam
Salah satu filosofi yang cukup terkenal di masyarakat Jawa adalah Urip Iku Urup yang diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Dalam bahasa Jawa, Urip memiliki arti hidup dan Urup memiliki arti nyala.
Persamaan filosofi urip iku urup dalam Islam salah satunya dalam anjuran bahwa manusia harus memiliki hidup yang berguna dan memberi cahaya bagi orang lain, laksana api yang menyala. Hal ini selaras dengan ajaran dalam agama Islam tentang hidup yang bermanfaat bagi orang lain.
Baginda Rasul senantiasa mengajarkan kebaikan dan memerintahkan umatnya untuk menjadi manusia yang berguna, tidak hanya untuk dirinya tetapi juga bagi orang lain disekitarnya. Berguna tidak saja dalam hal materi namun bisa juga dari segi lainnya.
Filosofi urip iku urup dalam Islam selaras dengan ayat ke-7 surah Al Isra,
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai.” (Q.S Al Isra’:7)
Dalam ayat ini, Allah SWT berseru bahwa manusia harus berbuat baik kepada orang lain, karena kebaikan itu akan berbalik kepada dirinya sendiri. Sementara jika berbuat kejahatan kepada orang lain, maka perilaku tersebut juga akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.
Dengan berbuat kebajikan, manusia akan menjadi cahaya bagi manusia lainnya. Kebaikan ini akan berbuah hal yang manis untuk dirinya sendiri.
Seruan untuk berbuat kebaikan bagi manusia sebagai khalifah di muka bumi juga dicantumkan dalam ayat berikut ini,
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(Q.S Al Baqarah:30)
Allah SWT menciptakan manusia dengan wujud yang sempurna dan dilengkapi dengan akal budi sehingga dinobatkan sebagai khalifah di muka bumi. Dengan demikian, manusia diharapkan membawa kebaikan bagi makhluk lainnya, terutama bagi sesama manusia.
Manusia sebagai khalifah atau penjaga di muka bumi, diartikan bahwa manusia memiliki tugas untuk menjaga keutuhan dan kedamaian dan tidak menimbulkan kerusakan. Demikian juga falsafah Jawa urip iku urup dalam Islam sangat sesuai dengan dua ayat yang telah disebutkan di atas.
Sobat Cahaya Islam, banyak filosofi kuno yang mendasari kehidupan manusia dan masih selaras dengan kehidupan di masa sekarang. Salah satunya adalah filosofi Jawa urip iku urup dalam Islam yang sangat bermakna dalam hubungan sosial antar manusia.