Tradisi Bubur Asyura Setiap 10 Muharram, Bagaimana Hubungan Tradisi Dengan Agama Islam?

0
1138
Tradisi Bubur Asyura dan Pandangan Islam Tentang Tradisi

Tradisi bubur Asyura – Bulan Muharram merupakan bulan yang istimewa bagi semua umat islam. Sehingga banyak orang berlomba-lomba untuk memperbanyak ibadah di bulan Muharram ini. Hal ini karena diyakini Allah memberikan rahmat dan berkah yang melimpah pada bulan islam tersebut. Salah satu ibadah yang bisa dilakukan pada bulan Muharram adalah puasa Asyura. Sebagian orang bahkan melakukan tradisi-tradisi untuk menyambut hari Asyura ini. Seperti membuat bubur Asyura pada 10 Muharram.

Tradisi Bubur Asyura dan Hubungan Tradisi Dengan Agama Islam

Tradisi memasak bubur Asyura ini merupakan tradisi yang saat ini semakin langka. Sehingga hanya beberapa daerah saja yang masih melestarikan tradisi ini. Salah satunya adalah Sumatera Utara. Tradisi ini dilakukan untuk memperingati hari Asyura. Bubur Asyura dibuat dalam porsi besar yang nantinya akan disajikan dan disantap oleh warga dalam satu desa. Lalu bagaimana pandangan islam mengenai tradisi ini, adakah kaitannya tradisi dengan agama islam?

Tradisi Bubur Asyura Setiap 10 Muharram, Begini Pandangan Islam Tentang Tradisi Ini

Tradisi Bubur Asyura dan Hukumnya Dalam Islam

Tradisi bubur Asyura adalah tradisi yang cukup terkenal dan sudah ada sejak lama. Sehingga banyak masyarakat yang melakukan tradisi ini untuk menyambut hari Asyura pada 10 Muharram. Dalam islam, perayaan atau segala bentuk tradisi untuk merayakan bulan-bulan tertentu ini tidak tertulis dalam ayat Al Quran maupun hadist. Tradisi itu sendiri berkaitan erat dengan budaya, yang secara turun temurun dilakukan sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Lalu bolehkah melakukan tradisi tertentu dalam islam?

Tradisi atau kebudayaan adalah sesuatu yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Namun sayangnya, banyak orang mengkaitkan tradisi adalah bagian dari ajaran agama islam. Sementara keduanya sebenarnya berbeda. Agama islam atau ajaran islam adalah pedoman bagi semua umat muslim. Dengan adanya ajaran islam, inilah yang akan mengatur apa-apa yang dilakukan oleh manusia.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(1)

Tradisi Untuk Mempererat Hubungan Baik Dengan Orang Lain

Tradisi Bubur Asyura dan Pandangan Islam Tentang Tradisi

Tradisi atau budaya adalah sesuatu yang tidak dapat lepas dari kehidupan bermasyarakat. Hanya saja, sebagai seorang muslim kita juga harus bisa menentukan mana yang sesuai dengan syariat islam. Tradisi untuk menyambut hari Asyura, bisa menjadi tindakan bid’ah lho sobat Cahaya Islam. Bid’ah ini adalah tindakan mengada-ngadakan ajaran yang sebenarnya tidak ada. Namun lain halnya jika tradisi memasak bubur diniatkan untuk hal lain, bukan semata-mata untuk membuat tradisi keagamaan.

Tradisi memasak bubur dalam porsi besar pada hari Asyura, akan lebih baik jika diniatkan untuk mempererat hubungan silaturahmi dengan masyarakat. Ini diperbolehkan dalam islam, karena bukan merupakan tindakan bid’ah. Namun lebih kepada niatan baik untuk memperbaiki hubungan dengan sesama.

Tradisi bubur Asyura – merupakan sebuah tradisi untuk memperingati hari Asyura. Namun dalam islam sendiri, tradisi semacam ini tidak ada. Jadi sobat Cahaya Islam, jangan sampai tradisi membuat kita terjerumus pada perbuatan bid’ah ya.


Catatan Kaki:

(1) – Surat An-Nisa Ayat 59

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY