Sejarah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia – Sejarah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) tidak lepas dari peran seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia di tahun 1967 yaitu Mohammad Natsir. Beliau juga adalah mantan pemimpin Partai Masyumi.
Selain memimpin Partai Masyumi, Mohammad Natsir juga merupakan pemimpin gerakan kebangkitan Islam di Timur Tengah. M Natsir dan kawan-kawan sangat fokus meningkatkan ketaatan kepada hukum syariat agar penyakit masyarakat berkurang.
Sejarah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Gerakan Pembaharuan Islam
Perdana Menteri pertama di Indonesia Muhammad Natsir, mengatakan bahwa Dewan Dakwah sangat dibutuhkan untuk menerangi kehidupan ummat Islam di Indonesia tanpa pengaruh politik. Hal itu disampaikan oleh Natsir dalam acara halal bihalal di Masjid Munawaroh Tanah Abang pada bulan Februari 1967.
Menindaklanjuti ceramah yang diserukan oleh M Natsir, maka para alim ulama yang hadir di acara halal bihalal tersebut membuat kesepakatan mendirikan sebuah yayasan bernama Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).
Lembaga ini memiliki tujuan meningkatkan dan menggiatkan mutu dakwah yang berjalan di Indonesia. Banyak pihak yang menuding bahwa berdirinya DDII merupakan perpanjangan tangan partai Masyumi yang dibubarkan oleh Presiden Soekarno di masa itu.
Dalam Q.S Ali Imran ayat 104, Allah SWT berfirman,
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(Q.S Ali Imran:104)
Sesuai dengan dalil tersebut, maka M.Natsir melalui Lembaga DDII berusaha meningkatkan dan menggiatkan kembali dakwah untuk membasmi penyakit sosial di masyarakat. Sejarah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia sendiri memang dibayangi pengaruh partai Masyumi yang melekat dalam penggagasnya yaitu Mohammad Natsir.
Namun Mohammad Natsir menyatakan bahwa lembaga DDII bebas dari pengaruh politisasi sehingga bersifat netral dan fokus pada peningkatan kualitas dakwah di Indonesia. Melalui DDII, Natsir ingin memberantas mistisme Jawa, liberalisme dan dominasi orang CIna dalam perekonomian yang dianggap sebagai upaya kristenisasi di Indonesia.
Poros Dakwah Melalui Masjid, Kampus dan Pesantren
Selaras dengan Q.S An Nahl ayat 125,
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ
اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (Q>S An Nahl:125)
Konteks dakwah yang dijalankan oleh DDII bertujuan untuk menyerukan kebaikan dan jalan kebenaran dengan pembelajaran yang benar. Para ulama DDII berdakwah dengan menyebarkan pemikiran-pemikiran yang murni bersumber dari Al Quran dan hadits shohih.
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia menjadikan kampus, masjid dan pesantren sebagai poros dakwah untuk membendung gerakan pemurtadan dan penyesatan ummat Islam. DDII menyiapkan para juru dakwah melalui pembinaan kader dan penyebaran program kemasyarakatan di seluruh Indonesia.
Dengan menggandeng para mahasiswa, DKM dan remaja masjid, DDII menjadikan kampus, masjid dan pesantren sebagai pusat aktivitas gerakan Islam dan forum kajian yang aktif. DDII juga merekrut para mahasiswa yang memiliki jiwa kepemimpinan untuk dilatih sebagai juru dakwah di masjid.
Berbagai poster, majalah dan tulisan yang berisi pemikiran-pemikiran DDII juga disebarluaskan sebagai strategi untuk berdakwah melalui tulisan kepada masyarakat luas. Target pembaca yang dituju pun beragam mulai dari kaum cendekiawan, pelajar, mahasiswa hingga kaum awam.
Penyebaran dakwah yang digagas oleh DDII terbukti dapat meredam rasa frustasi masyarakat yang meningkat akibat rezim militer Soeharto yang mengedepankan reformasi pembangunan. Hingga kini kegiatan DDII masih berpusat di kantor yang sama yaitu di Jl. Kramat Raya No 45 Jakarta Pusat.
Sobat Cahaya Islami, dari perjalanan dakwah yang digagas oleh DDII kita dapat belajar bahwa peningkatan mutu dakwah memang sepatutnya lepas dari politik walau penggagasnya adalah tokoh partai. Sejarah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia merupakan tonggak perjuangan para ulama untuk meningkatkan mutu dakwah di Indonesia.