Sejarah Al-Irsyad Al-Islamiyyah – Belum banyak yang tahu bagaimana sejarah Al-Irsyad Al-Islamiyyah, yaitu sebuah organisasi di Indonesia yang bergerak dalam bidang pendidikan dan keagamaan. Pendiriannya sudah terbilang lama, bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia.
Hingga kini, organisasi Al Irsyad Al-Islamiyah masih aktif dan menghimpun berbagai kegiatan positif dan memiliki banyak anggota.
Begini Sejarah Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Nama Al-Irsyad sendiri mengacu pada organisasi yang didirikan oleh Rasyid Ridha di Mesir bernama Jam’iyyah ad-Da’wah wa Al-Irsyad (Perhimpunan Dakwah dan Bimbingan). Meski namanya memiliki kesamaan, tetapi Al-Irsyad Al-Islamiyah berdiri dan bergerak di Indonesia.
Dalam hal keanggotaan, Al-Irsyad Al-Islamiyah beranggotakan warga negara RI yang beragama Islam dan telah dewasa. Jadi tidak benar jika ada yang berpendapat bahwa organisasi ini hanya beranggotakan keturunan Arab saja.
Berdasarkan AD, ps. 1 ayat 2 disebutkan bahwa perhimpunan Al Irsyad memegang teguh akidah islamiyyah dalam prosesnya memberikan pelayanan kepada masyarakat. Bidangnya sendiri sangat luas mulai dari pendidikan, pengajaran, sosial, dan dakwah.
Sejarah pendiriannya bermula dari Syeikh Ahmad Surkati yang baru tiba di Indonesia mulai menyebarkan ide-ide pembaharu. Beliau kemudian diangkat sebagai penilik sekolah-sekolah yang dibuat oleh Jamiat Khair di Jakarta dan Bogor.
Berkat kepemimpinannya yang bagus, sekolah-sekolah tersebut mampu berkembang pesat. Hanya saja sang syeikh hanya bertahan selama 3 tahun di Jami’at Khair karena perbedaan paham serta prinsip yang dipegang.
Setelah mundur dari jabatannya pada 6 September 1914, Syekh Ahmad Surkati bersama dua sahabatnya memutuskan untuk mendirikan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyah serta organisasi yang menaunginya.
Organisasi yang dimaksud adalah Jam’iyat al-Islah wal-Irsyad al-Arabiyah. Kemudian beberapa waktu setelah pendiriannya berganti nama menjadi Jam’iyat al-Islah wal-Irsyad al-Islamiyyah.
Tidak disangka-sangka pendiriannya mendapat respon baik dari masyarakat sehingga. Untuk itu, setelah 3 tahun pendiriannya, perhimpunan Al-Irsyad mulai membuka sekolah dan cabang-cabang organisasi di banyak kota di Pulau Jawa.
Di masa awal kelahirannya, Al-Irsyad dikenal sebagai kelompok pembaharu Islam di Indonesia bersama Muhammadiyah dan Persatuan Islam (PERSIS). Masa keemasan yang diraih oleh organisasi sendiri tidak lepas dari peran tokoh-tokoh penting di baliknya, yaitu:
- Syekh Ahmad Surkati
- Umar Manqush
- Sa’id bin Salim Masy’abi
- Shalih ‘Ubaid ‘Abdat
- Salim bin ‘Iwad Balwa’al
Hadirnya Al-Irsyad tidak hanya diterima baik oleh masyarakat pada umumnya, tetapi juga para cendekiawan muslim Indonesia seperti KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah) dan KH. Zamzam (Pendiri PERSIS).
Berkat prinsip yang dipegang para petingginya, di tahun 1917 Al-Irsyad sudah membuka dua cabang di luar Jakarta, satu ada di Surabaya dan satu lagi di Tegal. Bagi yang bertanya-tanya mengenai apa saja prinsip yang dipegang dan diterapkan, berikut ulasannya:
- Untuk memegang kepercayaan Keesaan Allah dengan memurnikan ketaatan dan ibadah dari kontaminasi oleh elemen kemusyrikan
- Untuk mewujudkan kesetaraan di antara umat Islam dan untuk mencari penilaian hukum yang ditemukan dalam Quran dan Sunnah dan untuk mengikuti cara salaf dalam solusi untuk semua masalah agama yang diperselisihkan.
- Untuk memerangi apa yang disebut taqlid a’ma (penerimaan buta) yang bertentangan dengan aqli (akal) dan naqli (Alquran dan Hadis)
- Untuk menyebarkan ajaran Islam dan budaya Arab yang disetujui oleh Allah
- Berusaha menciptakan saling pengertian antara Muslim Indonesia dan Arab
Menjawab pertanyaan mengenai apakah Al-Irsyad wahabi atau bukan, jawabannya adalah bukan. Sebab, mereka menerapkan paham aqidah Ahlussunnah wal Jamaah yang didasarkan pada Al-Quran dan sunnah melalui pemahaman ulama mereka.
Itulah ulasan seputar sejarah Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang memang sangat menarik untuk diulik. Keteladanan tokoh di baliknya patut untuk diikuti terlebih jika berkaitan dengan penyebaran agama Islam dengan cara lemah-lembut.