Renungi Kasus Razman Arief Nasution, Pentingnya Tabbayun

0
389
Razman Arief Nasution

Razman Arief Nasution – Baru – baru ini, berita penangkapan Razman Arief Nasution mulai tersebar luas di jagat dunia maya. Tak ayal, sebagian orang mulai mempertanyakan siapa sang pemilik nama tersebut. Kasus penangkapannya berkaitan dengan tuduhan pencemaran nama Bapak Hotman Paris, seorang pengacara kondang di negeri.

Sobat Cahaya Islam, kasus seperti bapak Razman Arief Nasution seringkali terjadi di negeri. Hal ini terjadi lantaran proses tabayyun tidak sepenuhnya terjadi. Maka dari itu, bisa saja terjadi kesalahpahaman.

Belajar dari Kasus Razman Arief Nasution

Kasus Razman Arief Nasution bukanlah kali pertama terjadi di kalangan pejabat tanah air. Sebelumnya sudah banyak pejabat bahkan masyarakat sipil yang terkena kasus tersebut. Hal ini bisa saja terjadi karena beberapa hal. Diantaranya yakni :

1.    Kurangnya Kepercayaan pada Sesama

Faktor pertama yang menjadikan seseorang mudah mencemarkan nama baik yakni adanya ketidakpercayaan. Fitrahnya, tidak ada seorangpun yang bisa dipercaya 100% kecuali janji Allah Ta’ala.

Oleh karena itu, sangat penting bagi umat muslim untuk dapat membangun kepercayaan. Sekalipun bukan seorang muslim, mempercayai seseorang atas dasar kemanusiaan pun juga idealnya perlu dilakukan. Misal, dengan menyelidiki segala aktivitas kebaikan yang dilakukan.

Razman Arief Nasution

Bila jejak kebaikannya bisa dirasakan hampir sebagian orang sekitar, tentu dia memang orang yang baik. Wallahu’alam. Selain itu, umat juga perlu senantiasa mendo’akan kebaikan untuk diri dan orang sekitarnya sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah semasa hidupnya. Mendo’akan kebaikan untuk sesama berarti sama halnya menjadikan teman layaknya saudara. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Al Hujurat ayat 10 yakni :

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ

Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.

2.    Kurangnya Komunikasi

Selain itu, faktor lainnya adalah kurang komunikasi antar dua pihak. Biasanya, karena emosional, seseorang mudah kehilangan akal sehat dan malah memberikan pernyataan yang bisa disesali di kemudian hari.

Razman Arief Nasution

Hal inilah yang menjadikan mulai banyak umat menggunakan jalur hukum agar penuduhan bisa dihentikan. Padahal, penuduhan maupun pelaporan sejatinya tidak memberikan solusi sebab keduanya pasti masih merasa benar. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Al Baqarah ayat 283 yakni :

وَاِنْ كُنْتُمْ عَلٰى سَفَرٍ وَّلَمْ تَجِدُوْا كَاتِبًا فَرِهٰنٌ مَّقْبُوْضَةٌ ۗفَاِنْ اَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذِى اؤْتُمِنَ اَمَانَتَهٗ وَلْيَتَّقِ اللّٰهَ رَبَّهٗ ۗ وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَۗ وَمَنْ يَّكْتُمْهَا فَاِنَّهٗٓ اٰثِمٌ قَلْبُهٗ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ ࣖ

Artinya : Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang. Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barangsiapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

3.    Menghilangkan Proses Tabayyun

Faktor lainnya yakni adanya aktivitas yang menjadikan proses tabayyun berkurang. Biasanya, seringkali dua pihak yang bertikai langsung memberikan tudingan.

Di dalam Islam sendiri, umat muslim idealnya wajib menjaga diri dari dugaan semata daripada langsung menuduh. Sebab terkadang ada hal yang tidak kentara daripada fakta aslinya. Oleh sebab itu, ada aktivitas tabayyun. Tabayyun sendiri didefinisikan sebagai aktivitas untuk menggali lebih dalam.

Jika diarahkan pada suatu masalah, orang yang melakukan tabayyun perlu untuk memberikan informasi secara jujur tanpa ditutupi. Tentunya pemberian informasi tersebut harus dilakukan dengan kondisi emosi yang stabil. Tidak menggebu – gebu seperti sedang marah. Sebab, pernyataan akan menjadi tak rasional.

Bila tidak rasional, maka sejatinya pernyataan tidak benar – benar mewakili aktivitas tabayyun yang mulia.

Aktivitas ini sendiri juga merupakan hal yang dapat menghentikan adanya pertikaian antar pihak. Sebab di dalamnya juga diselingi dengan aktivitas mendamaikan kedua belah pihak.

Nah sobat Cahaya Islam, demikianlah ulasan mengenai Razman Arief Nasution dan bagaimana umat muslim bisa menghindari sikap asal menuduh sehingga tidak terjadi pertikaian antar pihak. Semoga ulasannya bermanfaat.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY