Logo HUT RI 75 Dituding Mirip Salib, Bagaimana Seharusnya Sikap Muslim?  

0
812

Logo HUT RI 75 – Mulai terlihat di spanduk-spanduk jalanan guna menyemarakkan  Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang akan diperingati besok tanggal 7 Agustus 2020. Kemerdekaan yang diperjuangkan memang perlu diperingati agar tidak lupa dengan perjuangan pahlawan yang telah berjuang demi bangsa.

Selain itu, perayaan memperingati Hari Kemerdekaan bertujuan untuk mengobarkan semangat untuk generasi muda dalam mempertahankan kemerdekaan lewat kiprahnya masing-masing. Hanya saja yang menjadi polemik kali ini yakni Logo HUT RI 75 yang dituding mirip dengan salib oleh Ormas Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS).

DSKS juga meminta spanduk-spanduk dengan logo HUT RI 75 yang dianggap mirip salib dicopot. Padahal sebelum menuntut pencopotan spanduk tersebut mereka belum meminta penjelasan terkait pembuatan logo.

Sobat Cahaya Islam, melihat fenomena yang memperbincangkan masalah logo untuk memperingati HUT RI, kita perlu mengambil sikap yang tepat sebagai bagian dari umat Islam sekaligus warga negara Indonesia.

Sikap Muslim dalam Menyikapi Logo HUT RI 75 yang Dituding Mirip Salib

Umat Islam tidak hanya diajarkan menyelesaikan masalah yang bersifat religius, masalah kompleks pun diajarkan. Permasalahan beriringan dengan waktu yang terus berjalan, meski begitu syariat tidak usang di makan zaman.

Berikut sikap dalam menyikapi logo untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang dinilai seperti salib.

  1. Tabayyun dalam Menanggapi Berita

Kasak-kusuk berita perlu ditelusuri terlebih dahulu kebenarannya. Apakah benar pihak terkait pembuat logo memang sengaja membuat logo seperti salib? Atau hanya kebetulan belaka?

Banyak orang yang angkat bicara terkait logo yang mirip salib,  Kementrian Sekretariat Negara (Kemensetneg) memaparkan logo dan dinilai mirip salib adalah ‘supergraphic’ yang bersifat abstrak yang memiliki filosofi nilai luhur Pancasila.

Islam mengajarkan untuk tidak buru-buru dalam menanggapi berita, tidak khawatirkan akan terjadi kesalahpahaman yang berujung pada perpecahan baik dalam lingkup agama maupun negara.

  1. Jangan Berlebihan dalam Menilai

Berlebihan dan segala yang mengandung berlebihan dilarang oleh agama. Tidak baik untuk kemaslahatan umat, bahkan Allah SWT melarangnya seperti dalam surah Al-A’raf ayat 31

يَا بَنِي آدَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al A`raaf : 31)

Orang yang berlebihan sesuai dengan ayat di atas jelas tidak disukai oleh Allah SWT. Berlebihan dalam konteks di sini beragam dalam hal peribadatan, kehidupan, sampai apresiasi atau penilaian.

Menilai itu diperbolehkan asal tidak berlebihan, persepsi tentang logo yang seperti salib memang wajar dilihat dari sudut psikologi tentang pandangan yang diperoleh ketika melihat objek.

Sobat Cahaya Islam, apakah tanda seperti salib hanya milik orang Kristen? Mulai kapan tanda punya agama? Tanda yang mirip salib sering kita temui seperti rangkai layang-layang, desain jendela, dan juga tanda penjumlahan yang kerap dipakai.

  1. Tanamkan Tasamuh

Tasamuh atau toleransi khususnya dalam beragama harus ditanamkan. Pluralitas bukan cara memecah belah kesatuan yang dibangun lewat darah yang mengucur dari pahlawan. Beda penilaian, beda pandangan boleh saja, asal tidak melunturkan toleransi.

Tiga sikap di atas tentang sikap sebagai umat Islam dalam menanggapi polemik logo HUT RI yang dinilai seperti salib, semoga dapat membuka wawasan pembaca. Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia Ke-75! Semoga semakin jaya dan sukses!

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY