Kalangan Santri – Menjadi sebagian dari penduduk wilayah Indonesia. Bahkan, Indonesia dipercaya sebagai negara yang memiliki banyak pesantren dibandingkan dengan negara-negara lain. Dalam setiap kabupaten saja, sampai ada puluhan pesantren di dalamnya.
Oleh karena itu, kiprah kalangan santri di Indonesia sendiri penting. Hal ini dikarenakan di pesantren banyak ruang-ruang publik yang bisa mendukung santri terjun ke dunia masyarakat luas. Salah satunya dengan berkarya lewat tulisan.
Orang yang berkarya lewat tulisan, khususnya dengan genre fiksi disebut sastrawan. Sastrawan juga bisa dibagi menjadi beberapa profesi sesuai keahliannya, ada novelis, penyair, dan cerpenis.
Indonesia memiliki banyak sastrawan dari berbagai kalangan. Mulai dari orang yang memang berkecimpung di dunia literasi, atau pernah mengenyam pendidikan di jurusan sastra, sampai dari kalangan yang berstatus alumni pondok pesantren.
Sobat Cahaya Islam, lewat tulisan ternyata bisa sekalian dakwah mengajarkan syariat Islam, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Berikut dalil perintah berdakwah.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.” [Ali Imran/3 : 104]
Sastrawan Indonesia dari Kalangan Santri
Islam mengajarkan umatnya untuk menulis, ibarat menulis itu sehari pengikat ilmu. Anjuran menulis juga populer dari petuah Imam Al-Ghazali, intinya jika bukan anak raja maupun ulama besar, maka menulislah!
-
Musthofa Bisri
Tokoh yang kerap disapa Gus Mus ini, selain sibuk dengan rutinitas pesantren yakni mengelola pesantrennya di Rembang, Jawa Tengah. Beliau juga menyempatkan waktunya untuk menulis puisi dan cerpen. Beberapa puisi dan cerpen banyak yang sudah dimuat di media. Karyanya yang terkenal yakni puisi berjudul Kau ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana.
-
Emha Ainun Najib
Beliau merupakan budayawan, pendakwah, sekaligus sastrawan yang dekat dengan anak muda. Selain itu juga mengampu jamaah Maiyah yang dibinanya. Beliau telah melahirkan banyak karya sastra dan juga kolom yang terhimpun dalam buku.
-
Ahmad Tohari
Sastrawan mendunia yang karya-karyanya telah banyak diterjemahkan di berbagai negara. Karyanya pada umumnya bergenre realisme yang mengangkat kehidupan manusia kelas bawah.
Tulisannya tidak pernah menyangkut dunia pesantren, tetapi isi dari tulisannya mengingatkan manusia untuk eling marang Gusti (ingat kepada Allah SWT)
Karya-karyanya antara lain: Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Kubah, Di Kaki Bukit Cibalak, Orang-Orang Proyek, Bekisar Merah, Kumpulan Cerpen Senyum Karyamin, Kumpulan Cerpen Mata yang Enak Dipandang, dan lainnya.
-
Candra Malik
Sastrawan satu ini ternyata juga putra kyai, atau Gus. Karya-karyanya biasanya mengandung nilai sufistik, seperti halnya beliau yang memang mumpuni di dunia tasawuf. Ilmu tasawuf yakni ilmu yang mengenal lebih dekat dengan Allah SWT. Karyanya antara lain ada Kumpulan Puisi Asal-Muasal Pelukan, Layla, dan lainnya.
-
Khilma Anis
Namanya mencuat tenar di kalangan santri setelah terbitnya novel Hati Suhita. Alumni pondok pesantren Krapyak ini, menulis dengan mengangkat tema perempuan Jawa yang di dalamnya disisipi tokoh pewayangan. Sastrawan perempuan ini, telah beberapa novel selain Hati Suhita, ada Wigati yang berkisah tentang keris.
Itu lima sastrawan Indonesia yang berasal dari kalangan santri. Sebenarnya masih ada banyak lagi sastrawan dari kalangan ini. Semoga kita dapat mengikuti jejak mereka dengan menulis dan penikmat karya sastra. Aamiin.