Hidup Sukses dalam Kemandirian Sesuai Anjuran Nabi

0
355
Hidup-Sukses-dalam-Kemandirian

Hidup Sukses dalam Kemandirian – Saat ini, banyak sekali orang yang berhasil meraih kesuksesan karena warisan ataupun bantuan orangtuanya. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan hal itu. Tapi, tidak semua orang punya orangtua yang kaya. Di sinilah pentingnya hidup mandiri. Pasalnya, kemandirian akan mengantarkan pada kesuksesan yang jauh lebih membanggakan. Ternyata, Rasulullah juga memerintahkan umatnya untuk mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Hadits Tentang Anjuran Mandiri Secara Ekonomi

Rasulullah menganjurkan kita semua agar bisa mandiri, terlebih soal ekonomi. Dampaknya pun akan sangat luas. Pasalnya, kemandirian membuat seseorang tidak merasa terbebani oleh hutang budi pada siapapun. Dalam hal ini, Rasulullah juga menjelaskan bahwa orang yang mandiri dan tidak memiliki ketergantungan pada orang lain punya nilai tambah tersendiri.

لأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا

“Sungguh, pikulan kayu bakar di atas punggung seseorang (lantas dijual) lebih baik dari meminta-minta kepada orang lain.” (1)

Tentu saja, kemandirian sangat penting untuk menjaga harga diri seseorang. Oleh karena itu, setiap muslim harus menanamkan sikap mandiri dalam diri masing-masing. Di sisi lain, meminta-minta merupakan sikap yang justru merendahkan diri sendiri. Tak hanya itu, sikap ini juga membuat kita ketergantungan pada orang lain. Padahal, kita semua tahu bahwa Allah telah menitipkan kemampuan pada setiap hamba-Nya.

Tak Ada yang Lebih Baik dari Hasil Jerih Payah Sendiri

Memang, menerima pemberian orang lain itu boleh. Tetapi, hasil jerih payah sendiri jauh lebih baik. Terkait hal ini, ada sebuah hadits yaitu:

 مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

“Tiada sesuap makanan pun yang lebih baik daripada makanan hasil jerih payahnya sendiri.” (2)

Di sini, Rasulullah menghimbau umatnya supaya menerima imbalan yang sesuai dengan hasil kerja kerasnya. Dengan kata lain, beliau tidak mau umatnya menerima pemberian di luar imbalan yang semestinya, yang saat ini kita kenal dengan istilah gratifikasi.

Tentunya, hasil tersebut tidak berkah. Selain itu, gratifikasi juga bisa menjerumuskan seseorang ke dalam jeratan hukum. Sehingga, harkatnya tidak diperhitungkan lagi, baik di dunia maupun akhirat.

Hidup Sukses dalam Kemandirian Tanpa Meminta-minta

Tidak semua orang sukses adalah orang yang mandiri. Namun, jika yang sobat Cahaya Islam cari adalah kesuksesan yang berkah, maka kemandirian adalah sebuah keharusan. Lebih dari itu, orang yang mandiri akan lebih mudah mengatasi masalah.

Sementara itu, orang yang tidak mandiri cenderung mengandalkan atau megharapkan bantuan orang lain. Bahkan, kondis orang yang meminta-minta akan sangat hina di hari kiamat kelak. Seperti sabda Rasullah di bawah ini:

مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ 

“Jika seseorang meminta-minta pada manusia, ia akan datang di hari kiamat tanpa sekerat daging di wajahnya.” (3)

Meski tidak sampai meminta-minta (mengemis), orang yang tidak mandiri akan tetap selalu bergantung pada orang lain. Tentu saja, hal ini akan berdampak buruk untuk ke depannya. Mau tidak mau, zaman yang semakin penuh persaingan ini menuntut kita semua untuk bersikap mandiri dalam segala hal.


Referensi:

(1) Sahih al-Bukhari 2374

(2) Sahih al-Bukhari 2072

(3) Sahih al-Bukhari 1474

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY