Film Voice of Murderer Terinspirasi dari Kisah Nyata, Pandangan Islam tentang Representasi Kisah Nyata dalam Seni  

0
1058

Film Voice of Murderer – Film yang terinspirasi dari kisah nyata yang terjadi sekitar tahun 1991 terhadap bocah kecil bernama Lee Hyung Ho. Lee Hyung Ho merupakan penculikan dengan berakhir ditemukan tewas, sedangkan pihak orang tuanya diteror penculik dengan telepon selama lebih dari satu bulan.

Persis seperti di film Voice of Murderer pihak orang tua korban dihubungi berkali-kali, dan dimintai uang tebusan jika ingin anaknya selamat dengan syarat tidak akan melaporkan tindak kriminalitas penculikan kepada polisi.

Kisah nyata yang direpresentasikan ke dalam bentuk seni, baik itu film, karya tulis, maupun karya seni lainnya, seperti tidak lagi menjadi hal yang tabu. Seiring dengan perkembangan zaman yang mana muncul ideologi baru dalam bidang kesenian bernama realisme.

Sobat Cahaya Islam, realisme dalam kesenian berarti aliran kesenian yang menyajikan karya seni dengan mengacu sebagaimana kenyataan sebenarnya dalam kehidupan nyata. Lantas bagaimana menurut Islam bolehkah membuat karya seni sebagai bentuk representasi kenyataan?

Representasi Kisah Nyata seperti Film Voice of Murderer Ditinjau dari Pandangan Islam

Menyajikan kembali kisah nyata dengan tujuan untuk mengambil hikmah atau pelajaran, dengan prinsip apabila itu hal yang baik ditiru, sebaliknya bila hal itu tidak sesuai dengan ajaran Islam ditinggalkan. Terpenting dalam setiap tindakan yakni niatnya, sebagaimana dalam hadis berikut.

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]

Untuk lebih menguatkan lagi tentang bagaimana pandangan Islam tentang representasi kisah nyata ke dalam bentuk seni ada beberapa alasan penguat di bawah ini.

  1. Adanya Kisah Orang Terdahulu dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an yang mulia diturunkan dengan beberapa bahasan. Salah satunya menyajikan kisah orang-orang terdahulu, seperti kisah para nabi beserta umatnya, kisah Ashabul Kahfi (pemuda yang tertidur dalam goa selama bertahun-tahun), kisah Lukman Hakim, dan lainnya.

Oleh karena itu, jelas Allah SWT memperbolehkan representasi kehidupan nyata dengan tujuan mengambil pelajaran.

  1. Sunan Kalijaga Modifikasi Gambar Manusia

Sunan Kalijaga dalam dakwahnya menggunakan media wayang, wayang sendiri merupakan modifikasi dari gambar manusia. Melalui wayang, Sunan Kalijaga mengajak masyarakat khususnya daerah Demak untuk memeluk agama Islam.

  1. Adanya Film Bernuansa Sejarah

Sejarah tidak sepatutnya dilupakan begitu saja, dibuang dengan berkembangnya zaman. Banyak dunia perfilman yang mengambil dari sejarah untuk menolak lupa manusia yang memang sering lupa. Di antara film bernuansa sejarah yakni film “Sang Kyai”.

Film “Sang Kyai” berisi sejarah yang menggambarkan tokoh ulama besar yaitu KH. Hasyim Asy’ari, yang menolak keras penjajahan Jepang termasuk perintah untuk hormat kepada matahari yang disebut seikirei.

  1. Lahirnya Novel Tokoh Inspirasi

Banyak sastrawan Indonesia yang memilih jalan menyelusuri kehidupan tokoh-tokoh menginspirasi. Hal ini seperti yang dilakukan sastrawan Aguk Irawan yang berhasil menulis novel biografi KH. Hasyim Asy’ari dengan judul Sang Penakluk Badai.

  1. Lirik Musik yang Mengingatkan

“Ma’assalam mafia amani syaikhona…”

Siapa yang tidak kenal dengan lirik lagu itu? Pasti banyak yang tahu, lirik lagu “Syaikhona” memiliki kisah dibaliknya. Lirik lagu itu ditulis oleh Miftah santri Pondok Pesantren Raudhatul Muta’alimin, Jagalan, Kudus, sebagai tanda ta’dzim kepada gurunya KH. Ma’ruf Irsyad yang telah wafat.

Sobat Cahaya Islam, itu lima alasan penguat mengapa representasi kisah nyata menjadi bentuk seni dengan tujuan untuk pembelajaran diperbolehkan. Seperti halnya film Voice of Murderer yang semoga dengan hadirnya film itu tidak akan ada kasus kejahatan serupa. Aamiin.

 

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY