Berbicara yang Membuahkan Manfaat Adalah Ajaran Allah dan Rasul

0
2089
Berbicara

Kehidupan Islami – kita seringkali mendengar istilah ‘mulutmu harimaumu’ yang diluar sana banyak orang menyebutkannya sebagai metafora berisi nasihat bahwa kita harus berbicara pahit madu (berbicara yang baik tanpa melukai hati orang lain atau menciptakan mudharat). Berikut Berbicara yang Membuahkan Manfaat Adalah Ajaran Allah dan Rasul.

Berbicara yang Membuahkan Manfaat Adalah Ajaran Allah dan Rasul

Kita juga sering mendengar sebutan ‘lidah adalah senjata yang lebih tajam daripada belati’ yang memberikan makna figuratif bahwa lisan kita lebih berbahaya dari senjata asli (dalam konteks ini belati sebagai pembanding) karena bisa menyebabkan fitnah. Sebagai orang yang bertaqwa kita harus bisa membudayakan berbicara yang memberikan manfaat, karena itu adalah ajaran dari Allah dan Rasul.

Diam dan meninggalkan topik pembicaraan yang tidak bermanfaat adalah ciri orang beriman

Salah satu bentuk kebiasaan baik yang harus kita lakukan sebagai orang beriman adalah membiasakan diam bila kita merasa bila berbicara kita tidak akan memberikan manfaat apapun. Atau meninggalkan topik pembicaraan yang tidak bermanfaat. Bila sobat cahayaislam bisa melaksanakannya, niscaya anda termasuk golongan orang yang beriman. Seperti yang bisa dikaji dari nukilan Bukhari 6475 dibawah ini:

حَدَّثَنِي عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ “‏ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ‏

Diceritakan Abu Huraira: Utusan Allah (ﷺ) berkata, “Siapa pun yang percaya pada Allah dan Hari Terakhir harus berbicara apa yang baik atau tetap diam, dan siapa pun yang percaya pada Allah dan Hari Terakhir tidak boleh menyakiti (atau menghina) tetangganya; dan siapa pun yang percaya pada Allah dan Hari Terakhir, harus menghibur tamunya dengan murah hati. ” [1]

Sedangkan landasan hadits tentang meninggalkan topik pembicaraan yang tidak bermanfaat bisa diambil dari kutipan hadits Arbain Nawawi 12:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه و سل: مِنْ حُسْنِ إسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

Salah satu baiknya islam seseorang adalah meniggalkan perkara yang tidak bermanfaat disini bermakna luas. Bisa dari perbuatan, amalan-amalan jahiliyah, benda haram dan termasuk topik pembicaraan yang tidak membuahkan manfaat.

Orang yang banyak bicara bukan termasuk orang yang dicintai oleh Rasulullah

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ خِرَاشٍ الْبَغْدَادِيُّ، حَدَّثَنَا حَبَّانُ بْنُ هِلاَلٍ، حَدَّثَنَا مُبَارَكُ بْنُ فَضَالَةَ، حَدَّثَنِي عَبْدُ رَبِّهِ بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏”‏ إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَىَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَىَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ ‏”‏ ‏.‏ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ ‏”‏ الْمُتَكَبِّرُونَ ‏”‏ ‏.‏ قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِي الْبَابِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ‏.‏ وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ ‏.‏ وَرَوَى بَعْضُهُمْ هَذَا الْحَدِيثَ عَنِ الْمُبَارَكِ بْنِ فَضَالَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرٍ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ عَنْ عَبْدِ رَبِّهِ بْنِ سَعِيدٍ وَهَذَا أَصَحُّ ‏.‏ وَالثَّرْثَارُ هُوَ الْكَثِيرُ الْكَلاَمِ وَالْمُتَشَدِّقُ الَّذِي يَتَطَاوَلُ عَلَى النَّاسِ فِي الْكَلاَمِ وَيَبْذُو عَلَيْهِمْ

Dalam hadits Tirmidzi 2018 diatas menjelaskan orang yang dicintai dan dibenci oleh Rasulullah. Dijelaskan ada golongan yang dibenci oleh Rasulullah yang disebut sebagai al-tsartsârûn dan al-mutasyaddiqûn. Menurut para ulama istilah ini digunakan untuk mereka orang-orang yang banyak berbicara dan orang yang banyak melukai/mengganggu seseorang dengan kata-kata mereka.

Nah, sobat Cahayaislam yang di ridhoi oleh Allah. Sebagai hamba Allah yang islam dan mengaku beriman kepada-Nya. Kita harus sadar betul bahwa waktu yang kita miliki ketika hidup di dunia ini adalah sebuah aset. Ya! Aset untuk kita melakukan hal-hal baik dan amal sholih sebanyak-banyaknya sebagai bekal kelak kehidupan kekal kita di akhirat. Untuk itu, sebisa mungkin marilah kita coba untuk membuat waktu kita lebih barokah lagi dan bermanfaat untuk diri kita sendiri. Salah satunya yang telah kita bahas hari ini adalah dengan berbicara yang memberikan manfaat. Berbicara yang baik sesuai anjuran Allah dan Rasul. Semoga bermanfaat ya!


Catatan Kaki

[1] H.R. Sahih Bukhori no. 6475

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY