Berbicara yang Baik Cerminan Seorang Muslim

0
264
Berbicara-yang-Baik-Cerminan-Seorang-Muslim

Berbicara yang Baik – Ada peribahasa ‘mulutmu harimau-mu’. Artinya, kata-kata yang keluar dari mulut bisa menjadi bumerag. Oleh karena itu, kita harus hati-hati dalam bertutur kata. Sebagai umat muslim, kita harus mencerminkan sifat seorang muslim. Pasalnya, Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga lisan dan berbicara dengan kata-kata yang baik atau lemah lembut.

Berbicara yang Baik atau Diam

Baik kepada orangtua, tetangga, saudara, maupun teman sebaya, bertutur kata yang baik hukumnya wajib bagi setiap muslim. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah berpesan:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.” (1)

Maksudnya, jika seseorang hendak berbicara, ia harus memikirkan dampak atau akibatnya terlebih dahulu. Jika perkataannya bisa membawa mudharat atau ragu-ragu akan dampak baik/buruknya, diam adalah pilihan yang lebih bijak. Tentu saja, hadits ini mengisyaratkan betapa bahayanya jika seseorang tidak menjaga lisan. Maka, hendaknya kita lebih bijak sebelum bertutur kata kepada orang lain.

Neraka untuk Yang Tidak Berkata Baik

Karena Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga lisan, maka seseorang yang tidak menjaga lisannya berarti ia tidak paham terhadap ajaran agama Islam. Dalam sebuah hadits sahih, Rasulullah bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

“Seorang hamba yang bertutur kata tanpa memikirkan dampaknya akan membuatnya terjerumus ke neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat.” (2)

Memang, dampak dari sebuah perkataan bisa sangat besar. Jika kita tidak memikirkan dulu akibatnya, asal bicara bisa berakibat sangat fatal. Seperti yang bisa kita lihat, perkataan seseorang dapat menimbulkan pertengkaran, perkelahian, bahkan pembunuhan. Bahkan, perkataan buruk tidak hanya berdampak buruk di dunia, namun juga di akhirat di mana Allah sudah menyediakan neraka untuk mereka yang tidak dapat menjaga lisan.

Menjaga Jari di Era Digital

Di era digital ini, seseorang justru lebih sering menuangkan pikirannya melalui sosial media dibanding melalui mulut atau perkataannya. Bahkan, media sosial membuat siapapun bebas berekspresi. Artinya, setiap postingan dan komentar menjadi tidak terkontrol.

Jika tidak hati-hati, apa yang kita tulis di media sosial bisa berdampak dahsyat. Kalau dampaknya positif, maka itu sangat baik sekali. Namun, jika dampaknya buruk, maka bahayanya akan jauh lebih besar. Maka, tantangan kita di era digital ini adalah menjaga lisan dan jari-jari kita agar tidak menimbulkan akibat yang buruk, baik bagi diri sendiri, orang lain, agama, maupun negara.

Hendaknya kita memanfaatkan media sosial dengan bijak untuk hal-hal yang bermanfaat seperti menyebarkan ilmu agama atau berita-berita yang baik. Dengan penggunaan yang tepat, media sosial akan sangat membantu dan memberikan manfaat besar bagi banyak orang.


Referensi:

(1) Sahih al-Bukhari 6475

(2) Sahih Muslim 2988b

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY