Musibah Menurut Pandangan islam – Di dunia ini, setiap orang pasti pernah mengalami musibah. Tak hanya orang miskin, orang kaya pun tak luput dari musibah. Beberapa contoh musibah adalah sakit, kecelakaan, kehilangan, dan lain sebagainya. Lalu, bagaimana Islam memandang musibah yang menimpa manusia? Apakah sebagai ujian yang dapat meninggikan derajat di sisi Allah? Atau justru sebagai adzab atas perbuatan-perbuatannya?
Musibah Menurut Pandangan Islam: Sebagai Ujian
Jika sobat Cahaya Islam merasa mendapatkan musibah yang paling berat, tentu salah besar. Pasalnya, para Nabi & Rasul-lah orang-orang yang paling berat ujiannya. Sobat Cahaya Islam pasti sudah tidak asing dengan cerita-cerita Nabi yang banyak mendapat musibah seperti penyakit, tidak mendapat keturunan, bahkan dibunuh kaumnya.
Tentu saja, itu semua adalah ujian yang tujuannya adalah memperbesar pahala, meninggikan derajat, hingga sebagai teladan bagi kita semua untuk bersabar. Oleh karena itu, tak jarang kita melihat orang-orang alim dan saleh mendapat ujian berat. Dalam hal ini, Allah sedang menguji mereka. Bagi yang lulus, yakni tetap sabar, maka Allah akan mengangkat derajatnya.
Musibah Sebagai Penghapus Dosa
Terkadang, Allah memberikan cobaan hidup kepada hamba-Nya karena kasing sayang. Memang, manusia tak luput dari dosa. Sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, Allah menghapuskan dosa-dosa mereka dengan memberinya berbagai macam cobaan. Rasulullah bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah menimpa seorang mukmin yaitu rasa sakit, rasa capek, rasa khawatir, kesedihan, kesusahan hati, dan sesuatu yang menyakiti – meskipun hanya berupa duri yang menusuknya – melainkan dihapuskan dosa-dosanya.” (1)
Tentu saja, hanya dosa-dosa kecil yang dapat dihapus dengan ujian musibah. Sementara itu, dosa-dosa besar seperti syirik, membunuh, dan zina hanya akan diampuni jika ia benar-benar bertaubat dan melakukan amal saleh.
Musibah Sebagai Hukuman yang Disegerakan
Sebagai umat Islam, kita meyakini bahwa segala sesuatu ada pertanggung jawabannya di akhirat. Amal saleh akan mendapatkan pahala yang mengantarkan ke surga sedangkan maksiat mendapatkan dosa yang akan dibalas dengan siksa neraka. Namun, ada kalanya Allah menyegerakan hukuman seseorang yang pernah berbuat dosa dengan menimpakannya musibah di dunia. Rasulullah bersabda:
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba-Nya, Dia akan menyegerakan hukumannya di dunia. Dan jika Allah menghendaki keburukan pada hamba-Nya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosanya di hari kiamat.” (2)
Kesimpulannya, ketiga kemungkinan di atas bisa ada. Dengan mengetahui hikmahnya, sudah seharusnya kita menjadi lebih sabar untuk meraih pahala melalui ujian. Mudah-mudahan kita semua bisa sabar menghadapi setiap musibah. Semoga musibah yang menimpa kita dapat menggugurkan dosa dan mengangkat derajat kita. Aamiin.
Referensi:
(1) Sahih al-Bukhari 5641
(2) Jami’ at-Tirmidhi 2396