Kisah Wanita Yang Menolak lamaran Rasulullah SAW (Ummu Hani binti Abi Thalib)

0
14787

tips IslamiRasulullah adalah sosok mulia dan bertindak sebagai tauladan bagi seluruh umat islam didunia. Dengan figur beliau yang sangat berwibawa, sudah pastilah para muslimah yang sholihah dan menginginkan derajat surga yang tinggi mendambakan cinta dari beliau. Itulah kenapa Rasulullah memiliki beberapa istri-istri sholihah yang selalu berada disisi beliau untuk mendukung dan berjuang menyebarkan kebaikan islam. Diantara banyak wanita tanah Arab pada waktu itu, ternyata ada satu wanita yang menolak lamaran beliau lho! Dia adalah Ummu Hani binti Abi Thalib.

Siapakah Ummu Hani binti Abi Thalib?

Wanita yang satu ini merupakan sosok yang dihormati dan dianggap merupakan wanita teladan. Nama asli dari Ummu hani sebenarnya adalah Fakhitah binti Abi Thalib bin Abdul Muthalib yang notabene merupakan sepupu Rasulullah. Dalam beberapa penjelasan alim ulama, Ummu Hani adalah keturunan Bani Hasyim dalam kabilah Quraisy dan merupakan saudara kandung Ali bin Abi Thalib.

Diceritakan dalam beberapa sumber bahwasanya Rasulullah SAW sebelum menerima wahyu dan dijadikan utusan oleh Allah, pernah meminang Ummu Hani. Namun apa daya, karena tradisi balas budi ditanah arab pada waktu itu, lamaran beliau ditolak karena Ummu hani harus menikah dengan Habirah bin Abi Wahhab karena Abi Thalib berhutang budi kepada keluarganya.

Setelah nabi Muhammad diangkat sebagai Rasulullah dan menerima wahyu untuk berdakwah, islam pun mulai berkembang pesat didataran arab. Setelah islam berjaya dan orang kafir terkalahkan. Suami Ummu hani binti Abi Thalib melarikan diri dari Makkah dan memilih untuk hidup dalam kekafiran. Sementara itu, beliau hidup menjanda dan merawat anak-anaknya. Melihat hal itu, Rasulullah pun kemudian berniyat untuk melamar Ummu Hani untuk kali kedua.

Penolakan Lamaran kedua dari Rasulullah

Mendengar Rasulullah meminang dirinya kembali untuk kedua kali, hati Ummu hani binti Abi Thalib bergetar. Banyak kegundahan yang berkemelut dalam dirinya. Hatinya berkata untuk menerima Rasulullah sebagai suami karena sosoknya yang berwibawa dan bertanggung jawab, namun disisi lain dia juga memiliki beban moral untuk anak-anaknya.

Ummu Hani binti Abi Thalib kemudian menjawab kepada Rasulullah “Sesungguhnya melebihi pandangan dan pendengaranku, itulah cintaku pada Engkau yaa Rasulullah! Namun aku khawatir dengan kewajibanku kepada suami. Sesungguhnya hak suami sangatlah besar, aku takut bila aku melayani suami kemudian aku menelantarkan anak-anakku dan aku takut pula jika aku meramut anakku, aku akan melalaikan tugasku sebagai istri yang memberikan hak-hak suaminya”

Mendengar jawaban itu, kemudian Rasulullah pun berkata “terpujilah wanita yang dia sangat sayang kepada anak-anaknya yang masih kecil, serta dia berhati-hati atas tugasnya sebagai seorang istri”

Apa yang bisa dipetik dari cerita diatas?

Menjadi istri yang sholihah sama dengan mengemban tugas yang sangat berat. Istri memiliki kewajiban yang harus dilakukan dan harus memenuhi segala hak-hak suaminya atas dirinya. Itulah yang kami ingin tekankan kepada sobat Cahayaislam disini kali ini (bukan tentang menolak lamaran ya!).

Beliau menolak lamaran Rasulullah karena takut dan memiliki kekhawatiran atas tugas-tugasnya sebagai ibu bagi anak-anaknya dan istri bila nanti menjadi Rasulullah. Jadi, mari kita renungkan bersama, sudahkah kita menjadi istri-istri yang sholihah dan ta’at pada suami? Semoga bermanfaat ya!

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY