Hadits Arbain Nawawi 24: Kita Butuh Allah! Bukan Allah yang butuh Kita!

0
3739
Arbain Nawawi 24

Hadits arbain nawawi – Begini, bayangkan saja anda sedang membutuhkan uang untuk segera digunakan untuk sebuah kebutuhan yang mendesak. Anda kemudian mencari pinjaman uang dari teman-teman anda. Anda menelepon beberapa teman anda hingga akhirnya ada satu yang menyanggupi untuk meminjami anda uang tersebut. Beberapa saat berbicara lewat telepon anda kemudian mengatakan kepada teman anda yang bersedia meminjami uang tersebut kepada anda dan berkata: Bro, aku lagi sibuk nih! Uangnya kamu antar saja kerumah ya!

Kira-kira apakah hal itu etis? Kita yang membutuhkan uang pinjaman dari teman kita malah menyuruh teman kita yang bersedia membantu kita dengan meminjamkan uangnya itu untuk mengantarkan uang tersebut kerumah kita? Bukan kita yang mengambilnya sendiri! – Itu namanya tidak tahu malu. Ibarat pepatah jawa mengatakan wis dike’i ati ngrogoh rempelo (sudah diberi hati malah meminta jantung).

Hadits Arbain Nawawi 24: Kita Butuh Allah! Bukan Allah yang butuh Kita!

Nah itu sama gambarannya pada manusia yang hanya meminta kepada Allah namun tidak mau ta’at pada aturan-aturanNya. Hal ini dijelaskan pula dalam hadits arbain Nawawi nomor 24 berikut ini:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم فِيمَا يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَنَّهُ قَالَ: “يَا عِبَادِي: إنِّي حَرَّمْت الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْته بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا؛ فَلَا تَظَالَمُوا. يَا عِبَادِي! كُلُّكُمْ ضَالٌّ إلَّا مَنْ هَدَيْته، فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ. يَا عِبَادِي! كُلُّكُمْ جَائِعٌ إلَّا مَنْ أَطْعَمْته، فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ. يَا عِبَادِي! كُلُّكُمْ عَارٍ إلَّا مَنْ كَسَوْته، فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ. يَا عِبَادِي! إنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا؛ فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ. يَا عِبَادِي! إنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّونِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي. يَا عِبَادِي! لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا. يَا عِبَادِي! لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا. يَا عِبَادِي! لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ، فَسَأَلُونِي، فَأَعْطَيْت كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَته، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ. يَا عِبَادِي! إنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ، ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إيَّاهَا؛ فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ، وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَن إلَّا نَفْسَهُ

Atas otoritas Abu Dzar al-Ghifaree (ra dengan dia) dari Nabi (damai dan berkah Allah besertanya) dari Tuhannya, bahwa Dia berkata: O hamba-Ku! Saya telah melarang dhulm (penindasan) untuk diri saya sendiri, dan saya telah melarangnya di antara Anda, jadi jangan saling menindas. Wahai hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali mereka yang telah Aku tuntun, maka carilah bimbingan dari-Ku dan Aku akan membimbingmu. Wahai hamba-Ku, kamu semua lapar kecuali mereka yang telah Aku beri makan, jadi carilah makanan dari-Ku dan Aku akan memberi kamu makan. Wahai hamba-Ku, kamu semua telanjang kecuali mereka yang telah Aku kenakan, jadi carilah pakaian dari-Ku dan Aku akan mendandani kamu. Wahai hamba-Ku, kamu melakukan dosa siang dan malam, dan Aku mengampuni semua dosa, jadi carilah pengampunan dari-Ku dan Aku akan mengampuni kamu. Wahai hamba-Ku, kamu tidak akan mencapai merugikan-Ku sehingga merugikan-Ku, dan kamu tidak akan mencapai manfaat-Ku untuk menguntungkan-Ku. Wahai hamba-Ku, jika yang pertama dari kamu dan yang terakhir dari kamu, dan manusia dari kamu dan jin dari kamu, semuanya sama salehnya dengan hati yang paling saleh dari setiap individu di antara kamu, maka ini tidak akan meningkatkan Kerajaan-Ku sedikit pun. Wahai hamba-Ku, jika yang pertama dari kamu dan yang terakhir dari kamu, dan manusia dari kamu dan jin dari kamu, semuanya sama jahatnya dengan hati yang paling jahat dari setiap individu di antara kamu, maka ini tidak akan mengurangi Kerajaan-Ku sedikit pun. Wahai hamba-Ku, jika yang pertama dari kamu dan yang terakhir dari kamu, dan manusia dari kamu dan jin kamu, semuanya berdiri bersama di satu tempat dan meminta dari-Ku, dan Aku harus memberikan kepada semua orang apa yang dia minta, maka yang tidak akan mengurangi apa yang aku miliki, kecuali apa yang berkurang dari lautan saat jarum dicelupkan ke dalamnya. O hamba-Ku, ini hanyalah perbuatanmu yang aku pertanggungjawabkan untukmu, dan kemudian membalasnya. Jadi dia yang menemukan kebaikan, biarkan dia memuji Allah, dan dia yang menemukan selain itu, biarkan dia menyalahkan siapa pun kecuali dirinya sendiri.

Manusia itu adalah makhluk remeh nan sombong

Allah yang maha agung menyombongkan dirinya dalam hadits ini. Memang sejatinya tidak ada seorangpun di alam semesta ini yang patut menyombongkan diri kecuali hanya Allah semata. Allah menyatakan bahwa semua manusia itu pada dasarnya sesat, kelaparan, telanjang, berdosa, dan miskin. Kemudian Allah menerangi jalannya dari kesesatan kepada hidayah nan terang. Allah memberinya makan, memberinya pakaian dan kekayaan. Allah pula mengampuni dosa-dosanya.

Hadits ini menjelaskan dengan sangat gamblang bahwa tiada sebulir debupun level manusia bagi Allah. Manusia adalah makhluk hina yang bisa tumbuh dan berkembang melalui rahmat Allah. Seharusnya kita merasa kecil dan malu kepada Allah, bila kita masih sering menyombongkan kekayaan kita. Bukankah seharusnya kita malu bila kita tidak menjadi hamba yang bersyukur? Harusnya kita malu kepada Allah bila kita tidak selalu ingat kepadaNya? Bukan Allah yang butuh kita! Melainkan kita yang butuh kepada Allah!

Kekufuran seorang hamba tidak mengurangi keagungan Allah! Begitu juga sebaliknya!

Dalam hadits arbain nawawi 24 itu juga dijelaskan pula bahwa sungguh bila dari manusia dan jin yang pertama hingga terakhir adalah beriman, itu tidak menambah kemuliaan apapun pada Allah. Begitu pula sebaliknya, bila saja semua jin dan manusia itu kufur, maka tiada pula mengurangi keagungan Allah. Jadi bisa disimpulkan bahwa Allah tidak membutuhkan kita, keimanan kita atau ibadah kita. Namun, kita membutuhkan Allah agar mendapat Rahmat dan bisa dimasukkan kedalam surga kelak di akhirat sana. Semoga menjadi pemicu keimanan ya!

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY