Wiji Thukul: Aktivis yang Hilang Karena Kritikannya, Padahal Kritik Punya 5 Hikmah  

0
926

Wiji Thukul – Sastrawan dan juga aktivis yang berjuang melawan ketidakadilan lewat kata-kata. Karya-karya beliau yang mengkritik penguasa banyak, salah satu puisinya yakni berjudul “Nyanyian Akar Rumput” sebagai suara curahan dari rakyat. Kehidupannya yang berkekurangan, membuat putus sekolah.

Bumi Indonesia kehilangan sosok Wiji Thukul yang diduga terlibat menjadi korban dalam penculikan aktivis pada tahun 1998. Aktivis kelahiran Solo, 26 Agustus 1963 sampai sekarang belum ketemu, harapan untuk bertemu seakan telah kandas dengan berjalannya waktu.

Ketidakadilan dalam dunia penguasa atau pemerintah, sering membuat aktivis-aktivis pemberani turun tangan, membela keberadaan rakyat tertindas. Mereka meluncurkan kritik-kritik yang membangun, agar penguasa segera sadar.

Kritik merupakan kecaman atau tanggapan atas penilaian baik buruk terhadap karya sastra, pendapat, kebijakan atau tindakan sesuatu. Sobat Cahaya Islam, lantas bagaimana pandangan Islam tentang kritik? Apakah diperkenankan atau malah dilarang?

Kritikan hasil dari perilaku mengkritik, diperbolehkan. Banyak ulama yang serta-merta mengkritik penguasa dengan tujuan kebaikan. Bahkan rasulullah pun pernah mengkritik sahabat. Justru lewat lantaran kritikan kemungkaran dapat ditekan, kritikan sebuah bentuk peringatan bukan cacian.

Wiji Thukul Mengkritik, Kritik Justru Memiliki 5 Hikmah

Persepsi orang tentang kritikan terkesan mengarah pada hal yang negatif, padahal mengkritik untuk memperingatkan adalah sebuah kasih-sayang, dan kepedulian. Orang yang dikritik adalah orang yang beruntung sebab, dia tidak dibiarkan tersesat dalam kesalahan.

Berikut lima hikmah yang dapat kita ambil dari kritik, agar pemikiran kita tidak sempit, alih-alih menghindar dari kritikan.

  1. Bentuk Kepedulian

Peduli berarti perhatian, orang yang dikritik berarti orang yang dipedulikan oleh orang lain. Masih kadang tanggapannya berlainan, kritik tidak akan lahir dari orang-orang yang tidak peduli. Misalnya, buat apa dikritik, bukan urusan saya.

  1. Sebagai Media Introspeksi

Kesalahan dalam roda kehidupan tidak bisa dielakkan, sering karena tidak sengaja atau lupa, manusia bisa terjerumus dalam lembah kesesatan. Kritik bisa menjadi media introspeksi, mana kala kadang yang menurut kita benar, bisa jadi dilihat menyimpang oleh orang lain.

Introspeksi diperlukan agar keburukan dapat ditumpas, dan berharap berpindah alih menuju kebaikan yang sesuai ajaran agama Islam.

  1. Demi Kemaslahatan Bersama

Kritikan biasanya dilontarkan oleh pihak rakyat kepada penguasa, dengan niat demi kemaslahatan bersama. Apabila dinilai seperti kebijakan penguasa yang kurang tepat sehingga ada pihak yang dirugikan.

Islam mengajarkan untuk membela hak orang banyak, maka apabila hak ditindas, perjuangan melawan pun bisa terjadi.

  1. Menegakkan Kebenaran

Kebenaran harus dikatakan meski itu pahit. Masih ingatkah? Perintah untuk saling nasihat-nasihat menasihati dalam kebenaran yang tertuang dalam Al-Qur’an surah Al-‘Ashr.

  1. Keadilan Dapat Terwujud

Ketidakadilan sudah sepantasnya mendapatkan kritikan. Agar keadilan di suatu komunitas baik organisasi besar maupun kecil, atau suatu daerah kepemimpinan dapat terwujud namanya keadilan.

Menegakkan keadilan, dengan mengungkapkan kebenaran kepada penguasa yang dzalim dinilai sebagai jihad, sebagaimana dalam hadis berikut.

أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

“Sebaik-baik jihad adalah kalimat keadilan (mengungkapkan kebenaran) di sisi (di hadapan) penguasa yang dzalim.” (HR. Ibnu Majah no. 4011. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.)

Berdasar penjelasan di atas di mana kritik mempunyai lima hikmah, tentu jelas tindakan Wiji Thukul yang mengkritik penguasa demi keadilan ditegakkan, diperbolehkan. Memperjuangkan hak-haknya orang banyak semoga mendapat imbalan kelak di akhirat.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY