Manusia Silver – Banyak ditemukan dilampu merah dan dijalan-jalan raya. Menjamurnya profesi manusia silver di Indonesia semakin tahun kian semakin bertambah. Profesi sebagai manusia silver juga sudah tidak lagi diperankan oleh orang dewasa, tetapi anak-anak remaja juga sekarang menggeluti profesi tersebut. Nampak dari raut wajah-wajah manusia silver ini adalah mereka orang pinggiran yang bergelut untuk mencari rezeki.
Sobat Cahaya Islam, dalam mencari rezeki Allah telah letakkan sesuai dengan jalannya masing-masing. Tidak ada yang salah ketika harus menjadi manusia silver, asal profesi tersebut tidak merugikan orang lain. Profesi manusia silver bukan menjadi bandit ataupun perampok melainkan manusia silver dalam aksinya menampilkan karyanya yang dapat di apresiasi oleh orang-orang yang melihatnya.
Dalam hal mencari rezeki seperti yang dilakukan oleh manusia silver adalah masuk dalam kategori halal. Tidak jarang juga dalam melakukan aksinya manusia silver ini sering menjadi kejaran para satpol pp. Hal inilah yang masih menjadi perdebatan saat para manusia silver tersebut melakukan aksinya di jalan raya dan lampu merah yang dapat mengganggu jalanan. Apakah rezeky tersebut masih tetapa kategori halal atau berubah menjadi makruh atau bahkan haram.
Akibat Dari Menjamurnya Aksi Manusia Silver
Sobat Cahaya Islam, manusia silver tidak hanya ada di kota-kota besar seperti di Jakarta saja. Tetapi saat ini di lingkup kota kecil skala Kabupaten juga fenomena manusia perak sudah banyak. Bahkan yang baru-baru ini menjadi perbincangan disosial media adalah seorang pensiunan polisi terjaring razia satpol PP di Semarang. Pensiunan ini bernama Agus dengan pangkat terakhir yaitu Aipda.
Spontan berita ini menjadi berita hangat yang diperbicangkan, apalagi dikalangan kepolisian. Berita ini pun dibenarkan oleh salah satu anggota satpol PP. Bahwa pensiunan polisi tersebut terjaring razia disekitar Jl. Arteri Yos Sudarso, Semarang Barat. Diduga Agus menjadi manusia perak karena himpitan ekonomi. Sebab setelah pensiun dari polisi Agus tinggal bersama istri dan anaknya.
Kapolda Jawa Tengah yang mendengar berita tersebut memerintahkan staf nya untuk memberikan bantuan berupa sembako dan uang tunai. Kapolda juga berjanji akan memberikan sebuah pekerjaan kepada mantan polisi tersebut. Agus juga diminta untuk menemui Kapolrestabes Jawa tengah. Tetapi sebelum itu agus juga sempat menghadap Wakapolrestabes di kantornya.
Hikmah Dari Fenomena Manusia Bercat Perak
Sobat Cahaya Islam, dengan menjamurnya manusia perak yang harus terombang-ambing dalam mencari rezeky. Sepatutnya kita bersyukur karena telah diberikan pekerjaan yang layak.
Orang-orang seperti manusia perak ini seharusnya menjadi bahan renungan supaya hidup selalu bersyukur dan menghargai setiap sen yang masuk menjadi rezeki. Berapapun uang yang didapat jangan pernah mengeluh. Sebab siapa tahu didalam uang yang sedikit tersebut mengandung banyak keberkahan didalamnya.
Uang yang banyak tidak menjamin kebahagiaan, sebab kadang didalam uang yang banyak tersebut juga ada ada cicilan yang harus dibayar. Oleh karena itu dalam hidup tidak boleh memandang orang hanya dengan slip gajinya saja.
Dalam istilah orang jawa hidup itu sawang sinawang, artinya jangan memandang orang hanya sebatas enaknya saja. Coba rasakan diposisi seperti orang tersebut apakah mungkin bisa sanggup melakukan yang orang tersebut lakukan.
Begitu juga dengan bersyukur, dalam kondisi apapun jangan pernah lupakan Allah. Entah dikala sakit, bahagia ataupun biasa-biasa saja, karena setiap kondisi tersebut adalah murni kehendak Allah. Jika diangan-angan akan bertemu hikmah yang dapat diambil atas setiap kejadian yang terjadi didalam diri setiap harinya.
Allah berfirman dalam surat Luqman ayat 12 :
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَٰنَ ٱلْحِكْمَةَ أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: ‘Bersyukurlah kepada Allah SWT. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah SWT), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”