Korupsi Bupati Kapuas, Sifat Serakah Menjadi Biang Keladinya

0
356
korupsi Bupati Kapuas

Korupsi Bupati Kapuas – Kasus korupsi Bupati Kapuas kini tengah menjadi buah bibir di masyarakat. Belum lama ini KPK telah menetapkan Bupati Kapuas Ben Brahim S. Bahat sebagai tersangka kasus korupsi dengan modus pemotongan anggaran dan penerimaan suap. 

Aksi Ben Brahim dibantu sang istri Ary Egahni yang merupakan anggota komisi III DPR. Kerjasama sepasang suami istri dalam menjarah uang rakyat ini membuat geram dan sekali lagi menodai kepercayaan rakyat kepada pemimpinnya.

Korupsi Bupati Kapuas, Akibat Sifat Pejabat yang Silau Harta

Bupati Kapuas dan istrinya menggelapkan uang negara hingga mencapai Rp. 8,7 miliar yang diambilnya dari berbagai pos anggaran di SKPD Pemkab Kapuas. Ia menggunakan uang tersebut untuk mendanai kegiatan politiknya. Berbekal uang haram tersebut, Ia dan sang Istri menyuap berbagai pihak untuk mendukung karier politik mereka.

Meskipun bukan kasus yang pertama kali terjadi di Indonesia, namun kasus ini kian memperpanjang daftar pejabat serakah yang menghianati kepercayaan rakyatnya. Tingginya kebutuhan dan gaya hidup mewah menjadi alasan kuat ketika pejabat silau dengan harta lalu memutuskan untuk korupsi. 

Setelah merasakan nikmatnya menjadi pejabat, tentu saja siapapun enggan melepaskan jabatan tersebut. Berbagai cara akan dilakukan agar kembali terpilih, meskipun harus menggunakan cara tidak halal seperti yang dilakukan oleh Ben Brahim dan istrinya. 

Sifat Serakah Menjadi Latar Belakang Tindakan Korupsi 

Diantara sekian banyak alasan mengapa orang melakukan tindakan korupsi, serakah menjadi salah satu penyebab yang paling utama. Sifat serakah adalah penyakit hati dimana pemilik sifat ini selalu merasa tidak puas dengan apapun yang dimiliki dan selalu ingin mendapatkan lebih banyak lagi. 

korupsi Bupati Kapuas

Korupsi Bupati Kapuas Ben Brahim menjadi salah satu contoh tindakan serakah pejabat yang tidak puas dengan semua yang telah diraihnya dan ingin melaju ke tingkat yang lebih tinggi. Namun, cara yang dilakukannya untuk meraih jabatan justru menjerumuskannya dalam jurang kehancuran. Seperti itulah syaitan menggoda manusia agar mengikuti jalannya. 

Dalam surat Al-Adiyat ayat 6-8 dijelaskan, 

  وَاِنَّهٗ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيْدٌ ۗ* وَاِنَّهٗ عَلٰى ذٰلِكَ لَشَهِيْدٌۚ*اِنَّ الْاِنْسَانَ لِرَبِّهٖ لَكَنُوْدٌ ۚ

“Sungguh, manusia itu sangat ingkar, (tidak bersyukur) kepada Tuhannya, dan sesungguhnya dia (manusia) menyaksikan (mengakui) keingkarannya, dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan. (QS. Al Adiyat : 6-8)

Kecintaan terhadap harta akan membuat manusia gelap mata dan sifat serakahnya seolah membenarkan setiap langkah yang dibuatnya. Sejatinya, manusia yang bersifat serakah justru kehilangan banyak hal dalam hidupnya, diantaranya;

1.     Kehilangan Keberkahan Dalam Hidupnya

Manusia yang memiliki sifat serakah selalu merasa tidak cukup dan selalu merasa kekurangan dalam hidupnya. Akibatnya mereka akan terus mengejar harta dunia yang tidak pernah cukup hingga melupakan kebaikan yang bisa mereka lakukan dalam hidup. 

Hal ini merupakan sebuah kemalangan dimana hidup seseorang tidak lagi berkah, hanya merasakan lelah tanpa sedikitpun merasakan kepuasan. Hidupnya diperbudak oleh hawa nafsu dan tidak pernah mensyukuri apapun yang diterimanya.

2.     Tidak Memiliki Ketenangan Hidup

Manusia yang memiliki sifat serakah akan merasakan tiga hal yaitu rasa gelisah yang tiada henti, kelelahan yang terus menerus melanda dan penyesalan seumur hidupnya. Dalam hatinya selalu merasa ada keinginan untuk mengejar sesuatu yang lebih tinggi dan lebih besar. 

korupsi Bupati Kapuas

Akibatnya hatinya selalu tidak tenang karena memikirkan langkah yang harus diambilnya untuk mencapai tujuan tersebut. Manusia memiliki fitrah untuk mencari kehidupan duniawi seperti yang tercantum dalam surat AL Jumuah ayat 10,

فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (QS Al Jumu’ah ayat 10)

Dalam ayat diatas disebutkan bahwa  manusia memiliki kewajiban untuk mencari nafkah dan mengais rezeki yang halal sesuai dengan porsinya, namun Allah SWT sangat melarang umatNya untuk melakukan penyimpangan contohnya korupsi.

Sobat Cahaya Islam, korupsi Bupati Kapuas menjadi salah satu bukti bahwa sifat serakah merupakan hal yang dibenci oleh Allah SWT dan akan membawa keburukan bagi siapapun yang memiliki sifat tersebut. Semoga kita semua dapat menjaga diri dan menghindari sifat buruk yang disukai oleh syaitan yang terkutuk.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY