Bagaimana Cara Menyikapi Kekayaan Dalam Islam?

0
3301
kekayaan dalam islam

Kekayaan Dalam Islam – Salah satu tujuan dalam hidup adalah mengumpulkan harta yang berguna demi mendukung kehidupan yang lebih baik. Seseorang akan bekerja keras dengan tujuan mendapatkan kekayaan yang bisa memberikannya jaminan bahwa ia tidak kelaparan dan mampu memenuhi kebutuhannya bahkan menabung untuk masa depan.

Perkara kekayaan menjadi bahasan yang penting dalam agama Islam. Sebagai umat Islam yang berusaha menjalankan perintah agama setiap hari, maka penting bagi kita untuk mengetahui cara menyikapi kekayaan dalam Islam yang senantiasa akan membantu kita mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Bagaimana Cara Menyikapi Kekayaan Dalam Islam?

Kekayaan bukan hal tercela

Islam memang sangat menganjurkan umatnya untuk hidup senantiasa zuhud dan tidak berlebih-lebihan dalam berbagai sesuatu. Hal ini ditujukan agar umat Islam tidak lupa akan tujuan kehidupan sebenarnya yang menjadi khalifah di muka bumi dan kehidupan sebenarnya adalah kehidupan akhirat.

Namun, terkait kekayaan, Islam memandang bahwa kekayaan bukanlah sesuatu yang tercela. Pandangan ini tercantum dalam buku fatwa kontemporer yang ditulis oleh Syekh Dr Yusuf Qaradhawi. Terkait kekayaan dalam Islam, Rasulullah mengajarkan do’a sebagai berikut, “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu petunjuk dan ketakwaan, keluhuran budi dan kekayaan.” (HR Muslim).

Selain itu, Rasulullah juga menegaskan bahwa, “Bagus sekali harta yang baik bagi orang yang saleh.” (HR Ahmad). Demikianlah Islam memandang kekayaan dan harta dunia dalam kehidupan sehari-hari. Dari beberapa riwayat memang Islam tidak membatasi keinginan umatnya untuk menjadi kaya. Usman bin Affan adalah salah satu sahabat Nabi yang sangat kaya. Namun, Islam mengatur bagaimana kekayaan yang dimiliki tidak membuatnya lupa untuk senantiasa bersyukur dan mendekatkan diri pada Allah SWT.

Kekayaan bukan segalanya

Terkadang kita melihat bahwa seseorang bekerja tanpa henti untuk mengejar kekayaan yang mereka inginkan. Mereka seolah tanpa lelah terus bekerja demi menjadi kaya. Islam memang menganjurkan kita untuk giat bekerja karena Islam memandang bekerja adalah sebagai salah satu bentuk ibadah.

Namun, ketika bekerja dan harta dijadikan hal utama, maka Islam akan mengingatkan umatnya. Dalam menyikapi kekayaan dalam Islam, kita harus paham bahwa kekayaan harta bukanlah segalanya. Dalam hal ini, Rasulullah bersabda, “Kaya itu bukan karena banyaknya harta, tetapi kaya itu adalah kaya hati.” (HR Bukhari).

Dari hadist tersebut dapat kita lihat bahwa dalam langkah untuk menyikapi kekayaan dalam Islam, maka kita harus paham jika kekayaan hati adalah lebih utama dalam ajaran Islam. Kita tentu dianjurkan bekerja namun jika bekerja dilakukan hingga melalaikan ibadah, maka hal tersebut dapat termasuk menjadi hal tercela.

Terlalu berhadap pada harta

Tidak jarang bahwa umat Islam masih salah kaprah terkait menyikapi kekayaan dalam Islam. Dalam hal ini, masih banyak umat yang terlalu berharap pada harta dan kekayaan seolah hal tersebut merupakan satu-satunya penentu kebahagiaan. Mereka tidak hanya bekerja tiada henti tetapi dalam do’anya mereka juga berdo’a meminta harta yang lebih.

Kita memang boleh berdo’a apa saja kepada Allah SWT dengan do’a yang baik. Namun, dengan menjadikan kekayaan sebagai satu-satunya tujuan hidup, maka ada kesalahan dalam mindset yang kita jalankan. Seseorang yang salah dalam menyikapi kekayaan dalam Islam akan cenderung mengabaikan pada peraturan terkait tata cara mencari kekayaan yang halal.

Keinginan memiliki harta yang terlalu tinggi sebagaimana dijelaskan di atas juga bisa menimbulkan sifat rakus yang berbahaya. Seseorang yang rakus pada harta tentu tidak akan memikirkan lagi dari mana harta tersebut berasal. Selain itu, dia pasti akan lupa dan menganggap sedekah menjadi hal yang tidak penting. Padahal, Islam jelas mengatur akan ha ini. Dalam Al-qur’an :

لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” [1] dijelaskan bagaimana seharusnya umat menggunakan kekayaan dalam Islam.

Oleh karena itu, kita senantiasa harus belajar dan terus belajar mengenai menyikapi kekayaan dalam Islam. Semoga membantu.


Catatan Kaki :

[1] QS An Nisa (4) ayat 114

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY