Hukum Islam terkait Penghinaan Kemal Arsjad

0
1117
Kemal Arsjad

Penghinaan Kemal Arsjad – Idealnya, semakin bertambah usia makan semakin bijaklah umat dalam melisankan ucapan. Namun tampaknya hal tersebut tak sesuai dengan karakter Kemal yang dengan sengaja melontarkan penghinaan terhadap Bapak Gubernur Ibukota. Terlepas dari apaun masalahnya, sebaiknya ia dapat menjaga perasaan serta kehormatan pemimpin wilayah ibukota.

Sobat Cahaya Islam, apa yang telah Kemal Arsjad lakukan bisa saja ditirukan oleh umat lainnya. Selain itu, bila hinaan tersebut tak sesuai dengan perilaku dari gubernur sendiri, maka hal tersebut dapat menjadi fitnah bukan? Jika memang dalam rangka untuk mengingatkan pemimpin, maka harus tersampaikan dengan cara yang ahsan.

Bagaimana Umat Menyikapi Perlakuan Kemal Arsjad?

Kemal Arsjad

Sobat Cahaya Islam, menghina sesama muslim bukanlah tindakan yang benar. Sebab, hal tersebut sama saja dengan melukai perasaan umat. Padahal, Islam sangat menjaga kehormatan seorang muslim tanpa memandang tingkatan stratanya. Selain itu, sudah sepantasnya umat ikut merasakan hinaan tersebut karena antara muslim dengan yang lainnya adalah satu tubuh.

Permasalahan antara Kemal dengan Bapak Gubernur harusnya dapat terselesaikan dengan cara damai. Selain itu, penghinaan yang bertujuan pada tindakan personal semata tak sama halnya dengan melakukan muhasabah terhadap pemerintahan. Dalam Islam, umat sangat boleh untuk melakukan muhasabah lil hukkam (mengingatkan kepada penguasa) dengan cara yang ahsan. Hal ini sesuai dengan surat An Nahl ayat 125 yakni :

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Namun pada kenyataannya, peringatan kepada penguasa dengan menghina personal sang pemimpin menjadi hal yang wajar karena sering umat lakukan. Parahnya lagi, suasana kritikan kian memburuk dengan cara menebar propaganda tentang pemimpin di segala sosial media.

Bagaimana Cara untuk Mengingatkan Sang Penguasa?

Kemal Arsjad

Sobat Cahaya Islam, setiap pemimpin pasti memiliki kekurangan sebab mereka adalah manusia biasa. Namun kekurangan tersebut idealnya tidak akan menghambat pemimpin untuk senantiasa meningkatkan kemampuan leadershipnya. Terdapat beberapa cara yang bisa umat lakukan untuk mengingatkan penguasa dengan cara yang benar. Beberapa diantaranya adalah :

1.    Menyampaikan Lewat Tulisan Opini

Salah satu hal efektif yang bisa umat lakukan yakni dengan lewat tulisan opini. Tulisan tersebut hendaknya bisa menjadi sarana untuk menyampaikan kedzaliman akibat dari kebijakan pemimpin. Sebaiknya tulisan tersebut berisi dengan narasi dengan melakukan pengkajian terlebih dahulu. Pastikan data yang umat gunakan adalah data yang akurat sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

2.    Menyampaikan Lewat Narasi Berupa Video Pendek

Selain itu, umat juga dapat speak up melalui video pendek yang dapat umat sampaikan lewat media sosial. Media sosial sekarang adalah tempat tongkrongan favorit umat terutama para millenials. Sehingga, narasi yang terbalut dalam video pendek dapat menarik perhatian umat untuk melihatnya. 

3.    Menyampaikan Lewat Lisan dan Aksi

Nah, jika umat kesulitan untuk membuat narasi berupa video, maka umat juga dapat menyampaikan kedzaliman penguasa lewat lisan dengan cara aksi/ demonstrasi. Demonstrasi adalah hal yang biasa umat jadikan opsi terakhir bila aspirasi belum dapat pemerintah dengarkan.

Nah Sobat Cahaya Islam, demikianlah ulasan mengenai Kemal Arsjad serta bagaimana Islam menghukumi perilakunya. Semoga ke depan, umat dapat lebih sadar serta menjaga lisan dari perbuatan yang dapat mendekatkan dirinya pada lubang kemaksiatan. Sebab salah satu hal yang kadang tak umat sadari yakni terbuai dan lebih senang berbangga diri.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY