3 Faidah Dari Pentingnya Kejujuran Menurut Islam

0
4049

Kejujuran, satu kata yang mungkin terdengar sangat sederhana, namun praktiknya sangatlah sulit. Ada waktu dimana kita harus berdalih dalam kehidupan kita, baik itu bertujuan untuk sesuatu yang baik atau malah sebaliknya? Namun jangan salah, kejujuran adalah salah satu budi pekerti yang luhur yang kita sebagai orang islam yang beriman kepada Allah harus selalu lestarikan. Selain itu, berperilaku jujur memiliki banyak sekali faidah dan manfaat untuk kita. Apa saja sih manfaat-manfaat yang bisa kita peroleh dari berperilaku jujur? kali ini Cahaya islam akan bahas kajian islam tentang 3 Faidah Dari Pentingnya Kejujuran Menurut Islam.

3 Faidah Dari Pentingnya Kejujuran Menurut Islam

Anda Jauh dari Label Orang Munafik

Dalam suatu hadits yang pernah tim Cahaya islam kaji mengatakan bahwa diantara 40 orang beriman ada satu orang munafik disana. Pertanyaannya adalah apakah anda termasuk golongan satu orang yang munafik diantara 40 orang tersebut? Tenang! Bila sobat Cahaya islam selalu senantiasa menerapkan hidup jujur di segala keadaan, maka anda tidak perlu khawatir masuk kedalam kategori tersebut. Berikut hadist mengenai kejujuran :

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ تَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مَا هُمْ مِنْكُمْ وَلَا مِنْهُمْ وَيَحْلِفُونَ عَلَى الْكَذِبِ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. [1]

Dari hadist diatas dapat ditarik kesimpulan menurut tafsir jalalayn yaitu (Tidakkah kamu perhatikan) tidakkah kamu melihat (orang-orang yang menjadikan teman) mereka adalah kaum munafik (suatu kaum) yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi (yang dimurkai Allah? Orang-orang itu bukan) yakni orang-orang munafik itu bukan (dari golongan kalian) orang-orang mukmin (dan bukan pula dari golongan mereka) bukan dari kalangan orang-orang Yahudi akan tetapi mereka adalah orang-orang yang bermuka dua. (Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan) yakni perkataan mereka bahwa sesungguhnya mereka adalah orang-orang beriman (sedang mereka mengetahui) bahwa dalam hal ini mereka berdusta belaka.

Seperti yang telah disabdakan oleh rosululloh SAW :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو سُهَيْلٍ نَافِعُ بْنُ مَالِكِ بْنِ أَبِي عَامِرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ آيَةُ النِّفَاقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Telah mengkhabarkan kepada kami [Ali bin Hujr], dia berkata; telah menceritakan kepada kami [Isma’il], dia berkata; telah menceritakan kepada kami [Abu Suhail Nafi’ bin Malik bin Abu ‘Amir] dari [ayahnya] dari [Abu Hurairah] bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu; apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia mengingkari dan apabila dipercaya dia mengkhianati.” [2]

Dalam hadits tersebut dipoint pertama kita bisa ketahui bahwa salah satu indikasi orang yang munafik adalah dia yang tidak menerapkan hidup dengan kejujuran. Sobat Cahaya islam, mulai biasakan untuk bersikap jujur dari sekarang untuk menjauhkan label munafik sejauh-jauhnya!

Pendamping Para Utusan Allah kelak

Sebagai orang islam yang mendambakan surga yang tinggi, sobat Cahaya islam pastinya ingin bisa mendampingi para orang-orang yang dicintai Allah kelak di akhirat, dan pastinya bila kita bisa bersanding dengan mereka, maka sudah otomatis kita akan bertempat di surga yang tinggi. Bila anda ingin demikian, maka mulailah membiasakan diri menjadi orang yang jujur mulai dari sekarang.

Seperti yang bisa kita kaji dalam makna Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 69

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. [3]

Di akhirat nanti Allah akan memberikan gelar Ash-shiddiq kepada hamba-hambanya yang ketika didunia hidup dengan jujur. Hal ini juga diterangkan dalam salah satu hadits :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ قَالَا حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ ح و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا حَدَّثَنَا مِنْجَابُ بْنُ الْحَارِثِ التَّمِيمِيُّ أَخْبَرَنَا ابْنُ مُسْهِرٍ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ كِلَاهُمَا عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَلَمْ يَذْكُرْ فِي حَدِيثِ عِيسَى وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ وَفِي حَدِيثِ ابْنِ مُسْهِرٍ حَتَّى يَكْتُبَهُ اللَّهُ

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin ‘Abdullah bin Numair]; Telah menceritakan kepada kami [Abu Mu’awiyah] dan [Waki’] keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami [Al A’masy]; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib]; Telah menceritakan kepada kami [Abu Mu’awiyah]; Telah menceritakan kepada kami [Al A’masy] dari [Syaqiq] dari [‘Abdullah] dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah.'” Telah menceritakan kepada kami [Minjab bin Al Harits At Tamimi]; Telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Mushir]; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhali]; Telah mengabarkan kepada kami [‘Isa bin Yunus] keduanya dari [Al A’masy] melalui jalur ini. Namun di dalam Hadits Isa tidak disebutkan lafazh; ‘memelihara kejujuran dan memelihara kedustaan.’ Sedangkan di dalam Hadits Ibnu Mushir disebutkan dengan lafazh; Hatta yuktabahullah.’ (hingga Allah mencatatnya sebagai pendusta). [4]

Mendapatkan Cinta dan menjadi lebih tenang

Tidak perlu diperdebatkan lagi bahwasanya bila kita bersikap jujur, maka orang-orang disekitar kita akan nyaman dan mencintai kita. Rasulullah-pun bahkan sebelum diangkat menjadi Untusan Allah, beliau dikenal sebagai orang yang jujur hingga mendapatkan julukan Al-Amin. Dengan berperilaku jujur dan kemudian mendapatkan cinta dari orang disekitar kita, maka secara otomatis hidup kita akan menjadi lebih tenang dan damai tanpa kecemasan.

Dalam sebuah hadits yang pernah tim Cahayaislam dapatkan dari sebuah acara pengajian rutin dikatakan bahwa Rasulullah pernah memerintahkan kaumnya untuk meninggalkan segala hal dan perkara yang meragukan dan berperilaku jujur, karena keduanya adalah hal-hal yang membuat kita lebih tenang. Sedangkan mereka yang tidak meninggalkan hal itu dan selalu melakukan kebohongan, maka kecemasanlah yang selalu merundungya. Semoga kita selalu dijadikan hamba Allah yang bisa terus berusaha untuk berperilaku jujur. Amiin.

[1] QS. Al-Mujadilah ayat 14

[2] HR. Nasai 4935

[3] QS. An-Nisa’ ayat 69

[4] HR. Muslim 4721 (shahih)

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY