Hukum Berbatin Buruk dalam Hati Kepada Allah?

0
4811
berbatin buruk

Hukum IslamSebagai manusia yang sudah diciptakan dengan kodrat sebagai makhluk yang memiliki banyak dosa dan kesalahan, tentu kita menyadari kita sangat rentan dalam berbuat dosa (baik itu disengaja atau tidak). Salah satu kasus yang mungkin beberapa dari sobat cahayaislam tidak sengaja lakukan adalah berbatin buruk kepada Allah dalam hati. Gimana tuh maksudnya? Bagaimana hukumnya?

Hukum Berbatin Buruk dalam Hati Kepada Allah?

Misalnya begini. Ada suatu kasus dimana seorang muslim telah berjuang keras untuk mencapai suatu keinginannya. Dia berdoa dengan giat, tawakkal secara seimbang. Namun pada akhirnya dia gagal meraih apa yang diinginkan. Dalam keputus-asaan dan rasa sedihnya itu dia berucap dalam hati ‘Allah nggak adil nih’ seolah-olah menyalahkan Allah atas kejadian yang menimpanya kala itu.

Nah, dalam kasus ini mungkin orang tersebut secara spontan dan tidak sengaja berucap dalam hati yang pada intinya berbatin buruk kepada Allah karena kesedihan yang menimpanya. Dia tidak bermaksud untuk benar-benar menjelek-jelekkan Allah. Dia terbawa emosi dan suasana. Lalu bagaimana hukum dari kelakuan tersebut? Apakah dosa? dan apa yang harus dilakukan?

Allah yang maha pengampun memaafkan hal tersebut

Dalam suatu hadits riwayat Sahih Bukhari 2528, dijelaskan bahwa Rasulullah bersabda:

حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏ “‏ إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي مَا وَسْوَسَتْ بِهِ صُدُورُهَا، مَا لَمْ تَعْمَلْ أَوْ تَكَلَّمْ

Diceritakan Abu Huraira: Nabi (ﷺ) berkata, “Allah telah menerima permohonan saya untuk memaafkan apa yang berbisik di hati para pengikut saya, kecuali jika mereka bertindak atau mengucapkannya.” [1]

Jadi selama itu hanya dalam hati dan belum diutarakan lewat ucapan atau perbuatan. Maka Allah akan mengampuninya. Banyak para alim ulama menambahi keterangan lanjutan akan hadits ini bahwa sebenarnya ucapan buruk dalam hati ini bisa dibilang sebagai bisikan syetan yang bertujuan untuk menyesatkan manusia pada siksa neraka.

Yang perlu digaris bawahi disini adalah, tentu bukanlah suatu hal baik bila berbatin buruk pada Allah. Hal itu merupakan wujud dari sikap suudzon billah (berprasangka buruk kepada Allah) yang bertolak belakang dari sifat-sifat orang mukmin. Sebagai muslim yang baik dan mengaku beriman kepada Allah, kita harus bisa membiasakan diri untuk selalu tabah dan menerima ketentuan-ketentuan dari Allah dengan tetap berfikir positif.

Jangan lupa untuk bertaubat dan meminta ampun kepada Allah

Hal pertama yang harus anda lakukan adalah ‘menyadari’ terlebih dahulu bahwa kelakuan membatin buruk kepada Allah itu merupakan hal yang buruk. Sobat harus introspeksi diri dan mendekat kepada Allah untuk meminta ampun.

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا سُهَيْلٌ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ جَاءَهُ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ نَجِدُ فِي أَنْفُسِنَا الشَّىْءَ نُعْظِمُ أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهِ أَوِ الْكَلاَمَ بِهِ مَا نُحِبُّ أَنَّ لَنَا وَأَنَّا تَكَلَّمْنَا بِهِ ‏.‏ قَالَ ‏”‏ أَوَقَدْ وَجَدْتُمُوهُ ‏”‏ ‏.‏ قَالُوا نَعَمْ ‏.‏ قَالَ ‏”‏ ذَاكَ صَرِيحُ الإِيمَانِ

Abu Hurairah berkata; Temannya datang kepadanya dan berkata; Utusan Allah! Kami memiliki pemikiran yang kami tidak berani bicarakan dan kami tidak suka memilikinya atau membicarakannya. Dia berkata: Pernahkah Anda mengalaminya? Mereka menjawab: ya. Dia berkata: itu adalah iman yang jelas. [2]
Jadi barometernya adalah perasaan bersalah kita atas ungkapan hati kita yang buruk tersebut. Bahkan Rasulullah mengatakan dalam hadits Abu Dawud 5111 diatas bahwasanya itu merupakan bentuknya “keimanan yang jelas” bila seseorang mengkhawatirkan ungkapan hati tersebut akan membawa keburukan bila diungkapkan dan tidak ingin dilakukan, sehingga dia menahannya.

 

Itulah sedikit ulasan yang bisa tim Cahayaislam bawakan untuk sobat sekalian. Semoga kita tetap menjadi hamba Allah yang dijaga dari hal-hal yang bisa menyimpangkan dan melemahkan keimanan dan kedekatan kita kepada Allah. Amiin. Semoga bermanfaat!


Catatan Kaki

[1] H.R. Sahih Bukhari no. 2528

[2] H.R. Abu Dawud no. 5111 Bab: Menangkal waswasah

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY