Apa boleh dzikir dalam hati – Sobat Cahaya Islam, dzikir adalah ucapan atau bacaan tertentu yang perlu umat islam bacakan. Saat berdzikir, hendaknya bacaan tersebut diucapkan dan dapat terdengar oleh orang yang berdzikir ataupun orang lain. Namun tidak sedikit yang bertanya, apa boleh dzikir dalam hati?
Pasalnya banyak orang yang melafalkan dzikir di dalam hati saja. Dengan begitu, tidak ada satu orang pun mengetahui kecuali dirinya sendiri dan Allah SWT. Dalam hal itu, mana yang diperbolehkan, apakah dzikir dengan hati atau dengan lisan?
Penjelasan Apa Boleh Dzikir Dalam Hati?
Sobat Cahaya Islam, dalam Al Qur’an dan hadis, Allah SWT memerintahkan manusia untuk berdzikir dalam kondisi dan situasi apapun. Mereka yang selalu berdzikir adalah salah satu ciri dari seorang ulul albab. Ini sebagaimana terdapat dalam Al Qur’an yang tercantum dalam ayat,
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ١٩١
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.” (Q.S Ali ‘Imran Ayat 191)
Oleh karenanya, begitu mulia manusia yang senantiasa berdzikir kepada Allah SWT. Namun hendaknya manusia melakukan ibadah dzikir yang benar. Hal ini bertujuan dzikir yang Sobat bacakan bisa menjadi pahala yang bernilai besar di mata Allah SWT.
Bagi Sobat yang bertanya apa boleh dzikir dalam hati dan tidak mengucapkannya di lisan, maka perlu mencari tahu. Sebenarnya, para ulama berbeda pendapat akan hal tersebut. Pendapat para ulama tentang membaca dzikir, antara lain:
1. Berdzikir di Dalam Hati
Sebagian ulama berpendapat bahwa umat islam bisa berdzikir di dalam hati yang diiringi oleh lisan dan perbuatannya. Syekh Ibnu Utsaimin berpendapat bahwa melakukan dzikir asalnya dari dalam hati. Ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Maka untaian dzikir semuanya menuju ke dzikir di dalam hati, berdasarkan firman Allah SWT:
وَلاَ تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ
“Dan janganlah engkau mentaati orang yang Kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami dan mengikuti hawa nafsunya.” [Al-Kahfi/18: 28]
Beberapa ulama berpendapat, dzikir kepada Allah SWT dengan lisan dan perbuatan tanpa mengiringinya dengan hati maka nilainya begitu kurang. Bahkan hal ini ibarat jasad tanpa ada ruh di dalamnya. Apalagi, sifat dzikir di dalam hati adalah tafakur terhadap ayat Allah SWT, mencintai, mengagungkan, dan takut kepada-nya.
2. Dzikir dengan Lisan
Sementara itu, dzikir dengan lisan adalah mengucapkan dengan seluruh perkataan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Perlu juga mengiringi dzikir dengan perbuatan yang baik untuk mendekatkan diri kepada-Nya seperti salat, sujud, ruku’, dan jihad.
Semua itu adalah bentuk dzikir kepada Allah, karena saat Sobat menunaikannya maka menjadikan diri sendiri taat kepada Allah SWT. Oleh sebab itu, Allah SWT berfirman,
وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ
“Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain).” [Al-Ankabut/29: 45]
Bentuk dzikir dengan lisan yaitu bacaan Al Qur’an, tahlil, tahmid, tasbih, dzikir pagi dan petang yang semuanya harus menggerakkan mulut. Sebagian ulama berpendapat bahwa dzikir kepada Allah SWT yang lebih utama adalah menggunakan lisan.
Di samping itu, kalangan mazhab Syafi’I dan sejumlah ulama lainnya berpendapat dzikir di dalam hati saja tidak bisa disebut berdzikir. Hal serupa juga sama walaupun dzikir yang terucap sangat pelan sampai orang yang mengucap tidak mendengarkannya.
Berdasarkan kedua penjelasan di atas, maka kesimpulannya adalah dzikir perlu Sobat ucapkan secara lisan. Namun apabila Sobat tidak mengucapkannya, maka tidak mengapa karena selalu mengingat Allah SWT di dalam hatinya.
Sobat Cahaya Islam, itulah jawaban atas pertanyaan apa boleh dzikir dalam hati. Satu hal yang terpenting adalah selalu ingat Allah SWT dalam keadaan apapun lewat berdzikir. Wallahu’alam.