Memaknai Akhlak Terpuji dan Tercela dalam Kehidupan Sehari – Hari

0
76
akhlak terpuji dan tercela

Akhlak terpuji dan tercela – Menjadi seorang muslim, tentu harus mau dan mampu untuk mempelajari terkait akhlak terpuji dan tercela. Sebab hal ini berkaitan dengan segala tindakan manusia baik dari sisi mendapatkan pahala maupun dosa.

Sobat Cahaya Islam, mempelajari terkait akhlak terpuji dan tercela tentu tidak bisa secara instan. Terkadang, bisa jadi pemahaman akan akhlak tersebut malah didominasi oleh tafsir perasaan sendiri. Sehingga, bisa jadi malah perasaan lebih menuntun diri untuk berakhlak tercela.

Apa Perbedaan Akhlak Terpuji dan Tercela?

Dari penyebutannya, tentu akhlak terpuji dan tercela sangat mudah untuk dibedakan dan didefinisikan sendiri. Hanya saja, letak pemaknaannya bukan pada definisi. Namun, bagaimana diri menyikapi. Sebagai contoh, aktivitas membunuh jika dilihat dari kacamata manusia adalah perilaku tercela bukan?

Namun jika yang dibunuh adalah seorang musuh tentu hal ini sangat dibenarkan. Dan ini bahkan merupakan akhlak yang terpuji. Maka dari itu, sangat penting bagi umat Islam untuk dapat memaknai akhlak terpuji dan tercela berdasar syariat Islam, bukan sekedar asumsi dari perasaan saja.

Sebab jika mengikuti perasaan, malah yang ada diri salah dalam menempatkan akhlak karena merasa segala yang dilakukan adalah suatu kebenaran. Sementara orang lain lah yang tercela. Naudzubillah

Apalagi di era serba canggih seperti sekarang, seringkali sebagian umat harus terlempar dalam jebakan yang menyebabkan mereka secara tidak sadar berkubang dosa.

Malah alih – alih menjadi seseorang yang meningkat keimanannya, berubah menjadi sosok yang hanya menafsirkan syariat menggunakan logika dan perasaannya saja.

Menjadi Sosok Muslim yang Berakhlak Baik

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menjadi seorang muslim yang berakhlak baik. Akhlak sendiri bukanlah suatu hal yang tiba – tiba ada dalam diri. Namun perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari – hari. Adapun beberapa cara yang bisa  dilakukan yakni :

1.    Meningkatkan Keistiqomahan

Hal pertama yang perlu dilakukan yakni dengan meningkatkan keistiqomahan. Istiqamah untuk senantiasa berbuat kebaikan dan melakukan amalan  sesuai dengan perintahNya. Ada banyak yang bisa dilakukan dan sifatnya sederhana.

Misalnya, menambah amalan nafilah seperti puasa sunnah, berdzikir maupun bersedekah. Beberapa aktivitas tersebut jika rutin dilakukan tentu akan menambah level keistiqamahan dalam diri.

Tentu harus belajar ya. Adapun hal ini juga merupakan kewajiban sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat Al Mujadilah ayat 11 yakni :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.

Meningkatkan istiqamah sendiri sama halnya dengan meningkatkan peran sebagai sosok muslim yang terus menerus meningkatkan perannya sebagai hamba. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala dalam surat Adz Dzariyat ayat 56 yakni :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya : Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.

2.    Tidak Terjebak pada Prasangka Pribadi

Hal selanjutnya yakni jangan sampai terjebak dengan prasangka sendiri. Semakin bertambah dewasa, seringkali merasa bahwa logika dan perasaan yang dimiliki adalah hal yang benar.

akhlak terpuji dan tercela

Sehingga secara tidak langsung menyebabkan diri menjadi sombong dan enggan menerima bagaimana seharusnya yang dilakukan berdasar syariat Islam. Selain itu, senantiasa menyelaraskan dengan syariat juga bagian dari peran diri untuk selalu bersegera dalam ketaatan.

Hal ini selaras dengan firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 148 yakni :

وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Artinya : Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Nah Sobat Cahaya Islam, demikianlah ulasan yang berkaitan dengan akhlak terpuji dan tercela sekaligus beberapa hal yang bisa dilakukan agar diri selalu berada dalam ketaatan. Semoga bermanfaat.

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY